“Chaos is when everyone on the team has different ideas about what’s important .” – John C. Maxwel
Apa yang membuat sekelompok orang hebat berubah menjadi sebuah tim yang berprestasi? Para ahli di bidang business improvement setuju bahwa untuk membuat tim mencapai hasil maksimal, faktor pengalaman dan shared value adalah yang terpenting. Saat ini memang banyak aktivitas team-building yang dapat dilakukan untuk mempererat hubungan antar anggota tim, seperti paint ball atau boule. Namun, sesungguhnya untuk mencapai tujuan tim dengan hasil maksimal butuh lebih dari itu.
[cpm_adm id=”10763″ show_desc=”no” size=”medium” align=”left”]
Seperti yang dikemukan oleh salah satu CEO perusahaan subsidiary dari American Standard Companies berikut: “Bisnis bukanlah “ilmu roket” – bisnis lebih sulit daripada itu. Bisnis adalah tentang melayani pelanggan dengan produk yang berkualitas dan pelayanan dengan memberikan value, juga tentang kompetisi. Bisnis dilakukan oleh manusia dan dengan manusia.
“Manajemen harus memastikan lingkungan yang siap untuk menang – asosiasi punya tanggung jawab untuk menang. Saya percaya bahwa shared value adalah framework untuk mewujudkan semua itu.” – Jim Schultz, Executive Vice President , The Trane Company, North American Commercial Group (NACG), a subsidiary of American Standard.
Lalu, apakah yang disebut shared value?
Kita sering melihat tim-tim dengan tujuan yang terumuskan dengan baik, namun kadang mereka melupakan nilai-nilai yang seharusnya dapat membimbing langkah dalam merealisasikan tujuan tersebut. Semua orang dalam tim memiliki gagasan yang berbeda mengenai apa yang penting. Hasilnya adalah kekacauan. Tim akan mulai tercerai berai ketika anggota tim harus berada dalam ‘halaman buku’ yang sama.
Seperti yang ditulis John C. Maxwell dalam bukunya, The 17 Indisputable Laws of Teamwork, shared value bisa dibilang merupakan definisi dari sebuah tim. Seperti halnya nilai-nilai personal yang membimbing perilaku seseorang, nilai-nilai yang dianut organisasi memengaruhi dan menentukan perilaku tim. Nilai-nilai tersebut adalah prinsip yang dapat membantu personil tim untuk lebih saling terhubung dan efektif.
Berikut adalah peranan shared value bagi sebuah tim:
Lem – Ketika saat-saat sulit menghampiri, semua tim akan mengalaminya – shared value akan tetap mengikat satu sama lain dan memberikan kekuatan. Shared value adalah hasrat yang menyatukan semua orang bersama-sama.
Pondasi – Seperti bangunan yang membutuhkan pondasi atan tanaman membutuhkan akar, setiap tim butuh stabilitas untuk bekerja dengan baik dan untuk tumbuh.
Penggaris – Value menetapkan standar performa bagi tim. Dalam dunia korporasi, value biasanya terwujud dalam bentuk mission statement atau rangkaian norma dalam menjalankan bisnis. Namun sering terjadi, value yang dikumandangkan perusahaan berbeda dengan value yang sesungguhnya dijalankan.
Kompas – Ketika individu memiliki nilai-nilai yang kuat, mereka memiliki kompas moral yang membantu mereka membuat keputusan.
Magnet – Nilai-nilai yang dianut tim menarik orang-orang yang menganut nilai yang sama. Dalam buku The 21 Irrefutable Laws of Leadership, John C. Maxwell menerangkan tentang hukum daya tarik yang berbunyi “Who you are is you attract”.
Identitias – Kepercayaan yang dianut tim mengidentifikasi jatidiri tim tersebut. “What you believe identifies who you are”.
Anggota dari sebuah tim yang ingin berprestasi harus bisa bekerja bersama-sama untuk mencapai produktivitas maksimal. Mereka harus saling mengenal dan memahami, dan harus juga memiliki pandangan yang sama mengenai bagaimana pekerjaan seharusnya dilakukan.
Sekarang, apa yang harus dilakukan? Mari mulai dengan nilai-nilai. Setiap orang memilikinya, dan umumnya kita akan mengembangkan atau mengubahnya berdasarkan pelajaran yang didapat dari pengalaman. Secara alamiah, jika kita mengumpulkan sekelompok orang dan mencoba membentuk sebuah tim, setiap orang tersebut akan membawa nilai-nilai mereka ke dalam tim.
[cpm_adm id=”11002″ show_desc=”no” size=”medium” align=”none”]
Untuk mendapatkan shared value, Anda harus berdiskusi dengan tim setiap hari. Anda perlu menempelnya di dinding. Bicarakanlah setiap hari dan atasi hambatan yang ada dalam proses tersebut. Menurut Jack Welch, salah satu mantan CEO tersukses dari General Electric (GE), manajer yang baik tidak selalu berpikir terfokus pada angka. Angka bukanlah visi; angka hanyalah produk. Fokuslah kepada faktor lunak, seperti membangun tim, membagi ide-ide, dan memberi semangat pada orang lain.
Mengenai pengalaman, mungkin ada baiknya mempertimbangkan faktor pelatihan, karena satu-satunya cara untuk mengembangkan organisasi adalah dengan mengembangkan orang-orang yang ada di dalam organisasi tersebut. Jika perusahaan memiliki anggaran khusus untuk mengirim karyawan mengikuti pelatihan atau konferensi, pertimbangkalah hal itu.***