Seruan bagi bank-bank pemerintah untuk menurunkan biaya operasional dilontarkan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno. Ia mengatakan, pemerintah ingin bank-bank pelat merah menekan biaya operasionalnya demi mendorong kinerja dan daya saing mereka.
Salah satunya, yaitu dengan mengharuskan bank-bank BUMN tidak lagi melakukan pengadaan mesin ATM sendiri. Bank-bank pelat merah diminta menggunakan mesin ATM bersama. Seperti dikutip Kompas.com, Rini mengaku hal ini juga sudah dikomunikasikan kepada bank-bank tersebut. “Hal ini sudah kita komunikasikan,” ujarnya.
Selain memperkuat industri perbankan, penurunan biaya operasional juga akan berpengaruh kepada bunga kredit. Sebab, salah satu faktor yang mempengaruhi nilai bunga kredit adalah biaya operasional. Saat ini pemerintah masih mempelajari kemungkinan berlakunya single ATM.
Tidak pengaruh
Namun menurut Bank Mandiri, permintaan pemerintah tersebut tidak akan berpengaruh signifikan bagi beban operasional bank, apalagi dalam hal penurunan bunga kredit.
“Memang secara logika, bunga kredit bisa turun jika ada efisiensi biaya yang dikeluarkan bank. Jika memang tujuannya untuk menurunkan bunga kredit, tapi komponennya tidak hanya itu saja,” ujar Rohan Hafas, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, seperti dikutip Kompas.com, Kamis (26/2/2015).
Rohan merinci, salah satu komponen dalam perhitungan bunga kredit di bank adalah biaya dana (cost of fund) yang dikeluarkan untuk menarik simpanan dari masyarakat. Rohan bilang, kisaran biaya dana di Bank Mandiri mencapai 4 persen-5 persen. Komponen lainnya adalah biaya operasional, baik itu pengadaan infrastruktur, gaji pegawai dan lainnya yang berkisar 2 persen-2,5 persen.
Belum lagi dengan pajak perusahaan yang berkisar 0,5 persen ditambah dengan provisi dan giro wajib minimum (GWM). “Jika komponen-komponen itu dirata-rata, maka bank punya beban 10 persen-10,5 persen persen Sementara, jika rata-rata bunga kredit 12 persen, maka bank cuma dapat margin hanya 2 persen saja,” jelas Rohan.
Untuk itu, Rohan kembali menegaskan, pengadaan ATM secara bersama tidak akan berdampak signifikan bagi beban operasional bank. Apalagi, lanjut Rohan, ke depannya penambahan jumlah ATM akan terus berkurang seiring dengan peningkatan transaksi non tunai.
Rohan berpendapat, jumlah ATM kedepan justru akan terus berkurang seiring dengan shifting transaksi perbankan yang sudah berpindah ke mobile banking. Bahkan, lanjut dia, transaksi yang biasa dilakukan di ATM seperti tarik tunai secara perlahan mulai ditinggalkan karena masyarakat sudah mengenal yang namanya transaksi non tunai.
Peralihan transaksi itu pun, kata Rohan, akan diperkuat dengan program branchless banking atau layanan bank tanpa kantor. “Jadi, penetrasi transaksi di ATM semakin berkurang. Apalagi, program branchless banking ke depannya tidak hanya di daerah saja tapi juga masuk ke kota-kota besar,” ucap Rohan.***
Sumber: Kompas.com