Caterpillar, atau dikenal dengan Cat, adalah perusahaan yang menyediakan peralatan konstruksi, pertambangan, mesin diesel dan gas alam, serta turbin gas industri terbesar di dunia. Tidak hanya itu, mereka juga memberikan layanan seperti keuangan, logistik, dan manufaktur. Caterpillar berhasil menjangkau seluruh benua melalui produk dan layanan mereka. Bahkan pada tahun 2008, Caterpillar telah mempekerjakan sebanyak 113.000 karyawan di seluruh jaringan perusahaan mereka.

Caterpillar biasanya tidak menjual produk dan layanan yang mereka miliki kepada konsumen akhir, tetapi melakukannya dengan menggunakan jaringan distribusi dealer global. Saat ini, mereka memiliki lebih dari 180 dealer yang tersebar di Amerika Utara, Afrika, Timur Tengah, Asia, dan Amerika Latin. Keseluruhan dealer yang memiliki lebih dari 131.000 karyawan ini berperan sebagai penghubung dari konsumen akhir kepada Cat.

Perusahaan ini pun memiliki kesuksesan finansial yang besar. Pada tahun 2006, Caterpillar telah mencapai total penjualan dan pendapatan sebesar 41,5 milyar dolar, melebihi tujuan yang mereka tentukan pada tahun 2001. Caterpillar menciptakan strategi pertumbuhan yang sangat agresif dan membutuhkan biaya pendanaan yang tidak sedikit. Misalnya saja, perusahaan ini telah menghabiskan sebesar 1,4 milyar dolar hanya untuk biaya penelitian dan pengembangan pada tahun 2006. Berdasarkan top 100 company versi majalah Fortune, Caterpillar berada pada urutan ke-44 yang memiliki pendapatan sebesar 51,3 milyar dolar dan memiliki keuntungan sebesar 3,6 milyar dolar.

6 Sigma di Caterpillar

Caterpillar mulai menerapkan metode Six Sigma pada tahun 2001, ketika CEO Glen Barton menantang perusahaan untuk melakukan perubahan. Untuk memperkenalkan ide-idenya, Barton membuat suatu simulasi dramatis dimana 3 karateka bersabuk hitam menggunakan kekuasaan mereka untuk mematahkan ranting-ranting pohon yang masing-masing ranting merepresentasikan kualitas, pemotongan biaya, dan tujuan pendapatan yang mencapai 30 milyar.

Barton menyadari ia membutuhkan suatu tools yang memungkinkan perusahaan untuk membantu menganalisis dimana perubahan tersebut perlu dilakukan, untuk membantu melaksanakan perubahan tersebut, dan untuk membantu mengembangkan perusahaan, sehingga kemudian Barton memilih Six Sigma. Pelatihan awal implementasi Six Sigma di Caterpillar telah menghabiskan waktu selama lebih dari 300.000 jam pada tahun pertama. Dan Campion, Master Black Belt Caterpillar menunjukkan bahwa pada penilaian Black Belt, rata-rata jumlah tahun pengalaman perusahaan adalah sekitar 5 hingga 7 tahun. Di Caterpillar, rata-rata jumlah tahun pengalaman perusahaan adalah lebih dari 20 tahun.

Baca juga  Actions speak louder than words, ubah idemu jadi aksi nyata

Ketika Barton memutuskan untuk pensiun pada tahun 2004 dan kepemimpinannya akan diserahkan kepada Jim Owens, beberapa bagian perusahaan menjadi sedikit khawatir. Mereka takut Owens tidak akan meneruskan Six Sigma yang telah dilakukan oleh Barton. Namun pada akhinya, para Black Belt, Master Black Belt, dan semua yang terkait dengan proyek perubahan Six Sigma percaya bahwa dengan komitmen Owens, metodologi dan peran mereka dalam Caterpillar akan terus berjalan.

Seluruh bagian di Caterpillar ikut berpartisipasi dalam proyek Six Sigma setiap tahunnya, mulai dari lantai pabrik hingga top management yang selalu mendukung strategi-strategi yang direncanakan. Menurut perusahaan, ada sekitar 2.000 Black Belt yang aktif. Setiap karyawan mengetahui dan memahami bahwa inisiatif utama dan perubahan akan dilakukan dengan menggunakan strategi Six Sigma. Apabila terdapat suatu masalah, Six Sigma merupakan tools yang akan membantu Caterpillar menemukan solusinya. Bahkan, para karyawan juga telah belajar dari saat mereka menjadi sukarelawan di perusahaan lain.

Budaya Six Sigma telah menyebar dalam seluruh aspek bisnis di Caterpillar. Dalam implementasi perubahan, Caterpillar dibantu oleh Craig Brabec, the Global Finance and Strategic Support Six Sigma Division Champion saat itu yang berasal dari konsultan bisnis. Brabec menemukan sesuatu yang berbeda dari Six Sigma yang dilakukan Caterpillar: Six Sigma tidak hanya diterapkan pada sisi manufaktur dan teknik saja, melainkan juga diterapkan pada bagian keuangan dan juga sumber daya manusia.

