“Lean adalah sebuah perjalanan. Dan perjalanan itu tidak akan pernah berkahir. Ini adalah sebuah proses yang akan terus berjalan” – Cory Jansen Vice President Operation Fastenal.
Fastenal adalah sebuah perusahaan asal Amerika yang berbasis di Winona, Minnesota. Fastenal mendistribusikan barang-barang industri, seperti menjual perlengkapan konstruksi, alat-alat keselamatan, dan lain sebagainya. Mereka memiliki 2.600 cabang di seluruh Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, dan Eropa dengan 13 pusat distribusi. Reuters menyebut mereka sebagai distributor industri.
Meng-upgrade Teknologi
Kecil tapi perkasa. Itulah tujuan dari Fastenal Manufaktur, yang mengkhususkan diri dalam custom orders dan engineer parts untuk pelanggannya.
Dan untuk tetap kompetitif dan menjaga profitabilitasnya merangkak naik, Fastenal Manufaktur menyesuaikan proses bisnis mereka dengan mengadaptasi prinsip-prinsip Lean Manufacturing di dalam divisi manufacturing.
“Lean adalah sebuah perjalanan,” kata Vice President untuk operasional Fastenal, Cory Jansen. “Dan perjalanan itu tidak akan pernah berkahir. Ini adalah sebuah proses yang akan terus berjalan.”
Mencari cara untuk mengintegrasikan metode Lean dapat menjadi hal yang sulit bagi divisi manufaktur di perusahaan. Lean akan lebih mudah diterapkan di manufaktur besar dengan pesanan yang berlimpah dan mesin yang selalu bekerja sepanjang waktu.
Fastenal Manufacturing adalah salah satu divisi paling kecil di dalam organisasi Fastenal, divisi ini hanya berharga $125 juta dollar Amerika dari sebuah perusahaan yang menghasilkan puluhan milliar dollar. Divisi manufaktur ini bergantung pada pesanan custom pelanggan, dan cenderung membuat sekitar 4.000 jenis pekerjaan berbeda setiap bulannya. Bahkan, kurang dari setengahnya, sekitar 30-40 persen mereka membuat produk yang sama, sehingga sulit untuk merampingkan proses dan mengkhususkan diri pada satu hal.
“Sangat sulit untuk bisa sangat baik dalam proses,” kata Jansen. “Justru, kami malah baik dalam memindahkan material untuk membuat proses di pabrik lebih efisien.”
Fastenal mengambil pendekatan cradle-to-grave untuk terus melakukan proses pemindahan material dan memanfaatkan teknologi selama proses pemindahan ini berlangsung. Dalam perkembangan terbaru, Jasen mengatakan divisi manufaktur telah menghabiskan 6 juta dollar Amerika untuk mengupgrade teknologi dan membeli mesin-mesin baru, yang memungkinkan perusahaan untuk membuat produk lebih cepat.
Fleksibelitas
Di pabrik Winona, Fastenal memiliki mesin yang dapat diatur, sehingga beberapa bagian dapat dikontrol melalui mesin komputer. Hal ini membuat Fastenal dapat membuat pesanan suku cadang lebih cepat dan efisien, serta mengurangi jumlah berapa kali operator harus turun sebelum bagian selesai, juga meningkatkan kualitas.
Jansen mengatakan, biaya bahan/material tidak jauh berbeda dengan harga di Amerika Serikat. Perbedaannya adalah apakah perusahaan bisa mendapatkan harga yang cocok untuk setiap dolar yang dikeluarkan untuk para pekerja. Penggunaan teknologi untuk mempercepat produksi dan meningkatkan efisiensi memungkinkan Fastenal mendapatkan hasil maksimal dari setiap orang.
Namun, dengan menerapkan metode Lean, bukan berarti Fastenal mengurangi biaya tenaga kerja sebagai imbas dari sistem yang terotomatisasi dan penggunaan teknologi. Dalam beberapa tahun terkahir, Fastenal telah menerapkan employee basis. Bahkan, pada 2013, menurut informasi penjualan yang dirilis perusahaan, karyawan yang bekerja penuh waktu di perusahaan mereka meningkat 13,8 persen.
Dan sejalan dengan upaya efisiensi, menjadi fleksibel adalah bagian yang tidak terpisahkan dari bagaimana Lean mampu meningkatkan produktivitas dari setiap karyawan.
Di Winona, Fastenal memiliki 160 operator yang terdiri dari delapan tim. Tim-tim ini mengoperasikan sel-sel manufaktur untuk melengkapi proses produksi yang sedang berjalan. Lini produksi beroperasi sepanjang waktu, kecuali 12 jam untuk downtime di hari Sabtu.
Sel-sel itu sendiri menawarkan fleksibelitas dalam mesin yang sudah diatur dan terorganisir sehingga proses pemindahan material terus berjalan.
Dalam proses pemindahan dan finishing raw material, Fastenal dibantu peralatan-peralatan untuk menyelesaikannya. Sebelumnya, proses ini dilakukan dengan mengirimkan produk-produk ke Twin Cities, yang memakan waktu hingga 1 minggu serta adanya biaya tambahan untuk menjalankan proses di lini produksi. Dengan proses pemindahan yang dapat dikontrol melalui penggunaan teknologi, Fastenal berhasil mengurangi lead time.
“Memiliki kontrol membuat kami dapat menyelesaikan pesanan lebih cepat kepada pelanggan kami,” kata Jansen. “Kita dapat mengontrol kualitas in-house.”
Dalam pendekatan just in time, pelanggan mencari produsen yang dapat menyelesaikan beberapa part dengan cepat.
Sehingga dengan penerapan just ini time ini, pada 2014, Fastenal dapat melihat pertumbuhan sebesar 6 hingga 15 persen setiap bulannya. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, yang biasanya tumbuh hanya 5 sampai 10 persen.
“Perusahaan dengan strategi supply chain yang baik akan mendapatkan manfaatnya di kemudian hari,” kata Jansen. “Kita dapat mengatur beberapa sel manufaktur. Kita bisa memindahkan dan mengatur pesanan untuk efisiensi terbesar.”***
Sumber: Winonadailynews.com