TPS Toyota

Salah satu perusahaan otomotif milik Jepang, Toyota, berhasil menguasai perekonomian dunia dengan kesuksesan sistem Toyota Production System atau yang lebih dikenal TPS dalam metode lean manufacturing yang mereka terapkan pada pada proses produksi mobil-mobilnya. Filosofi hasil pengembangan Taiichi Ohno ini berhasil membuat Toyota Motor Corp. menjadi perusahaan otomotif dengan penjualan mobil tertinggi, mengalahkan penjualan perusahaan otomotif nomor satu dunia, General Motors (GM).

Terinspirasi dari semangat Kaizen, Taiichi Ohno sukses membuat Toyota menerapakan sistem TPS yang berfokus pada menghilangkan pemborosan dan meminimalisir biaya produksi untuk menaikkan nilai tambah, juga mewujudkan budaya continuous improvement (perbaikan terus menerus).

TPS bagi Toyota merupakan cara berpikir perusahaan dalam membuat suatu produk – dalam hal ini adalah mobil – dengan kualitas yang paling baik, harga yang reasonable dan dapat diterima oleh masyarakat luas dengan ketersediaan yang sesuai dengan permintaan.

Penerapan Toyota Way

Dalam TPS dikenal tujuh jenis pemborosan yang disebut ‘Muda’ oleh Toyota. Muda sendiri berarti pemborosan yang tidak menambah nilai. Metode TPS yang dikembangkan Taiichi Ohno ini memiliki beberapa tools penting, yaitu just in time, kanban, jidoka, multi function worker, dan standarisasi kerja. Namun secara ringkas, hanya ada dua pilar utama dari sistem TPS, yaitu Just In Time atau disingkat dengan JIT, dan Jidoka atau membangun kualitas.

Just In Time (JIT) merupakan sistem produksi tepat waktu, dimana setiap proses hanya meghasilkan sejumlah komponen yang diperlukan pada tahapan selanjutnya dalam lini produksi. Konsep JIT bertujuan untuk menghasilkan dan memberikan bagian yang tepat dalam jumlah yang tepat pada waktu yang tepat dengan menggunakan sumber daya minimum. Sistem JIT mengurangi persediaan yang memicu terjadinya pemborosan saat proses produksi. Pengurangan persediaan akan mengurangi terjadinya masalah produksi, dan selalu terfokus pada perbaikan yang diperlukan.

Sedangkan Jidoka, atau otomatisasi untuk membangun kualitas terbagi menjadi dua bagian, yaitu membangun kualitas pada proses dan memaksimalkan kinerja karyawan dan mesin. Sama seperti sistem JIT, Jidoka berfokus pada menciptakan proses untuk menghasilkan keputusan yang tepat dan menghentikan secara otomatis ketika terjadi kendala. Maksudnya adalah lebih baik menghentikan proses produksi saat pertama kali ditemukan masalah daripada terus memproduksi yang akan menghasilkan lebih banyak masalah.

Baca juga  Belajar Inovasi dari Kesuksesan Icons K-Pop BTS

Selain dua pilar utama penyangga sistem TPS, Toyota Way juga menerapkan sistem Kanban, Heijunka, dan multi function worker. Kanban, yang berarti penanda atau sinyal, merupakan sebuah sistem pengaturan yang membantu suatu perusahaan untuk menentukan apa, kapan, dan banyaknya produk yang harus dibuat. Heijunka, yang berarti perataan beban kerja, berarti mengupayakan seluruh proses kerja berlangsung sama rata pada setiap kondisi yang muncul untuk mencegah terjadinya fluktuasi atau ketidakseimbangan. Multi function worker berarti memanfaatkan keahlian yang dimiliki pekerja sebagai penunjang proses produksi.

Pada dasarnya inti dari Toyota Production System adalah menghilangkan pemborosan pada semua aspek yang berkaitan dan leveling production. Dengan leveling kebutuhan pelanggan dari waktu ke waktu, mereka dapat memanfaatkan sumber daya dengan lebih baik dan memastikan proses produksi berkesinambungan.

Prinsip Toyota Way

Dalam menerapkan sistem TPS, Toyota memegang 14 prinsip dasar, dengan inti utama untuk mendasarkan keputusan manajemen pada pikiran jangka panjang, proses pemecahan masalah, dan penambahan nilai perusahaan dengan pengembangan kinerja karyawan. Ke-14 prinsip tersebut antara lain:

  1. Pengambilan keputusan manajemen yang berdasarkan pada filosofi jangka panjang, bahkan bila harus mengorbankan keuangan jangka pendek.
  2. Menciptakan alur sebuah proses yang mengalir secara terus-menerus untuk mengidentifikasi masalah dan penemuan solusinya.
  3. Penggunaan sistem tarik (pull system) untuk menghindari terjadinya kelebihan produksi.
  4. Meratakan beban kerja (Heijunka).
  5. Menciptakan budaya untuk segera berhenti apabila terjadi masalah dan segera memperbaikinya demi mendapatkan kualitas yang lebih baik sejak tahap awal (poka yoke).
  6. Menetapkan standar kerja sebagai fondasi bagi peningkatan yang berkelanjutan dan pemberdayaan karyawan.
  7. Menggunakan pengendalian secara visual untuk mencegah terjadinya masalah yang tersembunyi.
  8. Menggunakan teknologi yang benar-benar sudah teruji kualitasnya untuk membantu karyawan dan kelangsungan proses.
  9. Mengembangkan jiwa seorang pemimpin yang memahami pekerjaannya dengan sangat baik, menjiwai filosofi dan mampu menurunkannya kepada orang lain.
  10. Mengembangkan kemampuan karyawan dengan keahlian yang istimewa yang sesuai dengan filosofi perusahaan.
  11. Menjaga hubungan baik dengan mitra kerja dan supplier dengan membantu mereka mengimprovisasi diri.
  12. Meninjau sendiri untuk lebih memahami kondisi (Genchi Genbutsu).
  13. Membuat keputusan secara perlahan dengan konsensus, mempertimbangkan semua pilihan dengan teliti untuk kemudian melaksanakan keputusan dengan cepat dan tepat.
  14. Menerapkan metode Hanzei (menjadi perusahaan pembelajar melalui cermin diri tanpa adanya kompromi, dan Kaizen (meningkatkan kualitas secara terus-menerus).
Baca juga  6 Langkah Lakukan Improvement dengan Metode Lean

Inovasi-inovasi dalam sistem TPS yang telah membuat Toyota meraih kesuksesan mulai diterapkan oleh perusahaan-perusahaan manufaktur di dunia. Perusahaan-perusahaan ternama seperti Chevron, Dell, dan Denso Indonesia adalah beberapa contoh perusahaan yang telah mengikuti jejak sukses Toyota dengan menerapkan sistem TPS.***