Pada tahun 1990, Caterpillar melakukan reorganisasi struktur unit bisnis mereka, karena terkadang masih ditemukan kesulitan komunikasi diantara unit-unit bisnis. Mereka menggunakan Six Sigma, karena Six Sigma menyediakan mekanisme perubahan yang efektif, dana sarana untuk mengintegrasikan pengetahuan dan komunikasi dipelajari oleh seluruh unit bisnis melalui proyek Six Sigma tersebut. Hasilnya, unit bisnis Caterpillar saat ini menjadi lebih terarah dan mudah dalam berbagi pengetahuan dan berkomunikasi.

Baca juga  Data-driven Manufacturing untuk Transformasi Industri

Selain digunakan sendiri, Caterpillar telah mengajarkan kepada supplier dan dan dealer mereka tentang manfaat penggunaan Six Sigma untuk memperbaiki seluruh model penjualan. Caterpillar telah memperkenalkan Six Sigma kepada 850 suppliers mereka di seluruh dunia, yang telah membentuk lebih dari 1000 Black Belt untuk membantu pelaksanaan proyek tersebut. Ketika mengimplementasikan Six Sigma, Caterpillar menggunakan fakta dan data untuk menampilkan hasil yang dapat diharapkan oleh supplier, yang akan mempengaruhi supplier untuk ikut berpartisipasi dalam menerapkan metode tersebut.

Para dealer pun telah berkomitmen terhadap perubahan dengan Six Sigma ini. Lebih dari 165 dealer juga telah menghasilkan 1000 Black Belt untuk membantu implementasi proyek yang telah direncanakan. Para dealer merasa kagum karena mereka dapat berbagi proyek satu sama lain dalam Caterpillar yang menggambarkan praktik terbaik diantara pada dealer. Meskipun masing-masing dealer dikelola sebagai satu bisnis yang terpisah, Six Sigma telah memberikan mereka suatu ‘rasa kebersamaan’ di seluruh dunia.

Mencapai Tujuan Strategis

Ketika Glen Barton memperkenalkan Six Sigma kepada Caterpillar, ia membayangkan akan menggunakan metode ini untuk membantu Caterpillar mencapai angka pendapatan sebesar 30 miliar dolar pada tahun 2006. Namun ternyata, apa yang dibayangkan Barton terwujud pada tahun 2004 – hanya berselang dua tahun dari rencana awalnya. Jim Owens, CEO Caterpillar  yang menggantikan Barton, saat ini terus mengembangkan strategi perubahan dengan menggunakan metodologi Six Sigma. Tujuan strategi baru ini juga mencakup sumber daya manusia, performa proses dan produk, hingga pertumbuhan perusahaan yang profitable.

Caterpillar telah mengembangkan metrik-metrik untuk setiap tujuan strategis untuk tahun 2020. Metrik atau pengukuran terhadap performa proses dan produk termasuk juga menjadi nomor 1 dalam kualitas, market leadership, dan market leading availabity. Pada akhirnya, pengukuran pertumbuhan profitable ini mencakup 50 miliar dolar pendapatan dan laba per saham meningkat di atas 50% dari Standard and Poor’s 500 Companies.

Selama 8 tahun terakhir, Caterpillar telah membuktikan manfaat dari metode Six Sigma dalam mencapai tujuan strategis mereka. Hal ini dilakukan dengan menggabungkan metodologi dan prinsip-prinsipnya secara keseluruhan dalam semua aspek di perusahaan, termasuk juga supplier dan dealer. Caterpillar sangat percaya bahwa dengan menggunakan Six Sigma untuk melakukan perubahan, tujuan baru mereka akan dapat tercapai dengan lebih mudah.

Baca juga  Indonesia di posisi ke-12 Top Manufacturing Countries by Value Added 

Salah satu contoh nyata yang menggambarkan integrasi Six Sigma secara berkelanjutan ke dalam semua aspek perusahaan Caterpillar adalah sebuah proyek yang akan memperbaiki rangkaian desain gabungan dalam proses perakitan. Proyek ini berfokus pada perbaikan secara terus-menerus dalam budaya kualitas di Caterpillar dan memberikan kesempatan untuk terus meningkatkan praktik-praktik terbaik juga meniru solusi di seluruh perusahaan.

Caterpillar juga sedang berfokus pada proyek Six Sigma yang menekankan pada peningkatan ergonomik. Proyek ini membantu Caterpillar menerapkan proses pada area yang terlihat proaktif, yang pada akhirnya adalah menyediakan lingkungan kerja yang lebih baik lagi bagi para karyawan.

Seperti yang dapat dilihat, Caterpillar terus merangkul metode Six Sigma untuk melakukan continuous improvement, bukan hanya pada bagian manufaktur dan tekniknya, melainkan ke seluruh bagian organisasi. Cara kerja dan pemikiran dari metode Six Sigma telah sukses dalam membawa strategi perusahaan menuju perubahan selama bertahun-tahun.

Komitmen kuat untuk terus mempertahankan keunggulan dan tetap berfokus pada kebutuhan pelanggan menggerakkan Caterpillar untuk terus meningkatkan kualitas dan keandalan produk serta layanan mereka. Secara historis, Caterpillar diakui telah dan selalu memberikan kualitas tertinggi terhadap produk-produk mereka. Kesuksesan ini, bagi Caterpillar, tergantung pada seberapa jauh mereka dapat melampaui kualitas harapan pelanggan dan terus mendukung apapun perubahan yang akan dan telah dilakukan oleh perusahaan.***