Kehadiran platform Kitabisa telah menjadi jembatan yang menghubungkan jutaan orang baik di Indonesia, memfasilitasi donasi untuk berbagai program sosial dan kemanusiaan. Di balik kesuksesan platform ini, ada sosok bernama Muhammad Alfatih Timur, seorang visioner yang akrab disapa Timmy. Ia adalah co-founder dan CEO Kitabisa yang telah berhasil menumbuhkan semangat gotong royong di era digital.

Profil Pendiri Kitabisa

Alfatih Timur lahir di Bukittinggi pada 27 Desember 1991. Sebagai anak seorang dokter PNS, ia terbiasa berpindah-pindah sekolah karena tuntutan pekerjaan orang tuanya. Meskipun awalnya ingin mengikuti jejak sang ayah sebagai dokter, Timmy tidak bisa mewujudkannya karena buta warna. Sejak masa SMA di SMAN 1 Padang, ketertarikannya pada bidang ekonomi mulai tumbuh. Ia pernah mencoba berbagai hal, mulai dari berjualan pulsa dan buku, hingga mengikuti Multi Level Marketing (MLM), yang memberinya buku-buku yang meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan komunikasi. Pengalaman merantau di kos-kosan saat kuliah juga membentuknya menjadi pribadi yang lebih terbuka dan mampu memahami perbedaan perspektif.

Timmy melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia. Selama menjadi mahasiswa, ia aktif di berbagai kepanitiaan dan organisasi, termasuk Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di divisi sosial-politik. Ia lulus sebagai wisudawan terbaik untuk kategori pengabdian masyarakat. Setelah lulus, ia menjadi asisten Rhenald Kasali di Rumah Perubahan selama dua tahun. Di sinilah ia mendapatkan banyak pengalaman dan riset, termasuk dalam bidang social entrepreneurship.

Awal Berdirinya Kitabisa

Pada tahun 2013, di bawah bimbingan Rhenald Kasali, Timmy bersama rekan kuliahnya, Vikra Ijas, mendirikan Kitabisa.com. Awalnya, ide ini muncul karena Timmy melihat banyak orang ingin membantu sesama tetapi tidak tahu cara menyalurkannya dengan efektif dan terpercaya. Ia juga terinspirasi oleh model crowdfunding di luar negeri. 

Baca juga  Lebih dari Sekadar Konferensi: Peran Opexcon dalam Membentuk Budaya Improvement di Indonesia

Platform ini awalnya hanya dikelola sebagai gerakan akhir pekan dengan bantuan para relawan. Timmy bahkan mengorbankan sisa dana pernikahannya untuk mengembangkan situs ini. Meskipun banyak masyarakat yang skeptis dan sulit mencari investor karena model bisnisnya dianggap tidak akan bertahan lama, Timmy dan timnya terus berusaha. Ia mencoba meyakinkan masyarakat bahwa Kitabisa adalah platform yang terpercaya, dan akhirnya berhasil menemukan investor yang memiliki visi dan misi yang sama.

Perkembangan Kitabisa

Sejak awal berdiri, Kitabisa telah menaungi berbagai program, mulai dari penggalangan dana untuk penderita kanker, beasiswa, bantuan bencana alam, hingga donasi untuk Palestina. Program-program ini dijalankan berdasarkan keyakinan Timmy bahwa tugas Kitabisa adalah memfasilitasi para pembuat perubahan, dengan para pembuat kampanye sebagai “pahlawan” sebenarnya. 

Sistem dan strategi yang mereka terapkan didukung oleh teknologi yang canggih, termasuk sistem pelaporan untuk mencegah penyalahgunaan dana dan kampanye. Selain itu, Kitabisa juga menyediakan layanan zakat yang bekerja sama dengan lembaga-lembaga terkait, untuk menjembatani masyarakat yang ingin menunaikan kewajibannya tetapi tidak memiliki waktu atau kesempatan untuk mendatangi tempat pembayaran secara langsung. Hal ini menunjukkan bahwa strategi Kitabisa adalah mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, bukan sebaliknya.

