Seperti yang sudah dibahas pada artikel bagian I, IKEA memang telah menjadi primadona banyak orang dalam berbelanja perabotan. Mulai dari harga produk-produknya yang terjangkau, konsep eco friendly dan desainnya yang memukau, banyak orang juga yang penasaran bagaimana IKEA bisa sebesar sekarang.
Berikut lanjutan dari rahasia sukses IKEA dibalik operasional backend yang mulus dan proses supply chain yang efisien.
Taktik Inventori Cost-Per-Touch
IKEA menggunakan kebijakan dimana pelanggan memilih dan mengambil sendiri perabot dalam kemasan dari rak penyimpanan. Taktik ini disebut taktik inventori cost-per-touch. Seperti yang berlaku dalam hukum jari tangan, makin banyak tangan yang menyentuh produk yang dijual, makin banyak biaya yang terkait dengan produk tersebut.
Bayangkan saja berapa biaya yang terkait produk ini: seorang pelanggan ingin membeli sebuah sofa. Sofa tersebut kemudian dipesan, dikirim dari manufaktur, dipindahkan dari truk pengiriman ke rak penyimpanan di gudang, dipindahkan dari gudang menuju kendaraan pribadi si pelanggan, atau dikirim oleh peritel ke rumah si pelanggan. Setiap kali sofa dikirim, dipindahkan, diangkut, akan ada biaya-biaya yang menyertainya. Makin sedikit barang dipindahkan, makin sedikit biaya yang terkait dengannya. Inilah yang dihindari IKEA agar dapat menjual produknya dengan harga lebih murah.
Kebijakan Logistik In-Store
IKEA juga menggunakan strategi yang unik dan jarang dipakai terkait manajemen logistik untuk pemesanan ulang produk. Mereka mempekerjakan staf-staf logistik untuk menangani manajemen inventori dalam gerai. Para staf ini dikepalai oleh seorang manajer logistik in-store yang bertanggung jawab dalam proses pemesanan, dan seorang manajer barang yang bertanggung jawab dalam logistik penanganan material di semua gerai IKEA.
Tugas para staf logistik ini adalah untuk memantau dan mencatat pengiriman, memeriksa catatan pengiriman, menyortir dan memisahkan barang, dan mengirim barang kepada area penjualan yang benar atau lokasi stok penyimpanan.Secara keseluruhan, mereka memastikan aliran barang yang efisien dalam gerai IKEA. Hal itu sangat penting untuk menjaga tingkat penjualan tetap tinggi dan mendorong loyalitas pelanggan.
Setting Maksimum/Minimum Sebagai Sistem yang Paten
Para manajer logistik di setiap toko menggunakan sistem “pengaturan maksimum/minimum” dalam proses pengisian inventori. Sistem ini dikembangkan oleh IKEA dalam proses pemesanan barang kembali untuk memenuhi kebutuhan inventori toko.
Setting minimum: jumlah minimal produk yang tersedia sebelum dapat dipesan kembali.
Setting maksimum: jumlah maksimum produk tertentu yang dipesan dalam satu waktu.
Karena pengaturan stok inventori IKEA hanya dilakukan pada malam hari, pengaturan maksimum/minimum dilakukan berdasarkan jumlah produk yang akan dijual dalam periode satu atau dua hari. Proses ini akan memenuhi permintaan pelanggan, sementara meminimalisir resiko pemesanan produk terlalu sedikit atau terlalu banyak.
Strategi ini memastikan IKEA memiliki inventori yang cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan, mengurangi biaya, dan menurunkan biaya penjualan.
Penggunaan Fasilitas Gudang High-Flow dan Low-Flow
Operasional toko IKEA didukung oleh fasilitas high-flow (fokus kepada 20% SKU yang menempati 80% volume barang keseluruhan) dan fasilitas low-flow yang bersifat lebih manual. Di gudang-gudang high-flow-nya, IKEA menggunakan sistem penyimpanan dan pengambilan barang otomatis untuk mengurangi cost-per-touch. Produk yang disimpan di gudang low-flow bukan produk dengan permintaan tinggi, dan penanganannya lebih banyak dilakukan manual.
Strategi ini membuat IKEA menjadi peritel perabot paling sukses di dunia, dengan biaya operasional rendah dan permintaan produk tinggi. Hal ini tentu saja menjaga kemampuan kompetitif perusahaan, karena IKEA juga terus mencari cara untuk mempercantik strategi manajemen supply chain mereka. Bukan hanya itu, mereka juga memiliki kemampuan yang sulit ditiru oleh para kompetitornya.
Jago Menarik Minat Pelanggan
Walaupun IKEA menerapkan sistem logistik yang berdampak besar kepada kepuasan pelanggan, namun mereka sadar, untuk menarik minat pelanggan, harus ada ‘wow factor’ yang lebih terlihat sehingga pelanggan termotivasi untuk datang dan menemukan sisi unik IKEA sebagai toko perabot.
Salah satu keunikan IKEA adalah hadirnya Småland, yaitu area bermain anak, juga restoran yang menjual menu Swedish Meatball alias bakso Swedia yang sangat terkenal di mancanegara. Selain itu, ada juga Swedish Food Marketyang menyediakan Lingonberry Jam, selai yang sama ngetop-nya dengan baksonya. Dua makanan tersebut biasa dimakan bersamaan, dan harus diakui, keduanya menjadi primadona di gerai-gerai IKEA di seluruh dunia.
Menurut salah satu pengunjung IKEA di Alam Sutera, yang namanya IKEA experience bukan hanya sekedar mencari perabot, atau mencicipi makanan ala Eropa. IKEA menawarkan kesenangan dan kemudahan berbelanja perabot, sambil menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga.***