Alih-alih melakukan satu pekerjaan seperti pekerjaan pabrik pada umumnya, Siemens justru ingin pekerjaan perakitan dilakukan oleh pekerja robot yang saling berkolaborasi dalam menangani berbagai project atas permintaan pelanggan.
Ingatkah Anda sebuah film di tahun 1936 yang dibintangi oleh Charlie Caplin? Dalam film tersebut ia berperan sebagai pekerja pabrik yang sepanjang harinya hanya harus mengencangkan baut-baut. Terbayangkah di benak Anda bagaimana rasanya jika Anda yang harus melakukan pekerjaan tersebut, setiap hari?
Ya, hal inilah yang juga menjadi perhatian dari salah satu raksasa industrial terbesar asal Jerman – Siemens. Seperti ditulis dalam laman fastcompany.com, head of research dari Siemens Corporate Technology Livio Dalloro mengatakan bahwa saat ini pelanggan mereka mulai membuat permintaan untuk produk-produk yang tidak biasanya. “Kita akan melihat produk-produk yang lebih kompleks dan mereka (pelanggan) kami meminta kami untuk memproduksinya,” jelas Dalloro.
Menurut Dalloro, biaya yang dihabiskan dalam melakukan proses shifting dari satu produk ke produk yang berbeda juga bukanlah angka yang sedikit. “Biaya produksi untuk membuat assembly line Anda mampu memproduksi produk yang berbeda, cukup tinggi.”
Lalu, apa solusi untuk situasi ini?
Siemens, akhirnya memutuskan untuk “mengutus” pasokan robot yang ditugaskan untuk mencari tahu sendiri bagaimana mereka dapat menyelesaikannya. Tim Dalloro di laboratorium Siemens, di Princeton, New Jersey dengan menggunakan teknologi 3D printing telah membuat robot-robot berbentuk spider yang didesain sebagai tim yang terkoordinasi.
Robot-robot spider buatan tim Siemens ini memiliki kemampuan mulai dari kemampuan sensoring, chatting, analisis hingga membuat sebuah pemikiran kolektif untuk dapat menyelesaikan pekerjaan yang mereka lakukan.
Dalloro mengilustrasikan bagaimana sistem yang disebut SISPIs (Siemens Spider) akhirnya dapat menyelesaikan sebuah project. “Sebuah desain produk yang dibuat dalam teknologi 3D printing akan diberikan langsung kepada robot-robot kami. Kemudian mereka saling bernegosiasi, mulai dari bagaimana produk tersebut diproduksi, bagaimana mereka membagi tugas, dan hal tersebut terus dilakukan secara paralel.”
Selain itu, Dalloro juga menjelaskan bahwa Robot Siemens Spider ini juga mengetahui kemampuan dan keterbatasan mereka. Masing-masing dilengkapi dengan tiga giroskop dan akselerometer, ditambah actuator pada kaki-kaki mereka, yang berfungsi mengukur kemampuan mereka. “Semua hal ini bertujuan untuk menentukan posisi Spider dan bagaimana mereka bergerak dari satu tempat ke tempat berikutnya.”
“This is the first step”
Tujuan utama Siemens menciptakan robot-robot spider ini bukan hanya untuk menyebarkan robot-robot plastik dari hasil teknologi 3D printing. SISPIs menurut Siemens adalah bukti dari sebuah konsep yang menunjukkan bahwa robot yang fleksibel dan otonomos adalah sesuatu yang mungkin. Ide ini pertama kali diusulkan oleh insinyur Siemens Sinan Bank pada tahun 2014. “Kami ingin melakukannya secepat mungkin,” kata Dalloro. Dan ini adalah langkah pertama kami, lanjutnya.
Dengan konsep seperti ini, Dalloro menilai bahwa hal tersebut memungkinkan mereka untuk mempercepat dan mengembangkan berbagai teknologi yang berbeda di berbagai disiplin ilmu pada saat yang sama.