Lean Six Sigma merupakan proses pembelajaran dan proses pengembangan yang terintegrasi dalam setiap aktivitas yang kita lakukan dengan memberdayakan seluruh tenaga kerja dan sumber daya lainnya agar proses perubahan yang berlangsung dapat berjalan lancar, dan mendapatkan hasil atau output yang memiliki nilai tambah bagi pelanggan.

Baik Lean dan Six Sigma, keduanya berfokus menghilangkan waste dan menciptakan sebuah kesempatan untuk meningkatkan kualitas produk atau jasa dengan cost yang lebih rendah. Namun, kedua konsep ini tetap memiliki ruang lingkup yang berbeda. Penerapan lean di fokuskan untuk mengurangi waktu siklus dan arus proses, sehingga dapat meningkatkan tingkat pelayanan, produktivitas yang lebih baik, pemanfaatan aset yang optimal, peningkatan arus kas, mengurangi persediaan yang berlebih, waktu changeover yang lebih pendek, desain produk yang lebih baik, dan mengurangi biaya input. Sedangkan Six Sigma adalah sebuah metodelogi berbasis proyek yang bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dengan berfokus pada penghapusan variasi dalam proses tertentu.

Isu yang melekat dengan Lean Six Sigma berkaitan dengan kecepatan proses dan menghilangkan aktivitas waste, seperti inventory berlebih, permasalahan lead time dengan penggunaan tool seperti 5R, poka yoke, dan berbagai macam tool lean lainnya. Pendekatan lain dari Lean Six Sigma adalah mengadopsi Lean tools dalam proses Six Sigma. Metode Six Sigma, DMAIC tetap fleksibel untuk menentukan cacat dan mengidentifikasi cara untuk mengatasi kerusakan tersebut.

Lean Six Sigma telah banyak dibahas bertahun-tahun. Kita mungkin berpikir bahwa saat ini telah melakukannya dengan baik. Tetapi kadang agak berlawanan dengan kenyataan. Sehubungan dengan pelatihan yang kurang, salah pengertian, kurangnya komitmen, ada banyak kesalahan saat memulai, serta ketidakpuasan terhadap arah perubahan dalam penerapan Lean Six Sigma. Pertanyaannya adalah “Mengapa”? Ya, permasalahan utamanya adalah masalah komitmen.

Baca juga  Belajar Inovasi dari Kesuksesan Icons K-Pop BTS

Organisasi membutuhkan komitmen dari seluruh stakeholder sehingga perencanaan proses perubahan bisa berjalan lancar sampai dengan implementasinya. Disinilah organisasi membutuhkan stakeholder analysis, sebuah langkah preventif memulai proyek manajemen. Stakeholder analysis ini akan membantu organisasi menentukan siapa saja yang berpengaruh dalam keberhasilan proyek dan siapa saja yang terlibat meskipun kurang berpengaruh. Dari proses analisa dan mapping ini Anda akan mampu mencapai goals dari proyek improvement dengan lancar karena tidak melibatkan orang-orang atau pihak yang menghambat. Siapa saja pihak yang menghambat program improvement? Bagaimana solusinya?  Temukan jawabannya di artikel kami selanjutnya.