The View

Oleh: Suwandi Soh

Well, these are The Reason…

Bulan lalu, saya dan keluarga pindah dari pusat kota Jakarta ke area perumahan yang lebih nyaman bagi anak-anak. Kebetulan sekali setelah pindahan tersebut, ada acara keluarga yang dilangsungkan di rumah saya ini. Rumah ini terletak di area yang tidak populer bagi mereka yang jarang mampir ke daerah sini, sehingga sudah pasti setiap tamu akan menelepon untuk bertanya bagaimana caranya menuju rumah saya ini. Membayangkan bahwa saya harus menjelaskan hal yang sama beberapa kali, saya membuat satu laman web di blog pribadi saya. Saya tuliskan belasan langkah secara detail dari pintu keluar tol hingga lokasi. Tidak lupa, saya berikan link untuk aplikasi waze, peta lengkap, hingga koordinat google maps.

Seketika saya merasa jenius. Besoknya, saya jadi tahu itu perasaan yang salah. Tidak jenius sama sekali, karena kenyataannya…

Hanya 10-15% yang menggunakan laman web tersebut secara efektif. 10-15% menggunakannya secara tidak tepat dan sisanya bahkan tidak menggunakannya dan memilih menelepon dan meminta panduan langkah demi langkah sambil mereka menyusuri jalan dari pintu tol hingga ke rumah.

Pertanyaan di kepala saya adalah mengapa mereka tidak melakukan sesuatu yang obvious? Mengapa tidak menggunakan aplikasi yang membantu mereka seperti GPS, Google Maps, Apple Maps, Waze? Mengapa tidak membaca panduan via web tersebut secara detail? Why don’t they do the obvious?

Well, hal ini terjadi di tempat kerja Anda juga. Misalnya, Anda tahu bahwa paling efektif atau paling efisien adalah melakukan A, tetapi rekan kerja Anda tidak melakukan A dan memilih melakukan B yang lebih kompleks dan lebih memakan waktu.

Baca juga  Konsep Utama dan Siklus dalam Lean

Setelah berpikir dan melakukan riset kecil, saya bisa berbagi beberapa kemungkinan.

  1. Obvious bagi kita belum tentu obvious bagi orang lain. Obvious atau tidaknya satu kondisi adalah bersifat subjektif. Masih ingat artikel beberapa bulan lalu tentang back-up data? Adalah jelas dan terang benderang bagi saya bahwa back-up data secara rutin kedalam hard-drive lain dan kepadacloud storage harus dilakukan setiap hari. Tetapi ini tidak obvious bagi orang lain yang mungkin tidak paham manfaat dan cara back-up.
  2. Resiko dan reward yang dinilai belum seimbang. Risk dan reward juga subjektif. Berolahraga dan menjaga asupan makanan adalah obvious. Bagi orang yang sudah pernah terkena serangan jantung, berolahraga dan menjaga asupan gizi adalah sesuatu yang jika tidak dilakukan akan memberikan resiko yang sangat tinggi, sehingga ia akan melakukannya. Tetapi resiko ini dinilai rendah oleh kelompok lain yang tidak sakit jantung, sehingga mereka enggan berolahraga dan lebih suka mengkonsumsi soto babat setiap akhir pekan.
  3. Tidak memahami bagaimana cara melakukannya. Walaupun sesuatu itu obvious, belum tentu semua orang tahu cara melakukannya. Menganalisa waste atau non-value-add secara rutin adalah obvious bagi sebagian orang dan juga obvious bagi yang sudah pernah merasakan reward dari proses yang lebih efisien. Tapi ini tidak dilakukan rekan kerja kita karena mereka memang tidak memahami cara melakukannya.
  4. Sesuatu yang obvious ini ternyata tidak mudah untuk dilakukan. Ya, tidak semua yang benar dan jelas-jelas harus dilakukan merupakan hal gampang. Meningkatkan koordinasi antar bagian lewat rapat koordinasi secara rutin setiap minggu adalah hal yang obvious di organisasi manapun, tetapi cobalah tanya berapa banyak yang bisa melakukan rapat ini secara rutin dan efektif.
Baca juga  Ingin Organisasi Inovatif? 3 Landasan Ini Wajib Ada Loh

Nah, dari 4 kemungkinan itu saja, saya jadi lebih paham mengapa satu hal yang obvious bisa tidak dilakukan. Masing-masing tentu saja ada solusinya. Anda cukup membaca setiap kemungkinan tersebut dan mencari counter-nya. So obvious. I know you can do it, obviously.***