Lebih dari 5 dekade, PT Sri Rejeki Isman Tbk yang juga dikenal dengan nama Sritex berkiprah sebagai perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara. Beberapa produknya telah merajai pasar di seluruh dunia, tak hanya memproduksi tekstil untuk keperluan umum tetapi juga untuk keperluan militer. Tak hanya seragam TNI, lebih dari 30 negara lainnya membeli seragam militer dari Sritex. Bagaimana merek lokal ini mampu menggempur pasar?

Sritex mempunyai optimisme terhadap perkembangan Industri Tekstil dan Produk Tekstil (ITPT) di Indonesia akan menuju arah yang lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Optimisme ini muncul karena dipengaruhi banyak faktor pendukung. Mulai dari jumlah penduduk yang semakin meningkat, pendapatan per-kapita yang meningkat, dan dorongan lonjakan gradasi kebutuhan primer ke level sekunder dan tersier yang meningkat. Contoh seperti pemenuhan akan sandang yang berkembang mengikuti mode, dan pemenuhan gengsi untuk menyempurnakan aktualisasi diri masyarakat, baik di kalanganan sipil individual maupun sandang yang dikenakan di kalangan kelembagaan berupa seragam dan sejenisnya.

Bertumpu pada Komitmen dan SDM
Keteguhan hati Sritex tertuang dalam slogan bahwa hari ini harus lebih baik dari pada kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari pada hari ini. Slogan ini secara terus menerus di-induksi-kan kepada seluruh insan Sritex, sehingga diharapkan dari Slogan menjadi kebiasaan perilaku atau karakter.

“Sritex memiliki keyakinan tinggi bahwa proses mekanisasi dalam ITPT yang digabungkan dengan proses berbasis hasil oleh kegiatan manusia sebagai pelaku secara harmonis, akan menghasilkan output yang berkualitas dan optimal. Sehingga Sritex tidak dapat memisahkan unsur budaya, unsur kebiasaan kemanusiaan di tiap-tiap lingkungan pabriknya,” papar Iwan Setiawan Lukminto, Direktur Utama Sritex kepada SHIFT Indonesia.

Baca juga  Pertama di Dunia! PHR Kelola Lapangan Minyak Minas dengan Teknologi Berbasis AI 

Menurutnya, sebagai industri yang memiliki karakter padat karya (sekaligus padat modal), unsur SDM merupakan tantangan utama bagi Sritex. Sebagai asset yang sangat berharga bagi perusahaan, Sritex menerapkan SDM secara integrative menyeluruh dan holistik. Sritex mengelola SDM secara teratur dan terencana sejak proses recruitment SDM, dilanjutkan dengan latihan/ edukasi, retensi dan lain sebagainya hingga  penghujung proses. Hal ini sudah menjadi praktek rutin bertahun-tahun sehingga SDM Sritex merupakan cerminan bertemunya berbagai keahlian yang khas, dan bahkan bertemunya berbagai bangsa-bangsa di dunia yang unggul di bidang ITPT.

Efisiensi dan Manajemen Mutu
Tantangan industri manufaktur salah satunya adalah bagaimana bisa menciptakan efisiensi dalam rangka mewujudkan operational excellence di perusahaan. Beberapa pendekatan diadaptasi untuk mewujudkan kondisi tersebut. Di Sritex target efisiensi diterapkan di masing-masing sektor (Spinning, Weaving, Finishing, Garment), dan pada masing-masing Cost Center di luar operasional seperti di fungsi pemasaran, fungsi tata kelola tenaga kerja dan lainnya.

Semua upaya efisiensi biaya dilakukan secara terprogram, mengikuti kaidah manajemen mutu yang diterapkan dengan target dari masing-masing tujuan pencapaian mutu. Pengendalian mutu dilakukan melalui mekanisme yang dilakukan oleh manajemen representatif. Jadi manajemen representatif mengendalikan seluruh indikator kendali tujuan pecapaian mutu, yang meliputi pencatatan kinerja serta penjelasan akar-akar masalah apabila terjadi varian antara yang direncanakan dan realisasi di lapangan.

