Sebuah studi mengeksplorasi dinamika perusahaan mapan melakukan terobosan baru, kecenderungan organisasi bisnis mematenkan inovasi sedari 1980-1997. Studi melihat setiap bidang paten di Amerika Serikat, mengamati paten benar-benar mengaitkan, berhasil membawa teknologi ke area yang belum pernah terkoneksi.

Penelitian mengenai pembangkit listrik dimulai dari pengetahuan tentang pemisahan gas sebelum era 1990an. Akhirnya pengetahuan tentang pemisahan gas dipatenkan. Perusahaan di kemudian hari menggunakan paten tentang pemisahan gas untuk mengembangkan inovasi pembangkit listrik. Maka jelas koneksi dari satu inovasi teknologi ke inovasi selanjutnya.

Studi perilaku organisasi di Amerika Serikat menunjukkan relasi tersebut. Perusahaan cenderung menggunakan paten sebuah inovasi lantaran memiliki dampak substantif. Kesimpulan menunjukkan dukungan kuat teori ketidaksesuaian antara motivasi dan kemampuan perusahaan. Kecenderungan perusahaan menggunakan paten “radikal” saat performa teknologi menurun jauh dari harapan.

Penggunaan paten umumnya sukses saat digunakan perusahaan, bahkan melebihi ekspektasi organisasi. Ke depan, secara nyata di perusahaan multi teknologi yang bersaing, berkeinginan tinggi mencoba sesuatu yang baru secara radikal. Sebaliknya, dorongan berinovasi melemah saat teknologi berjalan dengan baik.

Pelajaran yang bisa diambil dari riset perilaku organisasi, pertama, perusahaan yang kuat perlu mengatasi persoalan bias yang melemahkan motivasi berinovasi. Perusahaan mesti membangun kultur dan sistem insentif saat melakukan berbagai eksperimentasi. Meski berisiko gagal, perusahaan tetap memberikan toleransi dan apresiasi.

Sejak inovasi identik dengan risiko gagal, umumnya pekerja di perusahaan yang sukses cenderung menjauhi inovasi, mengerjakan proyek-proyek seremonial. Mereka tak mau kegagalan berinovasi menandai karir dan menjadi hambatan di kemudian hari. Apple dan Google menjadi contoh yang baik, terus menciptakan inovasi di saat performa pekerja mencapai puncaknya.

Aplle selama Sembilan tahun berturut-turut dinobatkan sebagai perusahaan paling inovatif oleh The Boston Consulting Group. Untuk bertahan dalam bisnis perusahaan harus terus berinovasi, atau akan mati. Namun hanya sedikit pendapat bahwa perusahaan multinasional Amerika telah kehilangan sentuhan inovatif berdasarkan kemiripan iPhone 5s dengan iPhone 5.

Baca juga  Membangun Budaya Inovasi untuk Ciptakan Keunggulan Bisnis 

Google menjadi perusahaan paling inovatif nomor tiga. Mengkhususkan diri dalam produk dan jasa yang berhubungan dengan internet. Google selalu mampu memukau semua orang dengan inovasi yang mengagumkan seperti upaya terakhir untuk memiliki password alternatif, kacamata Google dan sebagainya.

Kedua, perusahaan yang sedang membangun perlu lebih berhati-hati, karena biasanya perusahaan demikian cenderung mengambil risiko lebih besar. Mestinya seorang manajer senior menyadari jika upaya mengambil risiko lebih besar umumnya gagal. Sehingga langkah tepat yang diambil pertama kali misalnya mengatasi kurangnya kemampuan sumberdaya manusia yang berdampak pada menurunnya daya saing perusahaan.

Upaya melakukan terobosan teknologi baru bagi perusahaan yang belum mapan, nampak lebih realistis setelah mengidentifikasi dan memperbaiki masalah, penyebab menurunnya performa

Studi tersebut menyarankan kepada manajer untuk meninjau ulang alokasi sumberdaya untuk R & D di area pengembangan teknologi. Perusahaan merancang teknologi baru setelah mengganti sumberdaya yang berperforma tinggi di area pengembangan teknologi. Secara keseluruhan studi menunjukkan perusahaan mapan yang aktif melakukan terobosan teknologi baru akan menjadi lebih sukses lantaran berada dalam posisi yang kuat untuk melakukan inovasi. []