Selalu menjadi pertanyaan bagaimana Toyota mencapai posisi utama produsen mobil di dunia. Rupanya itu tidak lepas dari tangan dingin seorang Taiichi Ohno. Dia bukan hanya simbol semata tetapi Guru kebangkitan manufaktur Jepang setelah perang dunia kedua. Ohno lahir 29 Februari 1912 di Cina. Setelah lulus dari Nagoya Institute of Technology, dia bergabung dengan Toyota Automatic Loom pada tahun 1932. Tahun 1943, Ohno ditransfer ke Toyota Motor Company sebagai production engineer.

Menjelang akhir perang dunia kedua, produktivitas Toyota Motor Company jauh di bawah industri besar lainnya seperti Detroit Industry (Ford), yaitu sekitar 9:1, artinya produktivitas satu pekerja di Amerika setara dengan 9 pekerja Jepang. Ohno menemukan bahwa inefisiensi adalah alasan utama mengapa produktivitas Toyota lebih rendah dari produsen otomotif lainnya. Dia pun berencana untuk meniadakan inefisiensi pada bagian proses produksi.

Pada 1956, Taiichi Ohno ke AS mengunjungi “The Big Three” (GM, Ford, dan Chrysler) untuk mempelajari teknologi industri otomotif yang telah mapan. Menariknya, ide TPS bukan berasal dari hasil pengamatannya, Vice-President Eksekutif Toyota ini justru mendapatkan inspirasi dari supermarket. Dia terkesan pada konsumen yang bebas memilih barang dan jumlah yang mereka inginkan.

Membeli barang yang tepat, dengan jumlah akurat, dan harga yang sesuai menjadi inti Toyota Production System (TPS) yang dia kembangkan hingga pertengahan 1970-an. Beberapa elemen dari sistem ini seperti: Pull System, Muda (7 tipe pemborosan), Single Minute Exchange, Flexible job assignement, Menghilangkan pekerjaan-pekerjaan tidak bernilai tambah, Metode Kanban, U-Shape cell, One piece flow dan Pemerataan produksi telah banyak diadopsi organisasi lain.

“We let the flow manage the process, NOT the management manage the processes,” menjadi prinsip dalam sistem produksi Toyota. TPS yang berkembang secara evolusioner di tengah segala kekurangan dan kendala pada dasawarsa awal, membuat sistem itu meresap kuat ke dalam budaya perusahaan. Dengan kata lain, di Toyota, TPS bukan lagi sekadar sistem produksi melainkan falsafah perusahaan. Bahkan sistem Lean Thinking yang merupakan inti TPS adalah yang paling banyak diimplementasi oleh berbagai industri, bukan hanya produsen otomotif. Suatu peninggalan besar dari Ohno sebelum akhirnya beliau meninggal pada 28 Mei 1990 dalam usia 78 tahun.