Saat re-organisasi yang telah dilakukan tidak cukup efektif, sang CEO pun menantang perusahaan besar ini untuk melakukan perubahan menyeluruh. Sebuah tantangan yang berbuah manis.
Siapa yang tak kenal Caterpillar. Berdiri sejak 15 April 1925 di Amerika Serikat, perusahaan yang dikenal dengan nama dan logo “Cat” ini menyediakan peralatan konstruksi, pertambangan, mesin diesel dan gas alam, serta turbin gas industri terbesar di dunia. Tak hanya itu, mereka juga memberikan layanan seperti keuangan, logistik, dan manufaktur.
Saat ini Caterpillar telah beroperasi di lebih dari 157 negara melalui 220 dealer dengan total 113.000 pekerja. Sebuah industri besar yang meraih kesuksesan besar. Caterpillar mencapai total penjualan dan pendapatan sebesar 41,5 milyar dolar di tahun 2006, ini melebihi tujuan yang mereka tentukan pada tahun 2001. Hingga Caterpillar berada pada urutan ke-44 versi majalah Fortune yang memiliki pendapatan sebesar 51,3 milyar dolar dan memiliki keuntungan sebesar 3,6 milyar dolar. Wow.
Tentu saja terdapat cerita di balik kesuksesan yang mengagumkan ini. Caterpillar menciptakan strategi pertumbuhan yang sangat agresif dan membutuhkan perjuangan yang tidak sedikit. Antara lain, perusahaan ini pernah menghabiskan sebesar 1,4 milyar dolar hanya untuk biaya penelitian dan pengembangan pada tahun 2006.
Sebelumnya, Caterpillar juga pernah melakukan perubahan secara menyeluruh dan menerapkan Six Sigma pada tahun 2001, yakni sebuah alat yang berhasil membawa angka pendapatan yang ditargetkan lebih cepat dari yang ditargetkan. Bagaimana bisa?
Berawal dari Tantangan Sang CEO
Pada tahun 1990, Caterpillar sempat melakukan reorganisasi struktur unit bisnis mereka, karena kesulitan komunikasi diantara unit-unit bisnis masih kerap ditemukan. Namun ternyata reorganisasi saja dirasa belum cukup, hingga sang CEO, Glen Barton, menantang perusahaan untuk melakukan perubahan menyeluruh.
Barton membuat suatu simulasi dramatis di mana tiga karateka bersabuk hitam menggunakan kekuasaan mereka untuk mematahkan ranting-ranting pohon, yang masing- masing ranting merepresentasikan kualitas, pemotongan biaya, dan tujuan pendapatan yang mencapai 30 milyar.
Di sinilah ia menyadari ia membutuhkan sebuah alat yang memungkinkan perusahaan untuk menganalisa dan membantu melaksanakan perubahan menyeluruh untuk mencapai perkembangan yang diinginkan. Kemudian Barton memutuskan untuk memilih Six Sigma.
Six Sigma adalah suatu alat manajemen yang terfokus terhadap pengendalian kualitas dengan mendalami sistem produksi perusahaan secara keseluruhan. Bertujuan untuk menghilangkan cacat produksi, memangkas waktu pembuatan produk, dan mehilangkan biaya. Six sigma juga disebut sistem komprehensif. Karena sifatnya yang berfungsi sebagai alat, strategi, dan disiplin ilmu.
Disebut strategi karena terfokus pada peningkatan kepuasan pelanggan, disebut disiplin ilmu karena mengikuti model DMAIC yang terdiri dari Define, Measure, Analyze, Improve, Control . Disebut sebagai alat dan alat karena digunakan bersamaan dengan yang lainnya, seperti Diagram Pareto (Pareto Chart) dan Histogram. Filosofi six sigma adalah: kesuksesan peningkatan kualitas dan kinerja bisnis ditentukan dari kemampuan untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah.
Pelatihan awal implementasi Six Sigma di Caterpillar menghabiskan waktu selama lebih dari 300.000 jam pada tahun pertama. Namun Borton yakin metode ini dapat membantu Caterpillar mencapai angka pendapatan sebesar 30 miliar dolar pada tahun 2006. Perkiraan Borton meleset. Ternyata target pendapatan sebesar itu tak diraihnya pada tahun 2006, namun lebih cepat dua tahun, yakni tahun 2004.
Di tahun yang sama itu pula, Barton memutuskan untuk pensiun dan kepemimpinannya diserahkan kepada Jim Owens. Beberapa bagian dari perusahaan menjadi sedikit khawatir bahwa Six Sigma yang telah dilakukan oleh Barton tidak diteruskan oleh Owens. Namun semua yang terkait dengan proyek perubahan Six Sigma percaya bahwa dengan komitmen Owens, metodologi dan peran mereka dalam Caterpillar akan terus berjalan.
