Perlahan namun pasti, startup di Indonesia mulai mengadaptasi prinsip-prinsip manajemen ramping, mengatasi kebuntuan inovasi. Jatuh bangun perusahaan startup berkendala pada metode manajemen pengembangan produk. Lean Startup dirancang untuk mengatasi persoalan perusahaan baru yang baru tumbuh dalam strategi inovasi produk, memotong siklus produksi, mempercepat produk sampai ke tangan pelanggan.
Bisnis startup di Indonesia menunjukkan sinyal pasar yang baik, bahkan menjanjikan. Tiga tahun lalu jumlah pengguna internet di Indonesia sekitar 70 juta orang. Mungkin saat ini telah mencapai dua atau tiga kali lipat.
Startup menjadi angin segar bagi industri kreatif di Indonesia melalui kemajuan teknologi informasi dan popularitas sosial media. Akhirnya startup menjadi bisnis yang diminati berbagai kalangan, terutama kaum muda, identik sebagai perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi. Hal ini yang membedakan pendiri startup dengan pedangan kain pemula di Tanah Abang.
Ciri-ciri perusahaan startup antaralain berdiri kurang dari tiga tahun dengan jumlah pegawai kurang dari 20 orang. Pendapatan kurang dari 100 ribu dollar per tahun, masih dalam tahap pengembangan, serta beroperasi dalam bidang teknologi dengan produk berupa aplikasi digital.
Di Indonesia perusahaan startup memang banyak. Tercatat sejumlah jutawan muda sukses meraup rupiah melalui tingginya minat masyarakat atas layanan dan produk internet dalam berbagai platform bisnis online. Namun faktanya tak mudah menjadi seorang startup entrepreneur.
Hasil riset seorang dosen senior Harvard Business School, Shikar Ghosh terhadap 2000 perusahaan startup menunjukkan bahwa hanya 25 persen yang bisa bertahan dan sukses. Sementara sisanya perlahan namun pasti gagal dan mati. Wajar jika sejumlah kiat usaha startup mulai diperkenalkan dan dipraktikkan dalam berbagai platform digital, merespon kegagalan manajerial.
Misalnya kiat-kiat tentang adanya konsep yang bisa diujicoba, menghindari perbaikan yang tiada akhir, menghindari menjalankan bisnis sendirian serta selalu memanfaatkan teknologi masa kini menjadi sejumlah lesson learn dalam memuluskan langkah sebuah perusahaan startup.
Riyantono Anwar, Praktisi Operational Excellence berpendapat startup di Indonesia tergolong masih baru, perlu melakukan berbagai eksperimentasi metode untuk menyempurnakan proses bisnis. “Pemerintah memang sedang mencanangkan program startup untuk usaha kecil menengah, tapi kita belum bisa melihat hasil yang signifikan,” tuturnya. Menurutnya startup di Indonesia cenderung masih bergantung dengan investor, sehingga sulit mengukur kemajuan bisnis lantaran dinamika yang terlampau fluktuatif.
Belakangan sistem manajemen perusahaan startup mulai mengadopsi prinsip-prinsip efektifitas, continous improvement serta inovasi yang lazim dijumpai dalam lean manajemen. Seorang entrepreneur Silicon Valley, Eric Ries berhasil mengembangkan lean manufaktur dalam perusahaan startup dan diperkenalkan ke publik pertama kali pada 2008 sebagai lean startup.
Dalam tulisannya Eric Ries mengatakan perusahaan-perusahaan startup seringkali salah persepsi tentang keinginan calon pelanggan dengan produk yang mereka buat. Perusahaan startup menghabiskan waktu sekadar menyempurnakan produk, bahkan tanpa menunjukkan produknya kepada pelanggan potensial. Sehingga calon pelanggan tak merespon produk sesuai bayangan si pembuat. Akhirnya startup baru itu gagal.
Eric Ries membuat lean startup untuk mendorong perusahaan startup baru menjadi lebih tangguh. Metode lean startup memberikan pendekatan sains, menciptakan, mengelola perusahaan baru, mempercepat produk sampai ke tangan pelanggan. Lean startup akan memandu mencapai tujuan yang diimpikan, khususnya memaksimalkan pengembangan produk baru.
