Virus COVID-19 turut menginfeksi sektor bisnis, memberi tantangan besar bagi para pemimpin bisnis. Selain harus menjamin keamanan penuh karyawan, pemimpin bisnis juga harus benar-benar menjaga keamanan finansial perusahaan dan juga memperkuat sistem untuk memastikan bisnis berkelanjutan. Sehingga bukan rahasia lagi jika perusahaan terus gencar melakukan proyek improvement dan inovasi untuk mendorong operasi bisnis yang ramping dan efisien.
Perusahaan tentu sangat berhati-hati dalam membelanjakan uang dalam kondisi sulit seperti saat ini, namun mereka bersedia berinvestasi, mendukung dan mengakomodasi semua kebutuhan terkait sumber daya dan biaya untuk memastikan proyek berjalan tepat waktu dan tepat sasaran. Adapun salah satu metodologi yang bisa digunakan secara efektif dalam project management di masa pandemi saat ini adalah Six Sigma.
Six Sigma merupakan metodologi yang telah terbukti untuk meningkatkan kualitas, dikembangkan di Motorola pada awal tahun 1980an dan dipopulerkan oleh General Electric, mampu menjadi kerangka kerja yang kuat untuk memberikan produk dan layanan yang lebih baik dan lebih efisen secara keseluruhan.
Mengadopsi Six Sigma, berarti Anda akan menempatkan proses sebagai orientasi, memprioritaskan nilai bagi karyawan dan pelanggan. Six Sigma juga akan membantu Anda mendorong orang-orang untuk bekerjasama dengan lebih baik, memangkas kesenjangan komunikasi penyebab tidak tercapainya target.
3 Macam Proses dan Strategi Implementasi Six Sigma
Ada tiga macam proses dan strategi untuk mengimplementasikan Six Sigma pada proses bisnis, yaitu:
- DMAIC: Akronim dari Define, Measure, Analyse, Improve, Control. Lima kata ini merupakan serangkaian fase dalam pelaksanaan proyek Six Sigma. Setiap proses akan dilihat dan diidentifikasi untuk mengetahui area penyebab bottleneck sehingga bisa dilakukan perbaikan.
- DFSS: Design for Six Sigma adalah metode untuk merancang atau mengembangkan produk yang memenuhi standar kualitas yang sangat baik untuk memenuhi kepuasan pelanggan secara keseluruhan. DFSS juga sering disamakan dengan DMADV (Define, Measure, Analyse, Design, Verify). Berbeda dengan DMAIC yang melakukan perbaikan berkelanjutan setelah suatu proses terjadi, sebaliknya DFSS digunakan untuk menghasilkan sebuah proses yang sebelumnya tidak ada atau ketika suatu proses yang sudah ada dianggap tidak memadai dan harus diganti.
- Lean Six Sigma: Merupakan kombinasi antara pendekatan lean dan six sigma untuk membentuk sistem yang dapat menghilangkan segala macam pemborosan. Penerapan lean difokuskan untuk mengurangi waktu siklus dan arus proses, sehingga dapat meningkatkan tingkat pelayanan, produktivitas yang lebih baik, pemanfaatan aset yang optimal, peningkatan arus kas, mengurangi persediaan yang berlebih, waktu changeover yang lebih pendek, desain produk yang lebih baik, dan mengurangi biaya input. Sedangkan Six Sigma adalah sebuah metodelogi berbasis proyek yang bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dengan berfokus pada penghapusan variasi dalam proses tertentu.
Banyak perusahaan menjadi sangat sukses dan mampu bertahan di masa sulit karena menggunakan metode perbaikan Six Sigma, misalnya General Electric, LG, dan Samsung. Dan penting untuk diketahui, mereka yang sukses dengan Six Sigma cenderung memiliki kesamaan yaitu memiliki Black Belt di organisasi yang memimpin proyek perubahan (proses transformasi).
Bagaimana apakah organisasi Anda sudah siap sukses seperti mereka? Jika IYA, Anda cukup menghubungi SSCX International, perusahaan konsultan berpengalaman yang dikenal dengan kemampuannya dalam memberikan program pelatihan dan sertifikasi Lean Six Sigma di Indonesia. Pada tanggal 14-17 September 2020, SSCX akan kembali menyelenggarakan Public Training Lean Six Sigma Black Belt. Ada diskon khusus 30 Persen untuk 10 pendaftar pertama, loh! Informasi dan pendaftaran hubungi tim support SSCX di Wa.me/628175763021. atau event@sscx.asia
Ingat, Six Sigma adalah metodologi untuk melakukan perubahan dan SSCX International akan membantu Anda mencapai tujuan baru dengan lebih mudah. Salam improvement!