Untuk berkembang, para pabrikan harus memanfaatkan inovasi dari para disruptor.

Dalam tiga abad terakhir, teknologi memberi pengaruh besar di dunia industri. Pengenalan mesin uap di abad ke-18 merevolusi mekanisasi dan mendorong pembangunan kapal uap dan kereta api. Listrik pada paruh abad ke-19 membantu produksi massal, yang mengarah ke dunia mesin, menghadirkan telepon dan bola lampu. Sementara munculnya komputer dan otomatisasi di paruh kedua abad ke-20 menyebabkan terbentuknya dunia digital. Dan hingga hari ini industri manufaktur masih menjadi pemain utama di setiap revolusi.

Era ini, perusahaan-perusahaan jasa seperti Amazon, Uber, dan Google telah mendorong banyak perubahan dan mereka yang berada di industri manufaktur berupaya untuk mengikutinya. Teknologi digital dibangun di atas kesuksesan industri manufaktur sebelumnya, dan sekarang para pabrikan akan mendapat manfaat besar dari revolusi industri jasa saat ini yaitu dengan memanfaatkan inovasi dari layanan raksasa industri di abad ini.

Bagaimana ini bisa terjadi? Mari kita mulai dengan “Amazon effect,” seperti yang kita lihat mereka telah merevolusi harapan konsumen dengan layanan pasar digitalnya. Orang menginginkan pilihan yang jelas dengan pengiriman lebih cepat dengan biaya lebih murah. Untuk tujuan ini, Amazon telah meninggalkan perusahaan lain dengan memulai transformasi digital. Salah satu Amazon effect adalah dengan mengubah strategi bisnis. Sekitar setengah dari produsen yang mengikuti survei JDA Software tahun lalu menyatakan mereka berfokus pada “kolaborasi internal dan eksternal yang lebih baik di seluruh rantai pasokan,” dan empat dari 10 lainnya mengatakan mereka memprioritaskan optimalisasi inventori. Dengan kata lain, produsen berupaya keras untuk mendapatkan kontrol penuh atas rantai pasokan mereka.

Mereka juga berusaha mendapatkan kontrol yang lebih baik terhadap saluran distribusi mereka. Seperti yang diamati oleh ekonom Michael Mandel dalam laporan MAPI 2018, transformasi Amazon dalam hal distribusi memanfaatkan robot dan machine learning untuk meningkatkan produktivitas pemenuhan pesanan, proses pengepakan, dan pengalokasian barang di seluruh pusat fullfilment. Dengan demikian, masa depan digital untuk manufaktur akan berpusat pada kebangkitan pusat fullfilmente-commerce dan lokalisasi distribusi.

Baca juga  Actions speak louder than words, ubah idemu jadi aksi nyata

Selanjutnya yaitu “uberisasi” di manufaktur. Secara umum, istilah ini menjelaskan konversi layanan menjadi tugas-tugas terpisah yang dapat di-request sesuai permintaan, terutama melalui aplikasi. Tetapi ini juga merujuk pada keberadaan pasokan barang secara global, yang menstimulasi penawaran dan permintaan. Produsen bisa mengadopsi penggunaan perangkat seluler untuk merancang, membangun, menjual produk layanan, yang pada dasarnya untuk mengatur produksi dan penjualan secara real-time. Uberisasi juga dapat diterjemahkan sebagai pengelolaan shopfloor sebagai pusat permintaan.

Terakhir yaitu “Googlization” di sektor manufaktur. Dalam hal ini, mengacu pada pemanfaatan teknologi pencarian dan pengumpulan data untuk penggunaan komersial dan industri. Jika produsen bisa menggunakannya dengan tepat, mereka bisa mengumpulkan informasi berharga terkait kebutuhan pelanggan mereka. Tapi disini ada twist, Google melacak perilaku konsumen dari dunia maya dan menyediakan data tersebut untuk pemasar pihak ketiga serta menyimpan sendiri basis datanya.

Ya, raksasa layanan telah mendorong pergolakan pasar global saat ini. Oleh karena itu, pabrikan harus bisa memanfaatkan perubahan ini untuk merevolusi industrinya.

sumber: Industryweek.