Oleh Yusyaf Vendra, Konsultan SSCX

Dalam artikel kali ini kita akan membahas salah satu tool dari metode Lean bernama Line Architecture Design Methodology atau LADM. Bagi Anda yang sedang merancang line produksi, Anda wajib mempelajari metode ini jika menginginkan proses efisien. 

LADM adalah perencanaan desain layout konstruksi pabrik yang menggunakan prinsip-prinsip Lean mulai dari permintaan order pelanggan sampai hasil produksi dikirim ke pelanggan.  Rancang bangun ini biasanya digunakan di fasilitas manufaktur yang masih berkarakter manual assembly yang mana proses produksinya masih dikerjakan oleh manusia. Metode ini membantu kita dalam mengoptimalisasi proses sehingga dapat mencapai kualitas dan kuantitas sesuai target. Adapun prinsip kerjanya cukup sederhana yaitu dengan mengurangi pemborosan dengan menghilangkan kegiatan yang tidak bernilai tambah (non value added) selama produksi berjalan. 

Penggunaan LADM pada rancangan pengisian ulang bahan baku misalnya, dengan tool ini kita bisa meminimalisir hambatan operasional sambil menyeimbangkan proses sesuai dengan kebutuhan aktual pelanggan sehingga konsistensi aktivitas pada setiap keluaran produk di setiap proses produksi bisa terjaga. Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat satu per satu sasaran dari LADM berikut ini.

  1. Mengetahui kapasitas produksi untuk setiap sel
  2. Kapasitas dan bottleneck untuk setiap sel bisa diketahui
  3. Analisis kapasitas telah dilakukan dengan alat yang sesuai (CAMA, Queue Management)
  4. Analisis kapasitas telah dilakukan untuk mengoptimalkan aliran, ruang dan investasi 
  5. Arsitektur Lini tidak “statis” dan terus ditingkatkan melalui kaizen blitz
  6. Arsitektur Lini best practice-nya adalah mengoptimalkan konsep Lean dan diukur secara internal dan eksternal untuk mendorong peningkatan berkelanjutan

Tujuan dari LADM atau Desain Arsitektur Lean

  1. One Piece Flow: diseimbangkan dengan waktu takt, produk bergerak dalam one piece flow, WIP minimal antar stasiun kerja, praktek terbaik yaitu Pull System.
  2. Elastisitas/ Fleksibilitas: lay-out memfasilitasi perpindahan dan kerja multi-stasiun (garis U, garis I dengan orang di sisi yang sama), lebih banyak stasiun daripada orang. Mengoptimalkan jarak/ ruang minimum, dan membuat visual manajemen yang baik. 
  3. MPH (Material Providing Handling): semua penyediaan material dilakukan dari luar sel atau di depan operator. Tidak ada gangguan dengan proses yang dijalankan operator, menciptakan jumlah WIP paling optimal. 
Baca juga  Actions speak louder than words, ubah idemu jadi aksi nyata

Mendesain Line Produksi dengan LADM

Pertanyaan selanjutnya adalah persiapan apa yang harus dilakukan untuk bisa mendesain line produksi dengan menggunakan metode LADM? Pertama yaitu mengumpulkan dan mempersiapkan 16 data yang ada di dalam daftar berikut. 

  1. Data forecast atau estimasi permintaan dari customer
  2. Data pengelolalaan organisasi produksi perusahaan seperti jam kerja, waktu kerja, hari kerja
  3. Data perhitungan kapasitas produksi maksimum berdasarkan forecast
  4. Data perhitungan referensi waktu “takt” sebagai acuan permintaan pelanggan
  5. Data kronologi urutan perakitan produk
  6. Data diferensiasi material produk
  7. Data elementary operation time
  8. Data analisa waktu proses per desain proses
  9. Data desain arsitektur proses
  10. Data gambar desain arsitektur line dan flow
  11. Gambar desain workstation/ meja kerja dan layout
  12. Gambar desain konstruksi meja kerja dan line
  13. Data desain MPH (material providing handling) penempatan raw material produk
  14. Gambar desain MPH layout
  15. Desain kanban layout raw material
  16. Indikator efisiensi produksi 

LADM dimulai dengan penyusunan forecast order atau perkiraan jumlah produk yang kemungkinan akan dipesan oleh pelanggan. Perkiraan ini penting karena akan menjadi dasar bagi perusahaan untuk membuat perencanaan fasilitas produksi dan semua sumber daya yang mendukung operasional produksi pabrik.  Perkiraan ini merupakan bagian integral proses pengambilan keputusan para pemimpin bisnis. 

Tentunya tugas peramalan ini menjadi sangat menantang di tahun-tahun pertama pabrik beroperasi karena pada dasarnya semua masih bersifat spekulatif. Dengan kata lain, angka forecast di tahap ini sama besarnya dengan keyakinan yang Anda miliki setelah melakukan serangkaian penelitian, pengamatan, survei, dan sejumlah analisa untuk menetapkan perencanaan yang terstruktur dan berkesinambungan. 

Baru ketika produksi sudah berjalan beberapa tahun, maka selanjutnya kita bisa melakukan perkiraan berdasarkan pengalaman produksi yang sudah berjalan. Kita bisa memanfaatkan data di masa lalu dan mengestimasi data yang akan datang dengan mempertimbangkan faktor eksternal seperti dinamika pasar, preferensi pelanggan, dll. Melibatkan tim pemasaran juga akan sangat membantu dalam melakukan forecast. Kita harus bersiap dengan keputusan forecast yang kita buat, karena bisa positif juga negatif. Ketika sentimen negatif maka kita bersiap untuk melakukan pengurangan sebaliknya jika sentimen pasar positif kita harus siap menambah kapasitas produksi kita. 

Baca juga  Actions speak louder than words, ubah idemu jadi aksi nyata

Satu hal yang perlu diingat, perkiraan atau forecast sifatnya hanya ramalan yang pasti memiliki (potensi) kesalahan. Semua perkiraan ini hanya untuk membantu Anda menghadapi ketidakpastian dan memiliki rencana yang lebih pasti ketika kesalahan terjadi. Harapan akhirnya yaitu proses operasi bisa berjalan seefisien mungkin tanpa harus mengeluarkan biaya untuk hal-hal yang tidak memberikan nilai tambah. 

Nah itu tadi sedikit pengenalan tentang apa itu LADM dalam metode Lean Manufacturing, semoga bisa menambah wawasan ya.  Ingin tahu lebih lanjut tentang konsep LADM atau Lean Manufacturing? Dapatkan penjelasan langsung dari expertise Lean SSCX, atur jadwal pertemuanmu di 08175763021, FREE!!!

Salam improvement! 

https://www.instagram.com/shiftindonesia.co/

https://www.linkedin.com/in/shift-indonesia-opexcon-22b3a4261/