Kualitas adalah kunci utama lean manufacturing. “Lakukan dengan benar sejak awal,” adalah filosofi yang lebih mudah diucapkan ketimbang dilakukan.

Sehingga, masih banyak organisasi yang menginginkan hasil instan dengan melakukan hal yang sama berulang-ulang kali namun, mereka mengharapkan hasil yang berbeda.

Hal ini menurut Paul A. Myerson, seorang professor dibidang Praktek Supply Chain Management, menjadi penyebab timbulnya cacat atau kerusakan pada produk atau jasa yang dihasilkan. Sehingga, perusahaan tidak bisa memberikan nilai tambah pada produk atau jasa mereka kepada pelanggan.

Meskipun 85 persen dari masalah kualitas yang dilaporkan terjadi dalam proses dan material, namun pada umumnya, cacat atau rusaknya produk atau jasa timbul karena adanya kesalahan di operator.

Meskipun kesalahan operator sering menunjukkan masalah yang lebih dalam, namun bagaimanapun alasan ini bukan cara yang baik untuk mendapatkan solusi yang tepat, justru menurut Myerson, hal ini akan meciptakan rasa takut dan ketidakpercayaan dalam organisasi.

Quality at the Source” dalam prinsip Lean Manufacturing menyatakan bahwa kualitas tidak hanya diukur pada akhir proses produksi saja, tapi juga pada setiap langkah hingga proses tersebut selesai.

Berdasarkan prinsip ini, maka kualitas menjadi tanggung jawab dari masing-masing individu yang memberikan kontribusi pada proses produksi sehingga pengiriman produk atau jasa kepada konsumen bisa dilakukan tepat waktu dan tanpa cacat.

Dibanding berfokus pada pemeriksaan akhir, menurut Myerson, anda harus membuat pekerjaan setiap orang untuk memastikan bahwa mereka menyediakan material atau informasi yang baik kepada semua pelanggan mereka. Artinya, operator harus diarahkan untuk membuat part yang bagus dan hanya boleh mengirimkan part yang bagus untuk proses berikutnya.

Myerson juga menuliskan bahwa cara terbaik untuk mencegah terjadinya cacat dan kesalahan adalah dengan menghindarinya. Konsep Poka Yoke atau Mistake Proofing dapat membantu anda mencegah kesalahan-kesalahan yang menyebabkan cacat pada produk atau jasa.

Baca juga  12 Prinsip Agile 

Berikut beberapa cara menerapkan mistake proofing (poka yoke) dan standardized work, khususnya di area supply chain dan operasional logistik:

  1. Menerapkan sistem perhitungan siklus secara langsung di gudang untuk meningkatkan akurasi persediaan dan menemukan akar penyebab masalah
  2. Menerapkan Six Sigma dan Statistical Process Control untuk mengurangi variasi proses yang dapat menyebabkan aktivitas waste
  3. Berkomunikasi dengan pelanggan dan pemasok melalui pertukaran data elektronik untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan produktivitas
  4. Standardisasi proses untuk mengurangi variasi. Instruksikan semua pekerja untuk menggunakan metode praktek terbaik, dan membuat pengingat yang mudah terlihat untuk memastikan tugas dilakukan dengan cara yang sama
  5. Mengatur tempat kerja menggunakan elemen 5S – Sort Out, Set in Order, Shine, Standardize, dan Sustain– demi sebuah lingkungan kerja yang bersih, aman, efisien dan rapi. ***RR/RW