Beda orang beda hasil, beda pemimpin beda pula aturan mainnya. Seorang pemimpin atau leader adalah ujung tombak perusahaan. Dimana dia akan mempengaruhi cara kerja tim dalam mewujudkan tujuan dan target perusahaan. Tanggungjawab seorang pimpinan membangun kemampuan personal anggota tim supaya berkembang, berkontribusi terhadap kinerja organisasi.
Berhasil atau tidaknya seorang pimpinan ditentukan oleh bagaimana pola kepemimpinan yang dipilih. Karyawan yang cenderung meniru gaya pimpinannya, bisa dipastikan hanya menerima dan melaksanakan arahan program, “giving direction”.
[cpm_adm id=”11945″ show_desc=”no” size=”medium” align=”left”]
Belakangan gaya demikian telah ditinggalkan, lantaran kurang efektif. Karyawan saat ini cenderung memilih pindah tempat kerja saat berseberangan prinsip dengan pimpinan atau manajemen. Terlebih atasan yang masih menggunakan pola giving direction. Hal ini melahirkan tantangan dari seorang pimpinan atau manajemen sebuah perusahaan untuk bisa menciptakan tim kerja yang handal, solid sekaligus generasi penerus.
Gaya arahan langsung dari atasan nampaknya tak efektif bagi karyawan generasi milenial. Berikut tiga hal yang menyebabkan gaya kepemimpinan lama tak lagi manjur:
•Karyawan akan kehilangan semangat dan keinginan untuk berkembang karena merasa tidak mempunyai kesempatan dan selalu merasa percuma.
•Arahan yang bisa menjadi tekanan menyebabkan karyawan kehilangan inovasi dalam menyelesaikan masalah. Pekerjaan menjadi suatu rutinitas sehingga tidak ditemukannya perbaikan kinerja
•Ketergantungan terhadap arahan akan menjadikan karyawan kehilangan kemandirian, sedangkan generasi Y selalu berprinsip pada kreativitas untuk terus bisa maju dan mandiri.