Perayaan Halloween di negara-negara barat tentu identik dengan segala hal yang berbau hantu, monster, labu Jack O’Lantern, dan tentu saja, cokelat! Salah satu produsen cokelat yang produk-produknya sangat digemari di seluruh dunia adalah Hershey’s; sebut saja KitKat, Hershey’s Kisses, Hershey’s Bar, Reese’s Peanut Butter Cups, Almond Joy, atau Special Dark Miniature. Semuanya telah menjadi camilan kesukaan para penggemar makanan manis, baik dewasa maupun anak-anak. Tapi tahukah anda, Hershey’s ternyata punya cara khusus untuk mempermanis tidak hanya produknya, tapi proses operasional logistiknya.

Untuk mempermanis proses operasional di gudang penyimpanannya, Hershey’s melirik metodologi Six Sigma. Dengan menggunakan metode analisa proses tersebut, fasilitas gudang produsen cokelat asal Amerika Utara tersebut berhasil meningkatkan produktivitas dan throughput, sambil juga menurunkan biaya tenaga kerja. Perusahaan tersebut memulai implementasinya sejak 2006 lalu.

Keuntungan implementasi Six Sigma di ranah operasional logistik pada umumnya berupa perbaikan proses, penghematan biaya dan peningkatan efisiensi operasional. Metode ini membantu perusahaan meninjau proses logistiknya secara rasional, melihat akar dari setiap masalah, dan menemukan cara-cara memperbaiki proses, alih-alih hanya menerapkan teknologi secara membabi-buta. Keuntungan inilah yang dikejar oleh Hershey’s ketika memutuskan untuk memulah program Six Sigma-nya, bekerjasama dengan penyedia jasa logistik, GENCO.

GENCO dan Hershey’s berkolaborasi mengembangkan sistem pemesanan web yang digunakan oleh tenaga pemasar untuk memesan sampel dan material merchandising. Disamping itu, mereka juga mengembangkan perangkat lunak untuk menunjang manajemen inventori dan pergudangan. GENCO menangani distribusi, pemrosesan pesanan, dan pelayanan pelanggan. Mereka memastikan para pemasar Hershey’s memiliki amunisi yang lengkap ketika berhadapan dengan klien seperti Safeway, Albertson’s, CVS, dan Wal-Mart, atau ketika melakukan presentasi di berbagai pameran dan konferensi.

Baca juga  Selamat Tahun Baru 2025, Excellent People!

Secara keseluruhan, GENCO membantu Hershey’s memenuhi sekitar 4.000 pengiriman melalui pusat distribusi di Lebanon dalam sebulan.

Hal lain yang menjadi fokus Hershey’s dan GENCO ketika mengimplementasi Six Sigma adalah karyawan yang bekerja di gudang Lebanon. Setelah mengumpulkan data biaya, margin, akurasi dan perhitungan siklus kerja di gudang Lebanon, GENCO mengembangkan grafik “critical-to-satisfaction” yang berisi detil-detil elemen yang krusial bagi kepuasan pelanggan (termasuk biaya, kualitas dan pengiriman) dan apa yang mempengaruhi elemen-elemen tersebut. Pemetaan proses lalu dibuat berdasarkan grafik ini.

Untuk menggali proses fulfillment di gudang tersebut, mereka membuat value stream map untuk setiap langkah proses. Tujuannya adalah mencari langkah-langkah yang memberikan value dan menghilangkan aktivitas-aktivitas yang tidak memberikan value tanpa merusak jalannya proses. Value stream map itu juga menegaskan berapa lama waktu yang dibutuhkan karyawan untuk menyelesaikan setiap langkah proses dan apa yang mereka perlukan.

Selanjutnya, mereka menggabungkan hasil-hasil dari fishbone diagram untuk setiap fungsi di gudang, menghitung jumlah defect per million opportunities (DPMO) untuk semua fungsi.

GENCO dan Hershey’s juga melihat rata-rata kesalahan yang terjadi dan penyebabnya, termasuk solusi potensialnya dengan menggunakan Failure Mode Effects Analysis (FMEA).

Sebagai hasil dari proses Six Sigma, Hershey’s mampu menyempurnakan dua kompenen di pusat distribusinya: proses dan metodologi. Untuk meningkatkan throughput dan produktivitas, mereka perlu mengubah salah satu atau kedua komponen tersebut. Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk mengoptimasi komponen metodologi.

Namun sayangnya, ada “cacat” dalam inisiatif perbaikan yang dilakukan Hershey’s, setidaknya dalam sudut pandang sosial. Ketika manajemen menyadari bahwa karyawan mereka tidak selalu disibukkan dengan pekerjaan di gudang, dan kadang ditugaskan untuk menangani tugas pembersihan ruangan atau pelayanan pelanggan. Perusahaan menilai hal tersebut sebagai salah satu bentuk penyia-nyiaan waktu produktif. Akhirnya, Hershey’s memutuskan untuk mengurangi karyawan di gudang Lebanon sebanyak 25 persen. Hasilnya, mereka membukukan penghematan biaya tenaga kerja sebesar 45.000 dolar AS pertahun.

Baca juga  Pelajaran Penting dari Squid Game di Dunia Kerja

Dengan demikian, walaupun proyek perbaikan yang dijalankan memberikan penghematan beberapa puluh ribu dolar bagi Hershey’s, namun mereka mengorbankan penghidupan lebih dari setengah karyawan. Hal inilah yang seringkali menyebabkan stigma bahwa Six Sigma adalah metode yang amat dekat dengan PHK. Padahal, metode-metode Continuous Improvement seperti Lean atau Six Sigma seharusnya juga mementingkan faktor manusia sebagai pendukung terbesar bagi keberhasilan program.

Seperti halnya cokelat, dibalik rasa manis yang lumer di lidah, selalu ada sensasi rasa pahit menyisip diantaranya. Rasa pahit inilah yang mungkin dirasakan karyawan Hershey’s yang tekena PHK di gudang Lebanon.***RW

Dari berbagai sumber.