Metode Lean merupakan hal mendasar bagi budaya inovasi yang kuat. Organisasi yang Lean tidak mengorbankan inovasi. Sebaliknya, mereka sangat sadar akan keunggulan kompetitif karena kemampuan mereka melakukan banyak eksperimen lebih cepat dan lebih baik.

Konsep dan metode Lean manufacturing (Lean) saat ini reputasinya dikenal ‘anti-inovasi’. Pembahasan tentang standarisasi atau konsistensi diklaim menghambat inovasi. Lean dinilai sebagai teknik pemotongan biaya yang berarti anti-kreativitas. Seperti kita tahu, inovasi seringkali membutuhkan investasi sumber daya, jika tujuan utama lean adalah pemotongan biaya, maka inovasi harus dikorbankan. Apakah Anda sepemikiran dengan pendapat ini?

Eitsss, tunggu dulu! Baca artikel ini dulu biar tidak salah kaprah ya. Karena faktanya, Lean adalah fondasi berinovasi yang memungkinkan fleksibilitas dan kelincahan operasional suatu bisnis. Semakin lincah proses operasi Anda, maka semakin cepat pula Anda berinovasi. Kok bisa? Ya, karena semakin konsisten suatu proses maka semakin andal data yang Anda miliki. Semakin sedikit pemborosan (waste) yang ada dalam proses Anda maka semakin sedikit biaya eksperimen produk baru dan perbaikan proses baru. Bisa dipahami ya excellent people?

Mengenal Lebih Dekat Kacamata Lean

Mengutip lean.org, inovasi adalah proses di mana ide-ide diterjemahkan ke dalam produk dan proses baru untuk menciptakan, meningkatkan, atau memperluas peluang bisnis. Pertanyaannya, bagaimana Lean bisa mendukung inovasi di perusahaan? Apa makna Lean bagi inovasi?

Excellent people, manajemen Lean tidak hanya meningkatkan kinerja bisnis saat ini, tetapi juga mempersiapkan organisasi dengan lebih baik untuk memenuhi tantangan permintaan pelanggan dan secara konsisten mengembangkan produk dan proses baru.

Fondasi Lean memberi banyak wawasan yang berarti, misalnya pelajaran penting yang bisa kita ambil dari kaizen yang dapat membantu kita dalam mengembangkan produk baru ataupun proses yang sudah ada.

Baca juga  Mengapa Project Improvement Perlu di-Coaching?

Untuk mempermudah memahaminya, mari kita ambil dasar dari proses pemecahan masalah. Dengan menggunakan metode ilmiah secara luas, perusahaan harus selalu mengembangkan ide-ide baru dan melihat segala kemungkinan dan alternatif baru.

Banyak ide akan dieliminasi, beberapa mungkin akan segera direalisasi dan sebagian lainnya masuk dalam daftar prioritas berikutnya. Namun pembuatan ide tersebut harus terus berlanjut, bahkan prosesnya intens. Tujuannya adalah untuk menciptakan organisasi yang terus belajar, ber-improvement dan berinovasi secara permanen.

Saat Lean berupaya mengubah setiap karyawan menjadi pemecah masalah utama, Lean menciptakan kemampuan organisasi yang sangat besar untuk menghasilkan ide dan solusi baru setiap saat. Lean menantang semua orang untuk belajar dan menjadi ahli dalam apa yang mereka lakukan. Perusahaan tradisional yang tertarik untuk mencapai solusi cepat biasanya tidak mengembangkan aspek sumber daya manusia (people), akibatnya mereka menjadi kurang inovatif.

Karena gaya kepemimpinan Lean memotivasi orang untuk mengambil tanggung jawab, itu juga menjadi proses untuk mengembangkan entrepreneurship internal. Pasalnya, perusahaan besar tidak harus menjadi birokratis dan konservatif dan Lean membantu perusahaan mengubah organisasi menjadi tim yang dinamis dan inovatif.

Terbaru, Lean Startup 

Lean Startup pertama kali dikenalkan oleh Eric Ries, seorang konsultan dan pengembang startup pada tahun 2008. Ries mencetuskan lean startup sebagai metode pengembangan bisnis dengan memperkenalkan “validated learning” ke dunia startup sebagai unit pengembangan proses bisnis untuk mengantisipasi ketidaksesuaian produk dengan perkembangan pasar. Selain digunakan oleh perusahaan rintisan, metode ini juga sering digunakan oleh unit pengembangan produk yang ingin masuk di pasar baru.

Validated learning memiliki beberapa elemen pendukung, diantaranya yaitu Minimum Viable Product, Continous Deployment, Split Testing, Actionable Metrics, Pivot, Innovation Accounting, dan Build-Measure-Learn. Ries optimis bahwa elemen-elemen validated learning mampu menjawab kebuntuan dan kegagalan pengusaha startup merepresentasikan permintaan konsumen. Ini juga akan membantu seorang entrepreneur mampu menyesuaikan rencana secara bertahap dan detil.

Baca juga  OPEXCON: Mendorong Budaya Inovasi di Indonesia Melalui Pengembangan Skill dan Kompetensi

Mengutip theleanstartup.com, elemen inti dari metodologi Lean Startup adalah build-measure-learn. Langkah pertama adalah mencari tahu masalah yang perlu dipecahkan dan kemudian mengembangkan Minimum Viable Product (MVP) untuk memulai proses pembelajaran secepat mungkin. Setelah MVP ditetapkan, tim dapat dapat bergerak cepat. Ini akan melibatkan pengukuran dan pembelajaran dan harus mencakup metrik yang dapat ditindaklanjuti yang dapat menunjukkan pertanyaan sebab dan akibat.

Setelah itu, bisa ditindaklanjuti menggunakan metode pengembangan investigasi yaitu 5 Whys. Caranya yaitu dengan mengajukan pertanyaan sederhana untuk mempelajari dan memecahkan masalah di sepanjang proses. Ketika proses pengukuran dan pembelajaran dilakukan dengan benar, akan terlihat jelas apakah perusahaan sedang menghasilkan inovasi (produk/ layanan baru) yang akan diterima pasar atau tidak. Jika tidak, maka harus segera dilakukan koreksi struktural untuk menguji kembali hipotesis fundamental yang baru meliputi produk, strategi, dan target pertumbuhan.

Excellent people, demikian penjelasan tentang posisi Lean di era inovasi. Intinya, Lean adalah salah satu metode penting untuk merangsang proses inovasi di perusahaan, baik itu perusahaan konvensional maupun rintisan. Fondasi, prinsip, dan tools Lean memiliki potensi untuk mengubah perusahaan menjadi organisasi inovatif. Bisa dikatakan Lean lebih dari sekadar metode improvement, tetapi juga mendorong inovasi organisasi di abad ke-21.

Sumber: lean.org, industryweek.com, theleanstartup.com, shiftindonesia.com