Berbekal pengalaman bekerja di sejumlah perusahaan startup di Amerika, Ries mengklaim jika lean startup mampu memperpendek siklus pengembangan produk melalui adaptasi kombinasi eksperimentasi bisnis dengan konsep validated learning saat produk diluncurkan ke pasar. Apakah validated learning yang dimaksud Ries itu?
Perkembangan industri manufaktur diukur dari tinggi kualitas barang yang diproduksi. Sementara unit perkembangan lean startup adalah validated learning, sebuah metode ketat terhadap arah perkembangan yang tidak pasti. Setelah seorang pengusaha startup menggunakan prinsip validated learning, proses pengembangan yang tak signifikan bisa diantisipasi.
Para pemilik startup tak perlu menghabiskan waktu berbulan-bulan menunggu peluncuran produk, kemudian mengubah arah perusahaan lantaran terdapat ketidaksesuaian dengan perkembangan pasar. Sebaliknya, melalui validated learning pengusaha startup mampu menyesuaikan rencana secara bertahap, detil, bahkan sampai per menitnya.
Menurut Ries, lean startup mampu menghemat waktu, terus-menerus membuat produk atau jasa memenuhi kebutuhan konsumen. Pun, mampu mengurangi risiko pasar, menghindari kesalahan-kesalahan pendanaan proyek dalam jumlah besar atas peluncuran produk yang mahal. Saat ini, popularitas Lean Startup tumbuh berkembang di luar Silicon Valley, menyebar ke seluruh dunia bersamaan dengan sukses penjualan buku Ries The Lean Startup: How Today’s Entrepreneurs Use Continuous Innovation to Create Radically Successful Businesses.
Ia yakin elemen-elemen validated learning mampu menjawab kebuntuan dan kegagalan pengusaha startup merepresentasikan permintaan konsumen. Elemen-elemen Validated Learning antara lain Minimum Viable Product, Continous Deployment, Split Testing, Actionable Metrics, Pivot, Innovation acounting dan build-measure-learn.
Minimum Viable Product
Minimun viable product (MVP) merupakan versi dari produk baru yang mampu memberikan hasil maksimum tentang pengetahuan konsumen secara mudah. Tujuan MVP adalah membuktikan kebenaran hipotesis dasar bisnis, membantu seorang entrepreneur memulai proses pembelajaran secepat mungkin. Ries mencatat bahwa Nick Swinmurn pendiri Zappos ingin membuktikan hipotesis itu, bahwa pelanggan telah siap dan berkeinginan membeli sepatu secara online. Selain membangun website dan database besar tentang alas kaki, Swinmurn juga menyasar ke toko sepatu lokal mengambil gambar inventarisnya, kemudian memostingnya, membeli sepatu dari toko, kemudian mengirimkannya langsung ke pelanggan. Swinmurn menyimpulkan bawa permintaan pelanggan telah ada, dan Zappos berkembang menjadi binis jutaan dollar dengan cara menjual sepatu secara online.
Continuous Deployment (untuk pengembangan software)
Continous Deployment memiliki kemiripan dengan continous delivery, merupakan proses “saat semua kode yang ditulis untuk sebuah aplikasi secara cepat terpasang ke dalam produksi”, hasilnya mampu mengemat siklus waktu. Ries menyatakan beberapa perusahaan tempatnya bekerja memasang kode baru ke produksi 50 kali per hari.
Split Testing
Tes terpisah atau tes A/B merupakan percobaan yang dilakukan pada produk dengan versi yang berbeda, yang ditawarkan kepada pelanggan pada saat yang bersamaan. Tujuan tes terpisah adalah mengamati perbedaan perilaku antara dua kelompok dan mengukur dampak dari setiap versi dalam matrik praktis.
