Untuk mencapai kesuksesan, kita harus mampu melakukan perbaikan setiap saat dan dimana saja. Dalam hal ini kita bisa belajar dari budaya Jepang utamanya dalam tiga etos kerja berikut ini.

1. Hansei

Hansei secara sederhana diartikan sebagai refleksi diri, yaitu sikap berani untuk mengakui kesalahan sendiri dan berjanji untuk melakukan perbaikan.

Refleksi diri adalah sebuah praktek untuk memahami kekuatan dan kelemahan kita dalam hal pikiran, perilaku, dan tindakan. Hasil identifikasi disini kemudian akan diterapkan ke dalam tindakan berikutnya sebagai salah satu media bahan perbaikan.

Hansei dimulai dengan mengenali masalah, kita tidak akan dapat menemukan solusi untuk perbaikan kecuali jika kita mengakui adanya masalah. Artinya, kita harus menyadari bahwa kita telah melakukan suatu kesalahan dan kita harus segera memperbaikinya.

Begitu kita menyadari ada masalah, langkah berikutnya yaitu mengambil tanggung jawab atas kesalahan yang mungkin terjadi karena tindakan kita. Misal dalam proyek, kita harus memastikan kesenjangan (gap) yang terjadi. Gap adalah perbedaan antara harapan dari proyek atau kegiatan dan pencapaian kita yang sebenarnya. Setelah mengenali gap, maka berikutnya adalah mengambil tanggung jawab dan komitmen pribadi untuk memperbaikinya. Ya, hal terpenting adalah kita harus berkomitmen terhadap peningkatan kita.

Dalam kehidupan organisasi, hansei menjadi salah satu kunci untuk kaizen. Ketika kita gagal, kita menyadari bahwa kita telah melakukan sesuatu yang salah. Jadi penting bagi kita untuk mengambil pelajaran darinya, dan menemukan metode untuk mencegahnya terulang kembali. Hansei telah terbukti dapat meningkatkan pola pikir.

2. Kaizen

Kaizen adalah tentang bagaimana menjadi lebih baik setiap hari. Tidak diragukan lagi bahwa orang Jepang memiliki kedisiplinan yang sangat tinggi, selain disiplin waktu mereka juga disiplin (konsisten) dalam melakukan perbaikan hidup. Setiap hari, fokus menjadi 1 persen lebih baik dalam hal apa pun.

Baca juga  Gemba Walk: 5 Pertanyaan yang Wajib Dibawa Saat Turun ke Lapangan

Dalam level organisasi, Kaizen berarti perbaikan yang dilakukan secara terus-menerus untuk menciptakan nilai lebih dan menghilangkan pemborosan. Idealnya, ini melibatkan setiap karyawan untuk melakukan perbaikan inkremental sehingga organisasi dapat meningkatkan produktivitas dan memperoleh keunggulan kompetitif.

Mengutip lean.org, kaizen terbagi dalam dua tingkat :

1. Sistem atau flow kaizen yang berfokus pada aliran nilai secara keseluruhan. Ini untuk manajemen.

2. Kaizen proses yang berfokus pada proses individu. Ini untuk tim kerja dan pemimpin tim.

3. Ganbatte

Ganbatte adalah semangat untuk terus melakukan yang terbaik dan pantang menyerah sampai tujuan tercapai. Semangat ganbatte juga mengajarkan orang-orang agar tidak meremehkan pekerjaan sekecil apapun.

Excellent people, tiga etos di atas sangat dibutuhkan untuk membawa perubahan besar di organisasi. Perubahan akan berhasil jika setiap orang di organisasi memiliki kesadaran, keberanian, kemampuan, dan komitmen untuk terus melakukan perbaikan berkelanjutan atau continuous improvement.

Ingin membangun budaya lean yang kuat dengan didasari perubahan etos kerja? SSCX memiliki program Lean Behavior, program ini telah diterapkan oleh banyak organisasi dan terbukti memberi dampak signifikan bagi bisnis. Hubungi tim support SSCX di http://wa.me/628175763021 untuk penjelasan program lebih lanjut atau kunjungi laman www.sscxinternational.com untuk tahu tentang SSCX.

Sumber: lean.org, processexcellentnetwork, shiftindonesia