Pada (29/06), Indonesia meluncurkan Proyek Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi sebagai sebuah langkah penting dalam memperkuat ketahanan energi nasional dan mempercepat transisi menuju energi bersih. Melalui hilirisasi baterai, pemerintah berkomitmen menjadikan Indonesia bukan sekadar eksportir bahan mentah, tetapi produsen utama baterai kendaraan listrik dunia.

Proyek ini dibangun sebagai ekosistem industri lengkap. Mulai dari penambangan nikel, pengolahan bahan baku, produksi komponen baterai, perakitan baterai, hingga proses daur ulang. Secara keseluruhan, terdapat enam subproyek yang tersebar di lima lokasi Halmahera Timur dan satu di Karawang. Proyek dikelola oleh konsorsium ANTAM, IBC, serta perusahaan global seperti CATL dan Brunp, dengan investasi sebesar US$ 5,9 miliar. Pemerintah menjadikannya bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), yang mendapat dukungan khusus dalam perizinan dan infrastruktur.

Ada beberapa alasan utama mengapa proyek ini dinilai penting oleh pemerintah. Pertama, untuk meningkatkan ketahanan energi nasional dengan mendorong penggunaan kendaraan listrik dan mengurangi impor BBM. Kedua, untuk mendorong hilirisasi baterai, yakni mengolah sumber daya alam di dalam negeri dan menciptakan nilai tambah. Ketiga, untuk membuka lapangan kerja dan menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi baru, terutama di daerah seperti Halmahera dan Karawang.

Dampak Positif dan Negatif Proyek ini

Proyek ini diperkirakan menciptakan 35.000 lapangan kerja langsung dan 8.000 kesempatan tidak langsung. Masyarakat di sekitar kawasan seperti Halmahera Timur dan Karawang mulai merasakan manfaat melalui peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja lokal, dan perbaikan infrastruktur umum. Adanya transformasi daerah menjadi pusat industri juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Munculnya UMKM di sekitar kawasan industri menjadi bukti bahwa roda usaha ikut berputar. Tak hanya itu, minat melanjutkan pendidikan kian meningkat, karena peluang kerja di sektor industri kini semakin terbuka.

Sebagaimana dilaporkan oleh Katadata Green pada tahun 2024, Traction Energy Asia menyatakan bahwa pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik memberikan manfaat seperti peningkatan pendapatan, kesempatan kerja, perbaikan fasilitas kesehatan, serta dorongan bagi UMKM dan meningkatnya minat pendidikan di lokasi seperti Desa Morosi dan Morowali.

Baca juga  Kadang, Suara Terbaik di Ruangan Justru yang Tidak Terdengar

Namun, proyek berskala besar juga membawa risiko. Perubahan tata ruang dan aktivitas industri bisa memicu kerusakan lingkungan, polusi udara, dan potensi bencana seperti banjir. Ada juga risiko konflik sosial, terutama terkait lahan adat dan perubahan sosial budaya. Jika tidak dikelola secara inklusif, hal ini dapat menimbulkan ketegangan di masyarakat.

Masih menurut laporan yang sama, proyek ini juga menyisakan risiko konflik lahan adat, potensi banjir, polusi udara, serta deforestasi lebih dari 11.000 hektar. Lalu, jika listrik untuk pabrik dan kendaraan masih bersumber dari batu bara, hal ini dapat menjadi ancaman bagi tujuan pengurangan emisi.