(Cut the Right Cost – Bagian 5)

Tidak ada material yang terbuang percuma ketika IKEA mengembangkan sebuah produk. Sisa-sisa kain yang tersisa setelah mereka memproduksi bantal FAMNIG yang berbentuk hati digunakan sebagai bahan untuk membuat bantal FAMNIG yang lebih kecil.

Sejak sebuah ide muncul di papan gambar, kesadaran akan biaya selalu muncul di setiap rantai produksi. di banyak kasus biaya final sebuah produk bahkan telah ditentukan pada proses desain. Itulah mengapa di IKEA, desainer dan pengembang produk bekerja berdampingan dengan supplier mereka di lantai produksi. Dengan melakukan kolaborasi seperti ini, IKEA dapat memanfaatkan secara maksimal pengalaman dan kemampuan produksi dari pemasok mereka. Lewat akses ke bahan baku murah dan berkualitas, IKEA dapat bekerja sama dengan pemasok untuk memaksimalkan penggunaan bahan. Dengan melakukan ini, IKEA dapat menjaga biaya produksi mereka tetap rendah.

Di proses yang lebih kompleks seperti proses produksi pesawat Boeing 787, bahkan dikabarkan bahwa Boeing harus membeli karbon fiber dengan grade (kualitas) terbaik yang bisa diproduksi dengan harga yang luar biasa tinggi, tetapi akhirnya hanya akan mengutilisasi (menggunakan) 33% dari material tersebut karena bentuk atau ukuran komponen yang harus mereka produksi. Sisanya, 67% tidak akan terpakai.

Saat kita melihat product costing di industri apparel, kita dapat melihat juga bahwa porsi terbesar dari biaya produksi adalah material (fabric), terkadang 50% atau lebih tergantung produk. Setiap langkah produksi, mulai dari perencanaan hinggi proses jahit harus berkolaborasi menurunkan biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat satu unit produk.

Utilisasi material tidak dapat dilihat hanya dari sudut pandang sisa dari material, tetapi juga bagaimana efisiensi dari penggunaannya. [pullquote_left]Dalam proses pengecatan badan mobil misalnya, material berupa cat yang seharusnya digunakan untuk 1 m2 mungkin saja hanya digunakan untuk mengecat 0.9 m2 karena proses yang tidak efisien. Selisih 10% dari 1 m2 ke 0.9 m2 akan memberi dampak signifikan jika berlangsung terus menerus.

Baca juga  Hilirisasi Lanjut untuk Topang Ekonomi 8 Persen

Kreatifitas

Pernah ada riset (yang sudah cukup lama) yaitu pada 1989, Clothing Industry Productivity Association (CLIPA) di Afrika Selatan menemukan bahwa perusahaan dapat menghemat minimal 2.7% hanya dengan menggunakan kreatifitas dalam pola potong. Sama seperti industri apparel, industri furnitur yang memanfaatkan kayu juga menghadapi tantangan utilisasi material ini. Kemampuan dan kreatifitas di sini berperan penting dalam memanfaatkan semaksimal mungkin material yang ada.

Jika Anda perhatikan celana jeans Anda, Anda dapat menemukan back-yoke (lihat gambar). Back-yoke (semacam kain penyambung yang ada pada celana, rok, atau bagian bahu kemeja; merupakan strategi penghematan bahan yang dilakukan oleh perusahaan garmen) yang sekarang digunakan juga sebagai desain dan model, awalnya adalah teknik untuk meningkatkan utilisasi material. Dengan menggunakan back-yoke, produsen jeans akan dapat lebih hemat dalam menggunakan material denim mereka.

Teknologi

Teknologi jelas merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan utilisasi material. Banyak contoh aplikasi teknologi yang memungkinkan pengghematan ini. Misalnya saja, perangkat lunak yang mampu mendesain penggunaan material kertas yang paling efisien dalam produksi carton-box.

Material utilization (utilisasi material) merupakan upaya secara terus menerus dengan memanfaatkan common sense, teknologi, dan analisa untuk menjaga biaya tetap rendah. Terlihat sederhana, tetapi bagi mereka yang berada di industri dimana material berkontribusi sangat besar pada Cost of Goods Sold (COGS) dan ujung-ujungnya berhubungan dengan profitability, upaya serius pada material utilization tidak bisa dianggap sebagai pekerjaan pada waktu luang.