Perusahaan harus bertransformasi lebih awal, sebelum kinerja keuangan mulai menurun.
Evolusi teknologi yang semakin cepat dan meningkatnya risiko disrupsi, menuntut perusahaan untuk melakukan transforsmasi guna menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka. Meskipun intervensi terlihat seperti yang diinginkan, para pemimpin bisa saja membuat keputusan yang bias. Hasil analisa penelitian dari BCG Henderson Institute, Grup Boston Consulting terhadap perusahaan-perusahaan yang membutuhkan perubahan, menunjukkan bahwa transformasi preemptive (preventif) mendorong total return pemegang saham (TSR) 3 persen lebih tinggi dibanding tindakan reaksi setelah kinerja menurun. ROI dalam investasi program preventif juga mencapai 50 persen lebih tinggi, program ini tampaknya juga menjadi faktor yang terukur dan terkuat untuk memprediksi kesuksesan.
Enam langkah Sukses Melakukan Perubahan Preventif
Untuk menghadapi perubahan baik dalam bisnis, teknologi, ataupun lingkungan bisnis yang semakin kompetitif, perusahaan perlu beradaptasi dengan melakukan transformasi lebih awal, sebelum kinerja keuangan mereka mulai menurun. Bagaimana para pemimpin dapat membawa perusahaan mereka menjadi lebih sukses?
1. Terus Mencari
Untuk dapat melakukan perubahan preventif, para pemimpin perlu mengantisipasi perubahan dengan terus mengeksplorasi hal-hal baru. Perusahaan perlu mencari dengan baik apa yang harus dilakukan dengan sistem mereka sebelum mengalami kerugian. Perusahaan juga harus melakukan langkah kombinasi, yaitu langkah besar untuk memasuki medan yang belum dipetakan dan langkah kecil untuk menemukan pilihan yang berbiaya rendah. Ini membutuhkan keseimbangan langkah taktis jangka pendek dengan meletakkan aspirasi jangka panjang, dan berinvestasi cukup di masa depan, terutama dalam teknologi digital dan R & D.
2. Ciptakan Urgensi
Ketika sebuah perusahaan berjalan dengan baik, ancaman datang karena terlalu berpuas diri. Pemimpin tidak boleh menunggu krisis yang sebenarnya untuk melakukan mobilisasi. Menciptakan rasa urgensi adalah cara terbaik bagi para pemimpin untuk mendahului risiko berpuas diri. Menggunakan skenario, mempelajari penantang baru, mensurvei pelanggan yang tidak puas, dan latihan lainnya dapat membantu manajemen membayangkan risiko dan peluang baru, dan menguji ketahanan dan adaptabilitas model bisnis saat ini dalam lingkungan yang terus berubah.
3. Hati-hati terhadap sinyal peringatan dini
Sebagian besar metrik keuangan, seperti pendapatan, laba atau arus kas, tampak terbalik. Untuk dapat mendeteksi kapan perubahan diperlukan, organisasi membutuhkan berbagai sinyal peringatan dini. Membuat metriks pendapatan dari penawaran baru dapat membantu Anda untuk menilai kesiapan masa depan perusahaan.
4. Ciptakan kemampuan transformasi
Bergerak cepat dalam menanggapi setiap risiko dan peluang bisnis sangat penting. Anda membutuhkan kemampuan transformasi yang permanen dan kemampuan organisasi beradaptasi. Secara khusus, tim leader harus menyeimbangkan antara ide dan pengalaman yang tepat untuk mendorong inovasi dan memastikan bahwa ide-ide baru terus dicari dan diakomodasi.
5. Kendalikan narasi
Perubahan preventif dapat menghasilkan friksi dengan pemangku kepentingan yang meyakini bahwa kehati-hatian dan kontinuitas adalah kebijakan terbaik. Pemimpin harus mengendalikan narasi investor dan secara aktif mengelola harapan investor untuk membuat transformasi preventif layak. Mendefinisikan dan menyampaikan tujuan perusahaan, dan mengaitkan upaya perubahan dengan tujuan itu, dapat menjadi energi Anda untuk mendapat dukungan dari karyawan dan middle manajemen. Ketergantungan pada pendekatan reaktif telah menyebabkan transformasi selalu dihubungkan dengan upaya perubahan menyakitkan, defensif dan perbaikan, sedangkan transformasi preventif lebih mungkin difokuskan pada inovasi dan pertumbuhan dari awal.
6. Pilih pendekatan yang tepat
Perusahaan cenderung mendorong perubahan dengan pola pikir manajemen proyek yang monolitik dan linier. Namun pada kenyataannya, transformasi bisnis yang kompleks terdiri dari berbagai jenis perubahan. Setiap bentuk membutuhkan pola pikir yang berbeda dan mekanisme manajemen perubahan yang berbeda pula. Secara khusus, perubahan preventif ini lebih mungkin bergantung pada model perubahan adaptif atau visioner, daripada pendekatan top-down yang berat.
sumber: industryweek/Martin Reeves, Lars Faeste