“Laki-laki tak boleh menenun, menurut cerita, laki-laki yang menenun bisa tak dikaruniai keturunan,” jelas Susi. Setelah usai memberi penjelasan singkat kepada para pengunjung, wisatawan, Susi mempersilahkan para perempuan menjajal kehandalan peralatan tenun tradisional Lombok. Susi berprofesi sebagai pemandu wisata, selain itu ia juga bekerja di salah satu art shop di Kampung Tenun, milik saudaranya.

Lombok selain menawarkan wisata alam berupa Pantai Senggigi, desa tradisional Suku Sasak dan beragam kuliner, juga menawarkan pengalaman menenun di Kampung Tenun. Lokasi Kampung Tenun, Jl. Tenun Sukarara Kecamatan Jonggat kabupaten Lombok Tengah – NTB. Di sana para pelancong bisa melihat proses pembuatan kain tenun khas Lombok, sekaligus berbelanja.

Para pengunjung perempuan yang tertarik mencoba menenun akan dipandu seorang penenun untuk mulai merangkai untaian benang menjadi potongan kain. Salah seorang pengunjung dari Malang, Jawa Timur, mengakui kesulitan saat mencoba menenun. Ia pun mengakui kain tenun asli Kampung Tenun layak menjadi komoditas berkualitas tinggi.

Kelebihan kain tenun tradisional Lombok terletak pada motif dan kehalusan serat benang. Menurut penjelasan Susi, untuk membuat kain tenun sepanjang dua meter dibutuhkan waktu sekitar dua minggu. Maka untuk mendapatkan kain sepanjang empat meter kira-kira membutuhkan waktu sebulan pembuatan.

Semakin banyak warna benang yang digunakan juga mempengaruhi proses pembuatan kain. Warna-warni kain tenun mempesona berasal dari kerajinan tangan-tangan perempuan Lombok yang telah terlatih. Budaya kawin lari yang mewarnai adat perkawinan di Lombok, turut menjadi tutur lokal tentang eratnya ikatan sosial masyarakat nusantara.

Akses menuju Kampung Tenun nampaknya menjadi satu paket tujuan wisata ke Lombok di setiap agen perjalanan wisata. Jaraknya hanya beberapa jam dari Pantai Senggigi. Setelah puas berbelanja kain tenun, merasakan pengalaman menenun secara manual dengan peralatan tradisional, para pelancong biasanya akan diarahkan menuju ke Desa Sade, sebuah desa tradisional masyarakat adat di Lombok.

Baca juga  Mengenal Self-Improvement, Sang Peningkat Kualitas Hidup

Di Desa Sade juga ada peralatan tenun tradisional yang jauh lebih kuno ketimbang peralatan tenun tradisional di Sukarara. Meski tak sebanyak di Kampung tenun, wisatawan yang datang ke Desa Sade kerap tertarik menenun. Kain-kain tenun lokal juga di jual disana, semakin memperbanyak pilihan bagi para penggemar produk-produk lokal di nusantara.

Harga yang terjangkau mulai dari puluhan ribu sampai ratusan ribu rupiah, nampaknya menjadi daya tarik tersendiri. Tak hanya wisatawan lokal yang berkunjung ke Kampung Tenun dan Desa Sade, tapi juga wisatawan mancanegara yang hendak menikmati keindahan Pantai di Lombok, Nusa Tenggara Barat.