Dalam pertandingan beladiri, ada 2 teknik pilihan untuk menjatuhkan musuh. Pertama adalah menyerang dan yang kedua adalah bertahan. Diperlukan adanya kecepatan dan ketepatan di setiap melakukan gerakan, dan tentu diikuti oleh faktor luck untuk sebuah kemenangan. Tapi pada intinya setiap pemain harus bisa melihat kemampuan permainan yang dikuasai dan tipe lawan yang sedang dihadapi. Karena pola yang sama tidak akan memberikan hasil yang sama pada lawan yang berbeda.
Pernah saya bertemu dan berbincang dengan kawan saya seorang atlet beladiri, dia sudah berhasil mendapatkan banya medali bahkan langganan juara dunia. Seakan posisinya tidak terusik sebelum dia memutuskan untuk pensiun. Yang menarik bagi saya dari sekian pengalaman yang dia bagikan kepada saya adalah dimana dia pernah dikalahkan dalam posisi menang. Waduh!
Saat dalam pertandingan dirinya terlalu yakin akan apa yang sudah dia lakukan selama pertandingan. Dalam kondisi peak performance dia terlalu semangat dan agresif dalam menyerang. Lawan pun sulit untuk menghindar. Point demi point dia dapatkan, leading point selama pertandingan. Namun faktor apa yang menyebabkan dia harus menerima kekalahan di akhir pertandingan. Sepele, hanya karena dia melakukan gerakan setelah wasit menyatakan berhenti yang mengakibatkan lawan jatuh dan tidak bisa melanjutkan pertandingan. Atas keputusan dewan wasit dia dinyatakan melakukan pelanggaran dan menerima hadiah disk kualifikasi.
Dari kejadian inilah dia memutuskan untuk lebih berhati-hati dalam pertandingan. Dia memutuskan untuk lebih mengamankan point dalam posisi leading point, hanya membangun pola serangan pada waktu yang tepat, dan lebih mendengarkan aba-aba wasit selama pertandingan. Keputusan untuk lebih mendengar inilah yang pada akhirnya mengantarkannya menerima lebih banyak medali.
Moral dari cerita ini adalah bahwa dalam bisnis kita harus mampu menentukan kapan kita harus berhenti dan mengganti strategi perusahaan. Produk ataupun jasa yang kita tawarkan harus relevan dengan rambu-rambu permintaan pasar, dengan demikian perusahaan akan mampu menyelamatkan dirinya dari setiap permasalahan dan melakukan perbaikan sesuai yang seharusnya dilakukan.
Lalu apa yang harus dilakukan? Cobalah evaluasi kembali setiap program yang Anda buat, apakah masih relevan dengan kebutuhan perusahaan atau perlu adanya improvement baru termasuk program Lean, TPM, dan Six Sigma yang Anda jalankan. Anda harus jeli mengevaluasi setiap lini perusahaan untuk mengganti non value added menjadi value added, dengan demikian setiap value yang dimiliki perusahaan bisa maksimal. Salam improvement!