I can accept failure, everyone fails at something. But I can’t accept not trying
Begitulah kata Michael Jordan, seorang bintang lapangan basket dunia yang juga seorang entrepreneur sukses. Apa yang coba disampaikan Jordan adalah, kesalahan memang bukan sesuatu yang sengaja dibuat, namun dengan adanya kesalahan, disitulah kita belajar memahami sesuatu. Kesalahan selalu timbul dalam setiap lini kehidupan, begitupun di dunia bisnis.
Anda yang memiliki karyawan atau tim, tentunya sudah sangat ‘akrab’ dengan kesalahan-kesalahan yang mereka tidak sengaja lakukan. Namun jangan buru-buru menganggap kesalahan sebagai hal yang sepenuhnya negatif, karena ternyata di balik kesalahan ada sisi positif yang juga bisa didapat dari karyawan Anda.
Seperti yang disampaikan oleh seorang penulis novel asal Australia Matthew Reilly, dirinya sering terlibat percakapan para eksekutif. Dalam percakapan tersebut, topik utama mereka adalah menciptakan inovasi yang memang selalu menjadi prioritas utama dalam bisnis.
Beginilah percakapan Reilly dengan para eksekutif: “Inovasi merupakan prioritas utama, tapi para eksekutif ini tidak mengetahui bagaimana inovasi ini bisa benar-benar terjadi. Mereka menginginkan ide besar yang dapat mengguncang pasar dan mampu menghasilkan profit. Namun sayangnya, mereka terus menjual produk dan jasa yang sudah ada tanpa ada pembaruan yang signifikan. Kita tentu bisa menebak, bagaimana frustrasinya mereka,” terang Reilly. Umumnya, rasa frustrasi akibat profit yang mandek dilimpahkan kepada karyawan, yang di-cap tidak memberikan kinerja baik.
Saran Reilly, hindari menyalahkan karyawan. Masalah yang terjadi dalam budaya perusahaan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi profitabilitas, umumnya berakar dari anggapan bahwa ide baru harus berasal dari para karyawan alih-alih pimpinan.
Sebuah survey menghasilkan fakta bahwa hanya satu dari lima orang responden menganggap manajemen mendukung penuh usaha inovasi, dan hanya 12 persen perusahaan yang menganggap kesalahan sebagai bagian dari proses mencetak prestasi. Survey tersebut juga menunjukkan, 83 persen karyawan sering mengajukan ide-ide layaknya seorang pemilik bisnis (hal ini menunjukkan sense of ownership yang baik dari karyawan), dan ini merupakan hal yang menguntungkan bagi perusahaan.
Mengapa para karyawan ingin terus mencoba mengajukan ide dan melakukan inovasi? Kebanyakan dari mereka menginginkan status dan respek dari rekan-rekan sejawatnya. Karena itulah, mereka mau mengambil resiko mengerjakan hal-hal diluar basis insentif moneter. Para manajer sebaiknya memupuk semangat dan bakat-bakat semacam ini untuk mendorong jiwa entrepreneur yang tidak kenal takut, yang akan membawa kepada inovasi.
Para pemimpin bisnis dapat mendorong dan menjaga jiwa entrepreneur karyawan mereka dengan memberikan pedoman yang jelas tentang seberapa besar risiko dan kegagalan yang dapat diterima, sehingga karyawan dapat terus mengembangkan ide-ide mereka tanpa takut gagal.***RR/RW