Dalam perjalanannya, Kitabisa dan Alfatih Timur menghadapi berbagai rintangan. Salah satu tantangan terbesar adalah meyakinkan masyarakat yang skeptis terhadap platform donasi online, terutama terkait kekhawatiran akan penipuan. Selain itu, Timmy juga sempat kesulitan mencari investor. Dua tahun pertama Kitabisa bahkan hampir tidak mengalami pertumbuhan karena keterbatasan pengetahuan Timmy dalam membangun platform berbasis teknologi informasi. Namun, ia tidak menyerah dan terus berinteraksi dengan komunitas serta aktivis untuk terus mengembangkan platform ini. Momen sulit lainnya adalah ketika ia harus memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya sebagai asisten profesor untuk fokus penuh waktu pada Kitabisa.

Baca juga  Beradaptasi atau Tertinggal: Mengapa Budaya Continuous Improvement Mutlak Diperlukan dalam Ekonomi Saat Ini

Pencapaian

Atas kerja kerasnya, Kitabisa berhasil meraih berbagai pencapaian. Sejak didirikan pada 2013, Kitabisa telah menjadi wadah bagi 6 juta donatur, 100 ribu penggalangan dana, 3 ribu yayasan, dan 250 program Corporate Social Responsibility (CSR). Platform ini juga telah mengantongi izin dari berbagai kementerian dan lembaga, serta sertifikasi International Organization for Standardization (ISO). Berkat kesuksesan tersebut, Timmy meraih beberapa penghargaan, seperti masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia 2016 untuk kategori wirausaha sosial dan Fortune Indonesia 40 Under 40.

Kitabisa telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi Indonesia dengan menerjemahkan semangat gotong royong ke dalam bentuk digital. Platform ini berhasil menjembatani jutaan orang baik yang ingin membantu sesama, namun tidak tahu cara menyalurkannya. Dengan memfasilitasi donasi untuk berbagai isu, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga kemanusiaan, Kitabisa telah membantu menyelesaikan berbagai masalah sosial. Alfatih Timur percaya, fondasi Indonesia adalah gotong royong, dan Kitabisa.com menjadi alat untuk menghubungkan orang-orang baik di seluruh negeri. Melalui platform ini, Timmy berharap tercipta redistribusi kesejahteraan dan kekayaan yang lebih adil dan setara.

FAQ (Pertanyaan Umum)

1. Siapakah Alfatih Timur?

Alfatih Timur adalah co-founder dan CEO Kitabisa, platform donasi dan penggalangan dana online terkemuka di Indonesia.

2. Apa latar belakang pendidikan Alfatih Timur?

Ia merupakan lulusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia dan lulus sebagai wisudawan terbaik untuk kategori pengabdian masyarakat.

3. Bagaimana Alfatih Timur mendapat ide mendirikan Kitabisa?

Ide tersebut muncul dari pengalamannya yang menyadari banyak orang ingin membantu tetapi tidak tahu cara yang efektif dan terpercaya untuk menyalurkan donasi. Ia terinspirasi dari model crowdfunding di luar negeri dan keyakinan bahwa banyak orang baik di Indonesia yang perlu dihubungkan.

Baca juga  Rahasia Sukses Chatime: Inovasi Rasa dan Kekuatan Branding

4. Apa saja pencapaian yang telah diraih oleh Kitabisa?

Sejak berdiri, Kitabisa telah memfasilitasi 6 juta donatur, 100 ribu penggalangan dana, dan bekerja sama dengan 3 ribu yayasan. Platform ini juga telah mengantongi izin dari berbagai kementerian dan lembaga.

5. Apa rintangan terbesar yang dihadapi Alfatih Timur saat membangun Kitabisa?

Rintangan terbesar yang dihadapinya adalah meyakinkan masyarakat yang skeptis terhadap platform donasi online serta kesulitan dalam mencari investor di awal-awal pendirian.

Kesimpulan

Semangat gotong royong adalah warisan budaya yang tak lekang oleh waktu. Alfatih Timur, melalui Kitabisa, berhasil membuktikan bahwa nilai-nilai luhur ini dapat beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Platform ini tidak hanya sekadar tempat berdonasi, melainkan sebuah ekosistem kebaikan yang menghubungkan hati jutaan orang. Kisah Alfatih Timur mengajarkan kita bahwa dengan visi, ketekunan, dan semangat berbagi, setiap orang dapat menciptakan perubahan yang positif dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Referensi