Tes A/B ditampilkan ke dalam bentuk seri sejumlah dari kelompok pengguna yang pada satu minggu mengamati satu versi produk, sementara pada minggu berikutnya menyaksikan versi lainnya. Hal ini bisa dikritisi dalam keadaan event eksternal bisa jadi terpengaruh oleh perilaku pengguna pada satu waktu, tapi tidak berlaku pada yang lain. Sebagai contoh, tes terpisah pada rasa dua es krim dilakukan berkelanjutan selama musim panas dan musim dingin akan memperlihatkan penurunan pasar terkait permintaan es krim selama musim dingin menurun dikarenakan cuaca dan bukan soal rasa es krim yang ditawarkan.
Actionable Metrics
Matriks operasional bisa membimbing untuk menginformasikan pengambilan keputusan bisnis dan tindakan selanjutnya. Berbeda dengan matriks yang sia-sia, pengukuran yang memberikan gambaran kemungkinan optimistis namun tidak akurat merefleksikan kunci mendorong sebuah bisnis.
Matrik yang sia-sia bagi sebuah perusahaan mungkin saja menjadi matriks praktis bagi perusahaan lain. Misalnya, sebuah perusahaan spesialisasinya membuat website berbasis dashboard untuk pasar finance mungkin menampilkan jumlah pengunjung pada laman webnya, hal tersebut menjadi sia-sia bagi orang yang membuat website tak berbasis pada jumlah pengunjung. Bagaimanapun, sebuah majalah online yang memiliki iklan akan menampilkan jumlah penunjung pada laman webnya sebagai kunci format pengukuran sebagaimana halaman tersebut langsung berkorelasi dengan pendapatan.
Pivot
Pivot merupakan desain struktur koreksi alir kerja untuk mencoba hipotesis fundamental baru tentang produk, strategi dan pertumbuhan. Contoh perusahaan startup yang menerapkan Pivot adalah Groupon yang berjalan dengan platform aktivitas online The Point. Setelah sama sekali tak mendapat perhatian, para pendirinya membuat blog WordPress dan meluncurkan promosi kupon pertama untuk sebuah merek Pizza yang lokasinya satu gedung dengan mereka.
Meski hanya mendapatkan 20 penukaran kupon, para pendiri Groupon menyadari bahwa gagasan mereka telah sesuai, sukses melakukan penguatan sumberdaya manusia. Tiga tahun kemudian Groupon menjadi tumbuh menjadi bisnis jutaan dollar.
Innovation accounting
Elemen lean startup yang memudahkan para entrepreneur teknologi mampu mengelola akuntabilitas dan memaksimalkan dampak (outcome) dengan melakukan pengukuran kemajuan perencanaan, milestone dan skala prioritas.
Build–Measure–Learn
Build-Measure-Learn menegaskan percepatan putaran sebagai unsur menciptakan pengembangan. Keefektifan sebuah tim atau perusahaan ditentukan kemampuan membentuk gagasan, cepat membangun minimum viable product dari ide tersebut, mengukur efektivitas dalam pasar, dan belajar dari pengalaman. Dengan kata lain, siklus atau daur belajar mulai dari ide sampai menjadi produk, mengukur reaksi dan perilaku pelanggan terhadap pengembangan produk, dan kemudian memutuskan produk mana yang diteruskan, atau melakukan strategi Pivot, dan proses ini bisa diulang sebanyak yang dibutuhkan. Daur proses ini terdiri dari: ide/gagasan – > Build Produk -> Measure -> Data -> Learn.
Lean Startup menawarkan pendekatan baru kepada para pengusaha tentang sebuah cara menguji visi organisasi bisnis secara berkelanjutan. Pun, mengadaptasi dan menyesuaikan produk dengan kebutuhan pelanggan, menghindari kerugian dan kegagalan perusahaan startup baru.
Sebagai metode sains lean startup tak anti kritik. Sejumlah kritikus startup menilai konsep lean startup mengandung banyak kesalahan. Misalnya, lean startup lebih mementingkan fitur produk, bukan keseluruhan aspek produk. Secara umum Silicon Valley terlalu terobsesi pada imaji perusahaan yang mampu hidup dan bertahan di dunia industri berdasarkan satu fitur saja. Hal demikian justru menjadi salah satu penyebab akuisisi oleh perusahaan yang lebih besar. (Tim Penulis)