John Shook adalah seorang antrolog industri, yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengajar dan melakukan penelitian. Kontribusinya terhadap proses transformasi di perusahaan pasca ditutupnya NUMMI lantas tidak menghilangkan antusiasmenya terhadap prinsip-prinsip manajemen yang berasal dari Toyota yakni Lean Manufacturing atau yang lebih dulu dikenal dengan Toyota Production System(TPS).

Shook belajar tentang manajemen Lean saat bekerja untuk Toyota selama hampir 11 tahun di Jepang dan Amerika Serikat, di mana ia mendapat tugas untuk membantu proses pertukaran manajemen dan sistem produksi perusahaan di NUMMI hingga kemudian operasi lainnya di seluruh dunia.

Tujuh tahun menetap di Markas Toyota, membuatnya menjadi orang Amerika pertama yang menjabat sebagai manajer di perusahaan Jepang. Berbagai pengalaman telah ia rasakan selama memimpin perusahaan hasil joint venture Toyota dan GM tersebut.

Pengalaman nyata dalam menerapkan prinsip-prinsip lean di seluruh organisasi ini memberinya wawasan tentang bagaimana tantangan yang akan dihadapi oleh perusahaan-perusahaan yang juga menerapkan prinsip-prinsip Lean.

Meyakini Bahwa Lean adalah Proses Pembelajaran

Pada musim semi 2010, New United Motor Manufacturing Inc (NUMMI) yang terkenal sebagai hasil Joint Venture Toyota Motor Corp dan General Motors Co, telah resmi “tutup pintu”. Sebagai seorang yang pernah menjadi bagian dari cerita panjang perjalanan perusahaan yang pertama kali di buka pada tahun 1984 itu, John Shook sering mendapat pertanyaan, “Apa yang telah anda lakukan untuk mengubah budaya di NUMMI secara dramatis dalam waktu yang singkat?”

Dengan singkat pula, Shook menjawab, “Kami menerapkan praktek manajemen Toyota Production System (TPS)”. Namun, menurut Shook jawaban tersebut tidak cukup menjelaskan atas pertanyaan yang ditujukan kepada dirinya.

Baca juga  Mengenal Definisi dan Keunggulan Design Thinking untuk Berinovasi

Hingga pada suatu waktu, dalam sebuah acara perkumpulan para praktisi Lean dan Lean Startup yang diselenggarakan di New York, pada April lalu, John Shook mendapatkan kesempatan menjadi keynote speaker dalam acara tersebut.

Dalam pemaparannya, Shook menilai bahwa Lean adalah tentang bagaimana mengubah organisasi dan juga individu yang ada di dalamnya.

Konsep Lean yang sebenarnya menurut Shook adalah membuat hal-hal lebih baik dengan mengembangkan orang-orang untuk memecahkan masalah dan terus berinovasi. Baginya, Lean adalah sebuah sistem pembelajaran.

Terobosan “Learning by Doing” di Masa Kejayaan NUMMI

Pada Akhir Agustus 2009, Toyota membuat pengumuman resmi akan menutup perusahaan hasil Joint Venture-nya dengan General Motors (GM), NUMMI. Pasalnya, NUMMI yang merupakan langkah awal Toyota melakukan produksinya di Amerika Serikat itu tidak mampu membawa keuntungan bagi dua perusahaan tersebut. Namun demikian, banyak pelajaran yang diambil Toyota dari NUMMI.

Sejarah awal NUMMI telah terdokumentasi dengan baik namun, berbagai pro dan kontra ditutupnya perusahaan tersebut menjadi hal yang terus diperbincangkan. Sejarah 25 tahun tersebut telah menjadi pembelajaran untuk bagaimana menghadapi krisis di saat ini.

Proses pergeseran budaya, mulai dari bagaimana memecahkan masalah hingga kesempatan untuk terus menciptakan inovasi sangat terasa di dalam tubuh NUMMI.

Bagi Toyota Joint Venture-nya dengan GM adalah investasi manufaktur terbesar yang pertama di Amerika Serikat. Toyota juga belajar bagaimana menyesuaikan sistem TPS-nya untuk bekerja dengan pemasok AS dan peraturan pemerintah AS.

Sehingga, melalui sosok seorang John Shook, Toyota melakukan pendekatan manajemen dengan konsep “learning by doing”. Dan menurut Toyota, cara inilah yang ternyata lebih berguna untuk belajar.

Menurut Shook, lean manajemen tidak mengacu pada bagaimana mendapatkan jawaban yang paling tepat namun, lebih kepada mencari jawaban dengan mengeksplor berbagai permasalahan dengan keterlibatan antar orang dan menerapkan konsep “learning by doing”.

Perubahan apapun yang dilakukan di dalam sebuah organisasi, menurutnya, mengubah sistem adalah hal pertama yang harus dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengubah nilai-nilai dan sikap yang selama ini tertanan di dalam organisasi. Dan inilah yang menjadi dasar pemikiran yang tepat dalam praktek penerapan Lean.

Baca juga  Afirmasi Positif dalam Budaya Respect Lean

John Shook mengingatkan bahwa prinsip Lean mengajarkan untuk bersikap terbuka dan menerima bahwa setiap orang itu berkesempatan untuk melakukan kesalahan dan gagal namun, mereka juga memiliki kesempatan yang besar untuk berhasil.

Apa yang bisa dipelajari dari perjalanan NUMMI, menurut Shook adalah bagaimana seseorang menjadi investigator. Sikap tersebut membebaskan seseorang untuk melakukan upaya perbaikan melalui uji coba. Terus mencoba mencari tahu apa yang belum dipahami dari pekerjaan, sehingga dengan cara ini, seseorang dapat menjadi sosok yang gigih untuk terus melakukan cara-cara yang lebih baik, baik bagi pelanggan, organisasi dan orang-orang lainnya di lingkungan organisasi.***RR