5S Dijalankan Seperti Acara, Bukan Sistem
Banyak perusahaan meluncurkan 5S layaknya proyek besar:
Ada kick-off, ada banner, ada lomba antar-area. Semuanya tampak antusias.
Tapi begitu euforia berakhir, tidak ada sistem kerja yang berubah.
Tidak ada kegiatan rutin yang menjaga konsistensi.
Tidak ada sesi review, tidak ada tanggung jawab harian yang melekat.
Akhirnya 5S hanya hidup saat dinilai—dan mati setelah penilaian usai.
5S akan gagal jika diperlakukan sebagai event musiman, bukan sistem kerja sehari-hari.
Fokus pada Tampilan, Bukan Tujuan
Kesalahan umum berikutnya: 5S dianggap sebagai kegiatan bersih-bersih.
Area kerja tampak lebih rapi dan bersih, tapi tidak lebih efisien.
Tujuan 5S bukan dekorasi. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan kerja yang memudahkan, aman, cepat, dan bebas gangguan.
Kalau 5S tidak dikaitkan dengan produktivitas—seperti waktu mencari alat, kecepatan setup, atau kemudahan akses—maka 5S akan kehilangan maknanya di mata tim.
Ketika orang tidak mengerti “mengapa ini penting”, mereka tidak akan menjaganya.
Supervisor Tidak Menjadi Role Model
Di lapangan, perubahan hanya akan bertahan jika pemimpinnya ikut menjalankan.
Banyak supervisor sibuk menyuruh tim 5S, tapi area mejanya sendiri penuh dokumen dan alat kerja yang berserakan.
Karyawan melihat. Dan mereka meniru.
Supervisor bukan hanya pengawas 5S—mereka adalah wajah dari 5S itu sendiri.
Kalau mereka tidak menjadi contoh, maka 5S hanya akan menjadi aktivitas formalitas.
Perubahan budaya dimulai dari yang paling dekat. Dalam hal ini: supervisor.
5S Bukan Alat Sementara
Kalau ingin menjadikan 5S sebagai pondasi budaya kerja, maka tiga hal ini wajib dikawal:
- Jalankan sebagai sistem, bukan event
- Fokus pada fungsi, bukan tampilan
- Libatkan pemimpin sebagai teladan
5S bisa bertahan dan mengubah budaya—tapi hanya jika dijalankan dengan arah yang jelas dan kepemimpinan yang hadir.
Karena 5S bukan tentang meja bersih.
Tapi tentang cara berpikir yang sistematis, konsisten, dan bertanggung jawab.
Artikel ini merupakan pengembangan dari e-book “Belajar Lean” karya Riyantono Anwar (2015)