Memasuki industri 4.0, semakin banyak perusahaan yang memanfaatkan Internet of Things (IoT) dalam sistem operasi mereka. Dari penelitian yang dilakukan Forbes, IoT berhasil memberi dampak yang signifikan di area produksi dan rantai pasok atau supply chain.
Salah satu penelitian dari Forbes menemukan bahwa 45% respondens menempatkan IoT dalam proses produksi sebagai prioritas tinggi atau sangat tinggi di perusahaan mereka. Hal ini tampaknya logis mengingat IoT berdampak terhadap hampir semua bisnis yang berorientasi pada produk. Misalnya, ketika solusi berbasis IoT diperkenalkan di lantai pabrik, mereka dapat memberikan dampak pada kualitas secara keseluruhan dengan membantu produsen mendeteksi bahan yang tidak standard dan memastikannya sesuai spesifikasi produk. Untuk beberapa merek, tingkat kualitas yang dihasilkan lebih tinggi menghasilkan penghematan biaya sepanjang siklus produksi.
Optimalisasi produksi juga memberikan manfaat tambahan. Bagi perusahaan seperti Harley-Davidson, dengan operasi manufaktur yang kompleks, investasi IoT di fasilitas produksi adalah keputusan yang relatif sederhana dengan hasil nyata. Pabrik Harley Davidson di York, Pensylvania, sebagai contohnya, setiap langkah dalam produksi sekarang terlacak dan tercatat ke dalam sistem kinerja manajemen yang real time. Sebagai bagian dari implementasi, Harley-Davidson memasang perangkat lunak dan sensor yang mengukur, mencatat dan mengelola kinerja peralatan dan proses yang berbeda. Bagian cat, misalnya, dipantau untuk panas dan kelembaban, dan perangkat lunak secara otomatis menyesuaikan kecepatan kipas saat pengukuran menyimpang dari rentang yang dapat diterima.
Sistem ini juga mengembalikan data real-time kepada karyawan dan manajer melalui layar besar, komputer dan perangkat cerdas. Informasi ini memberi mereka visibilitas yang lebih baik mengenai kejadian di lantai produksi dan mempercepat pengambilan keputusan di lingkungan yang serba cepat. Hasil dari upaya Harley Davidson dalam mengoptimalisasi produksinya sangat besar. Mereka berhasil melakukan cost reduction sebesar 7%, meningkatkan produktivitas karyawan sebesar 2,4%, dan meningkatkan marjin bersih yang sangat mengesankan sebesar 19%.
Dalam survei Forbes Insights yang sama, 64% eksekutif mengatakan bahwa keseluruhan manajemen supply chain merupakan prioritas bagi perusahaan mereka. Bagi perusahaan dengan operasi logistik yang luas, ini nampak jelas. Amazon, misalnya, telah memiliki pertumbuhan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini Amazon mengelola lebih dari 500 juta stock keeping unit (SKU) dan mengoperasikan lebih dari 490 fulfillment centers, hubs dan lokasi lainnya di seluruh dunia, beberapa di antaranya memiliki luas lebih dari 1 juta kaki persegi.
Karyawan Amazon biasanya harus berjalan melalui pusat pergudangan yang luas untuk memindai dan mengambil produk. Namun di tahun 2012, Amazon mengakuisisi Kiva Systems, yang memproduksi robot menggunakan IoT yang sekarang digunakan untuk mengotomatisasi proses itu. Dengan meningkatkan efisiensi warehouse, robot ini telah mengurangi biaya operasional hingga 20%, sehingga menghemat sekitar 22 juta dolar setiap tahun di setiap warehouse. Jika robot Kiva dipasang secara global, di semua pusat distribusi Amazon yang diperkirakan mencapai 255, perusahaan ini dapat menghemat lebih dari 5 miliar dolar per tahun.
Menakjubkan bukan?
Sumber : Forbes