Terbukti, hingga saat ini Jim Owens terus mengembangkan strategi perubahan dengan menggunakan metodologi Six Sigma. Tujuan strategi baru ini juga mencakup sumber daya manusia, performa proses dan produk, hingga pertumbuhan perusahaan yang profitable.
Menilik Peran Penting Six Sigma
Dalam mengimplementasikan Six Sigma, seluruh bagian di Caterpillar ikut berpartisipasi, mulai dari lantai pabrik hingga top management yang selalu mendukung strategi-strategi yang direncanakan. Setiap karyawan mengetahui dan memahami bahwa inisiatif utama dan perubahan akan dilakukan dengan menggunakan strategi Six Sigma. Apabila terdapat suatu masalah, Six Sigma merupakan tools yang akan membantu Caterpillar menemukan solusinya. Bahkan, para karyawan juga telah belajar dari saat mereka menjadi sukarelawan di perusahaan lain.
Budaya Six Sigma telah menyebar dalam seluruh aspek bisnis di Caterpillar. Dalam implementasi perubahan, Caterpillar dibantu oleh Craig Brabec, the Global Finance and Strategic Support Six Sigma Division Champion saat itu yang berasal dari konsultan bisnis.
[cpm_adm id=”10097″ show_desc=”no” size=”medium” align=”right”]
Brabec menemukan sesuatu yang berbeda dari Six Sigma yang dilakukan Caterpillar: Six Sigma tidak hanya diterapkan pada sisi manufaktur dan teknik saja, melainkan juga diterapkan pada bagian keuangan dan juga sumber daya manusia.
Caterpillar tidak menggunakan Six Sigma sendiri. Sebagai sebuah disiplin ilmu, perusahaan ini juga mengajarkan supplier dan dan dealer mereka tentang manfaat penggunaan Six Sigma. Para dealer pun telah berkomitmen terhadap perubahan dengan Six Sigma ini.
Mereka merasa kagum karena mereka dapat berbagi proyek satu sama lain dalam Caterpillar yang menggambarkan praktik terbaik diantara pada dealer. Meskipun masing- masing dealer dikelola sebagai satu bisnis yang terpisah, Six Sigma telah memberikan mereka suatu “rasa kebersamaan” di seluruh dunia.
Caterpillar telah mengembangkan metrik-metrik untuk setiap tujuan strategis untuk tahun 2020. Metrik atau pengukuran terhadap performa proses dan produk termasuk juga menjadi nomor 1 dalam kualitas, market leadership, dan market leading availabity. Pada akhirnya, pengukuran pertumbuhan profitable ini mencakup 50 miliar dolar pendapatan dan laba per saham meningkat di atas 50% dari Standard and Poor’s 500 Companies.
Komitmen kuat untuk terus mempertahankan keunggulan dan tetap berfokus pada kebutuhan pelanggan menggerakkan Caterpillar untuk terus meningkatkan kualitas dan keandalan produk serta layanan mereka. Secara historis, Caterpillar diakui telah dan selalu memberikan kualitas tertinggi terhadap produk-produk mereka. Kesuksesan ini, bagi Caterpillar, tergantung pada seberapa jauh mereka dapat melampaui kualitas harapan pelanggan dan terus mendukung apapun perubahan yang akan dan telah dilakukan oleh perusahaan.
Seperti yang dapat dilihat, Caterpillar terus merangkul metode Six Sigma untuk melakukan continuous improvement, bukan hanya pada bagian manufaktur dan tekniknya, melainkan ke seluruh bagian organisasi. Cara kerja dan pemikiran dari metode Six Sigma telah sukses dalam membawa strategi perusahaan menuju perubahan selama bertahun-tahun.
Selama delapan tahun terakhir, Caterpillar telah membuktikan manfaat dari metode Six Sigma dalam mencapai tujuan strategis mereka. Caterpillar sangat percaya dan telah membuktikan bahwa dengan menggunakan Six Sigma untuk melakukan perubahan, tujuan baru mereka akan dapat tercapai dengan lebih mudah.
Di Indonesia sendiri, implementasi Six Sigma sudah banyak digunakan pada banyak perusahaan, mulai dari perusahaan yang sedang berkembang hingga perusahaan terkemuka. Anda cukup menghubungi perusahaan konsultan berpengalaman seperti SSCX International, yang dikenal dengan kemampuannya dalam memberikan program pelatihan dan sertifikasi Lean Six Sigma di Indonesia.***