Diibaratkan equipment itu adalah tubuh manusia dan biaya operasional adalah biaya pengobatan, maka akan lebih mudah dan murah memelihara daripada mengobati.

Saat ada anggota tubuh yang mengalami malfungsi, otak akan frustasi. Lalu bagaimana kalau malfungsi ini terjadi dalam equipment perusahaan Anda? Kerugian pasti tidak bisa dihindari. Ketika equipment mengalami malfungsi berarti safety performance buruk dan operasional tidak akan nyaman, sementara kerugian yang terukur adalah terhambatnya proses produksi dan biaya tambahan yang harus ditanggung perusahaan.

Melihat besarnya dampak dari permasalahan equipment, banyak perusahaan yang mulai mengimplementasikan Total Productive Maintenance (TPM). Meskipun istilah ini tidak asing lagi, masih ada yang salah dalam mengartikannya. Masih ada yang beranggapan bahwa TPM adalah program “penyembuhan”, yang dilakukan setelah kerusakan benar-benar terjadi pada mesin, dengan kata lain setelah mesin kehilangan efektivitasnya. Padahal semestinya TPM menjadi upaya pencegahan bahkan memungkinkan Anda untuk mencegah upaya pencegahan itu sendiri dilakukan.

TPM, seperti yang telah anda ketahui, adalah metode equipment maintenance yang tujuannya adalah meningkatkan produktivitas di lini produksi dengan cara meningkatkan dan menjaga performa mesin. Implementasi TPM hanya akan berhasil apabila Anda memiliki pemahaman dan perencanaan yang benar. Perencanaan yang benar akan membawa Anda mewujudkan zero defects, yang merupakan goal dari implementasi TPM.

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam implementasi TPM adalah Deklarasi Program TPM, jajaran di level Top Management harus turun langsung dan memberikan dukungan ke karyawan. Karena tanpa dukungan manajemen akan ada skeptisme yang bisa melumpuhkan inisiatif program TPM itu sendiri. Misalnya, ketika yang menjadi inisiator TPM adalah orang maintenance, maka persentase keberhasilannya akan kecil. Ada sebabnya, karena ketika orang maintenance menjadi inisiator TPM, pihak lain seperti produksi akan beranggapan bahwa mereka ingin melempar tanggungjawabnya kepada orang lain. Tentu lain cerita jika jajaran BOD yang menjadi inisiatornya. Lalu apa langkah selanjutnya?

“ Sebagian besar orang berpikir jika bagian tersulit TPM adalah mengubah mindset. Salah! Mengubah mindset adalah bagian dari task implementasi TPM. Jadi bukan barrier, tapi itulah yang harus kita kerjakan. Kalau di banyak perusahaan perubahan mindset adalah penghambat, sebaliknya kami di SSCX ketika menerapkan project TPM di klien justru ini menjadi salah satu point yang akan menjadi action plan kita”, Yodha Pradana, Trainer SSCX International.

Pemahaman dan perencanaan TPM yang benar inilah yang dibahas secara tuntas oleh Yodha Pradana, trainer SSCX dalam pelatihan Total Productive Maintenance yang diselenggarakan di Hotel Wyndham, Jakarta. Pelatihan yang berlangsung selama dua hari ini dihadiri oleh beberapa perusahaan lintas sektor, diantaranya Dover Chemichal, Givaudan Indonesia, Preformed Line Product Indonesia, dan Century Batteries Indonesia.

Baca juga  Telah Terbit Edisi Terbaru, THE 5 RIGHT APPROACH: Your Path to Excellent Project Improvement

SSCX International merupakan consulting firm yang berpengalaman menjadi konsultan dan training provider Lean Six Sigma di Asia Pasifik. Pelatihan yang diadakan SSCX selalu dipandu oleh para instruktur terbaik dan berpengalaman. Agar tidak ketinggalan informasi tentang pelatihan apa saja yang akan digelar SSCX tahun ini, hubungi +62 21 5763020 atau kunjungi  website resmi SSCX di www.sscxinternational.com