Data Asosiasi Penyedia Layanan Internet Indonesia (APJII) Indonesia memiliki 100 juta pengguna internet dengan penetrasi mencapai 40 persen. Survei yang dilakukan pada 2014 menunjukkan pengguna internet terbesar adalah karyawan sebanyak 65%, menyusul wirausaha 27%, di luar sektor formal dan informal 5%, serta sektor informal 3% . Selain melakukan survei kepada orang sebagai pengguna internet, APJII juga mensurvei lebih dari seribu perusahaan yang bergerak di sektor Manufaktur, Hotel dan Restoran di seluruh Indonesia.
Survei sektor industri manufaktur meliputi kategori besar dan menengah dengan aktivitas ekonomi bisnis pengangkutan bahan baku, termasuk bahan produk kimia dan produk jadi. Bahan baku diperoleh dari industri dari pertanian, hasil hutan, perikanan, pertambangan atau ekskavasi serta dari industri manufaktur. Selanjutnya, survei pada bisnis perhotelan meliputi hotel kelas melati sampai hotel berbintang. Sementara bisnis restoran meliputi survei atas jasa layanan makanan cepat saji, restoran tradisional dan self-service.
Masing-masing industri menurut survei memiliki kesamaan dalam operasional bisnis yang menggunakan internet yaitu penggunaan e-mail. Industri manufaktur mencapai 95,7%, perhotelan 97% dan restoran mencapai 93%. Persentase ini berbanding lurus dengan penggunaan internet secara umum di sektor perdagangan yang mencapai 31% dan sektor jasa 26%.
Survei penetrasi internet di dunia industri memberikan informasi awal mengenai internet sebagai aspek penting dalam mengakses bisnis atau menjalankan operasional industri. Internet tak hanya menjadi atribut atau pelengkap dalam sebuah industri. Sebaliknya, Internet nampaknya telah menjadi infrastruktur pasar.
Lantas bagaimana sumberdaya manusia, human resource menyikapi kenyataan industri yang telah menempatkan internet sebagai bagian penting dalam sisi operasional? Sejumlah pengamat mengatakan bahwa strategi SDM harus diubah, meski nyatanya banyak yang ragu dalam pelaksanan perubahaan tersebut. Sangat penting bagi Divisi SDM untuk mengikuti perkembangan dunia digital. Terlebih survei pengguna internet menunjukkan karyawan perusahaan di sektor industri manufaktur, perhotelan dan restoran menempati posisi pertama.
Penetrasi internet memberikan konsekuensi logis kepada SDM tak dalam sisi penguatan skill dan knowledge, namun perusahaan juga dituntut untuk bisa mendapatkan calon tenaga kerja yang kompetitif di era digital (talent management). Selain itu transformasi nilai perusahaan kepada sumberdaya manusia tak bisa diabaikan karena akan menentukan kultur sebuah perusahaan. Jika hal-hal tersebut mampu diwujudkan, perusahaan dipastikan mampu bertahan dan berdaya saing.
Perusahaan saat ini bukan lagi dihadapkan pada pilihan melakukan digtalisasi atau tidak tetapi proses transformasi ini telah menjadi sebuah keharusan agar dapat bertahan di tengah tren pasar. Memenangi persaingan di era digital bukan soal mendapatkan teknologi terkini dan terbaik, tapi mampu menggunakan teknologi untuk mendapatkan SDM yang terbaik. []