Disamping itu, perusahaan menerapkan strategi pemasaran dengan prinsip “multi product, multi country dan multi customer”. Strategi yang diterapkan ini sudah sangat terbukti mumpuni dalam menghadapi berbagai situasi dan gejolak perekonomian yang ada. “Kami sendiri sudah melewati dua krisis besar tahun 1998 dan 2008 yang mana hal itu bukanlah hal yang mudah bagi industri tekstil di Indonesia untuk bertahan dan melewati krisis  tersebut,” jelas Iwan.

Perusahaan yang mempunyai sederet penghargaan ini, salah satunya diberikan oleh MURI atas karyanya dalam membuat desain kain terbanyak, bertahun-tahun menerapkan management mutu sesuai standar seperti penerapan ISO. Sritex memiliki sertifikasi ISO 9001 dan ISO 14001 yang sudah berkali-kali diaudit dan diperbaharui sesuai dengan tuntutan kekinian. Mereka juga melakukan pendekatan lain seperti adaptasi penerapan kombinasi parsial Six Sigma, Malcom Baldridge dan lain sebagainya untuk mencapai operational excellence.

Baca juga  Indonesia di posisi ke-12 Top Manufacturing Countries by Value Added 

Menjawab Dinamika Transformasi Digital
Adanya era transformasi digital tentu akan memberikan sejumlah konsekuensi bagi semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam kegiatan ITPT di Indonesia mulai dari sisi konsumen, produsen, sampai dengan pemangku kebijakan. Pemangku kepentingan di bidang pendukung kecakapan dan ketrampilan seperti lembaga-lembaga pendidikan ITPT pun juga tak luput terkena dampak atas perubahan ini.

Sebagai produsen, Sritex pun dituntut bisa melakukan perubahan. Kita bisa melihat bagaimana kemajuan transformasi digital berhasil menyumbang perubahan perilaku pada konsumen, tentu mereka akan lebih dimudahkan terutama dalam bidang “pemesanan” melalui mekanisme dan cara-cara digital. Pelaku ITPT harus merespons secara adaptif, kalau tidak mereka akan dengan sangat mudah ditinggal karena dinamika perubahan ini. “Apabila perubahan ini tidak direspon dengan layak, maka dipastikan harmoni tatanan hubungan yang terjalin sebelumnya akan mengalami perubahan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya dis-harmoni yang justru akan berakibat negatif bagi pertumbuhan ITPT,” kata Iwan lagi.

Iwan yakin berkembangnya Sritex hingga mencapai tataran kemajuan seperti saat ini selama usia 50 tahun lebih, salah satunya disebabkan karena karakter Sritex yang adaptif terhadap setiap perubahan baik internal maupun eksternal. Perubahan era transformasi digital merupakan salah satu contoh perubahan yang sedang dialami oleh Sritex saat ini.

Sritex pun menyesuaikan diri atas tuntutan yang serba digital ini, tidak hanya di bidang produksi namun juga di bidang fungsional utama perusahaan, seperti: fungsi operasi, fungsi logistik, fungsi pemasaran, fungsi keuangan, fungsi ketenaga-kerjaan, fungsi teknologi komunikasi & informatika, dan fungsi pendukung lainya seperti hubungan sosial kemasyarakatan.

Adapun langkah khusus atau khas yang dilakukan oleh Sritex adalah berupa pemahaman karakter dari perubahan akibat era digitalisasi ini. “Sritex harus jeli dan cerdas dalam merespon karakter khas tersebut, sehingga  tidak harus latah merespon era digital dengan keharusan penerapan serba digital, namun harus memilah dan menentukan mana yang harus ditanggapi dengan kecepatan, ketepatan, dan tata kelola data yang adaptif serta memadai,” pungkas Iwan.