Jika anda atau teman anda memiliki anak kecil, pastinya anda sudah terbiasa dengan berbagai macam karya seni anak-anak anda yang dengan bangga dipajang di seluruh rumah. Baik lukisan yang dibuat dengan jari yang ditempel di kulkas, kreasi tanah liat yang dipajang di ambang jendela, semua orangtua akan bangga dengan hasil karya anak mereka, dan selalu ingin memamerkan hasil karya kreatif tersebut.

Kebanggaan tersebut berlanjut hingga ke usia yang lebih individual, dimana semua yang mereka buat mendapat tempat khusus di lingkungannya. Contohnya, jika anda menikmati mengendarai dan mengutak-atik sepeda motor, ada sesuatu yang terasa spesial mengenai sepeda motor yang tengah anda kerjakan dibandingkan dengan sepeda motor lain dalam merk dan model yang sama.

Perbedaannya adalah rasa kepemilikan dan kreativitas yang anda miliki – sepeda motor yang anda kerjakan adalah milik anda, bukan hanya sekedar sepeda motor.

Ketika kita telah menumbuhkan rasa kepemilikian akan sesuatu, kita kan menginvestasikan sebagian dari identitas kita pada hal tersebut, dan melakukan yang terbaik untuk menghebatkannya. Contohnya, jika kita menyewa mobil dan ternyata mobilnya rusak, kita akan marah kepada perusahaan rental. Jika mobil yang rusak tersebut adalah milik kita yang seringkali kita utak-atik, kita tentu tidak akan merasa marah. Alih-alih, kita mungkin merasa kesal pada diri sendiri karena mobil tersebut rusak, atau ingin mendedikasikan lebih banyak waktu dan tenaga untuk memperbaikinya.

Kepemilikan dan Identitas

Hubungan antara kepemilikan dan identitas sangat penting untuk dipahami insan bisnis modern.

Beberapa organisasi seperti IKEA misalnya, telah berusaha dengan baik untuk menghubungkan kepemilikan dengan model konsumsi mereka, menarik pelanggan yang menjalin ikatan istimewa dengan produk yang mereka jual.

Baca juga  Indonesia di posisi ke-12 Top Manufacturing Countries by Value Added 

Salah satu fitur utama IKEA adalah produk yang dapat dirakit sendiri. Ketika anda membeli meja atau kursi, anda mendapatkan semua bagian yang lengkap, namun harus merakitnya sendiri. Kelihatannya memang seperti ‘hal yang menyusahkan’, tapi nyatanya fitur tersebut merupakan salah satu keunggulan kompetitif IKEA. Ketika anda merakit produk IKEA, anda mendapatkan perasaan memiliki yang kreatif terhadap produk. Meja ini bukan hanya sekedar meja – inilah meja yang anda buat sendiri.

Konsep yang sama juga dipahami oleh Rocketspark, sebuah perusahaan web-design di New Zealand. Mereka mengembangkan strategi pembuatan website DIY (Do-It-Yourself). Mereka menciptakan program website builder yang intuitif, yang memungkinkan anda memasukkan teks dan gambar, merancang tampilan dan mencocokkan warna di palet-palet untuk membuat website anda keren. Lagi-lagi, hal ini terlihat seperti sebuah pekerjaan ekstra – namun inilah salah satu keunggulan kompetitif perusahaan desain tersebut. Website Rocketspark bukan hanya sekedar website; inilah website yang anda bangun sendiri. Tentu saja, anda ingin website tersebut tampil dan berfungsi sebaik mungkin.

Inspirasi untuk Bisnis yang Inovatif

Teori dan contoh diatas akhirnya membawa kita kepada dua pelajaran penting untuk mendorong bisnis yang inovatif:

1. Ciptakan bersama Pelanggan

Temukan cara agar anda bisa mendorong pelanggan untuk mendapatkan rasa kepemilikan atas produk dan jasa anda. Tanyakan pada diri dan tim, “Bagaimana agar pelanggan bisa berkontribusi dalam proses produksi?”. Hal ini tentu membutuhkan pemikiran yang inovatif, dan pemikiran tersebut bisa saja membawa anda kepada restoran dimana pelanggan bisa membawa sendiri bahan makanannya untuk dimasak koki, mobil yang sentuhan akhirnya bisa dilakukan oleh pembelinya, atau perangkat lunak yang bisa dimodifikasi dengan cara unik. Cara ini bukan hanya memungkinkan anda menghemat biaya, tapi juga menciptakan hubungan yang dinamis antara produk atau jasa nada dengan pelanggan.

Baca juga  Wajib Tahu, Inilah Jalan Ninja Menuju Keberhasilan Organisasi

2. Berdayakan Karyawan

Hubungan antara kepemilikan dan inovasi dapat dilihat dengan jelas dalam diri para pengusaha. Mereka memiliki mimpi, mereka berusaha dan berinovasi untuk mewujudkan mimpi tersebut. Identitas dan rasa sukacita mereka datang dari rasa kepemilikan. Namun sayangnya, seringkali pengusaha ini tidak membagi rasa kepemilikan ini dengan karyawannya. Lingkungan kerja yang mereka ciptakan memang bisa berjalan sangat baik, namun kurang memiliki dorongan untuk inovasi dan stimulasi untuk sukses.

Karena itulah, sangat penting bagi anda, jika anda pengusaha atau kepala unit bisnis, untuk membagi rasa memiliki dengan karyawan anda. Hal ini bisa dilakukan dengan mudah, seperti memberi lisensi kepada departemen untuk bertransformasi dengan cara-cara yang menguntungkan bagi mereka. Misalnya, berilah call center anda dana dan waktu untuk memikirkan dan menjalankan pekerjaan dengan lebih baik, alih-alih memberitahu semua cara yang anda inginkan. Latih dan dampingi tim anda dalam melalui prosesi ini, namun tetap beri ruang untuk tumbuh bagi rasa kepemilikan mereka atas semua pekerjaan yang dilakukan.

Cara lain untuk mendorong kepemilikan dapat dilakukan dengan sistem profit-sharing, atau open-book management. Semua teknik tersebut bisa dilakukan untuk menciptakan rasa kepemilikan dan menumbuhkan inovasi dalam organisasi anda.***

Diadaptasi dari artikel “How to Create Innovative Ownership” oleh Jeremy Suisted.