Dampak finansial akibat penurunan jumlah traffic penerbangan selama pandemi Covid-19 menjadi momentum bagi AirNav untuk terus melakukan berbagai inovasi baik dalam hal kebijakan finansial maupun di bidang pelayanan navigasi.
Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI) atau AirNav Indonesia (AirNav) merupakan lembaga dengan kepemilikan modal negara di bawah Kementerian Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia merangkak naik secara umum di akhir tahun 2021. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan bahwa seluruh BUMN mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan yang lebih sehat, ditandai dengan laba bersih akhir tahun 2021 mencapai Rp 126 triliun. Capaian tersebut mengalami peningkatan yang signifikan dibanding realisasi laba bersih tahun 2020 sebesar Rp 13 triliun.
“Di akhir tahun 2021, AirNav memang belum sepenuhnya pulih, tapi kondisi kesehatan perusahaan masih dalam kategori A, dan alhamdulilah dengan dibukanya cross border antar negara, kelonggaran kebijakan PPKM oleh Pemerintah dan percepatan vaksinasi yang perlahan membentuk herd immunity, sehingga terjadi kenaikan jumlah traffic penerbangan domestik dan internasional” buka Taufik Hendra Kusuma, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko dikutip dari Kementerian BUMN.
Lebih lanjut Taufik menambahkan, AirNav sangat terdampak secara finansial selama 2 tahun pandemi COVID-19 dengan menurunnya jumlah traffic penerbangan, namun hal ini menjadikan momentum bagi AirNav untuk terus melakukan berbagai inovasi baik dalam hal kebijakan finansial maupun di bidang pelayanan navigasi, dengan tetap menjaga keamanan penerbangan secara optimal untuk setiap pengguna jasa.
“Selama 2 tahun ini banyak terobosan yang kami lahirkan, seperti kebijakan cost-reduction program, menciptakan prosedur pelayanan navigasi penerbangan yang memberikan banyak efisiensi bagi maskapai, aplikasi dan system yang dibangun oleh internal karyawan, hingga percepatan digitalisasi bisnis perusahaan, kami terus berbenah dan memperkokoh ekosistem perusahaan” ucap Taufik.
“Berbagai kebijakan dan program cost-reduction yang diterapkan AirNav Indonesia selama masa pandemi, memungkinkan perusahaan bisa survive tanpa harus berhutang ke bank dan tetap memiliki kondisi keuangan yang sehat. Pertumbuhan jumlah penerbangan saat ini berdampak positif bagi pendapatan AirNav, walaupun belum kembali normal seperti kondisi sebelum pandemi. Namun hal ini tetap memberikan motivasi dan semangat bagi AirNav untuk terus memberikan pelayanan navigasi yang terbaik, sambil membenahi proses bisnis internal, antara lain dengan mempercepat validasi data penerbangan, mempercepat fakturisasi dan penagihan, serta mengeluarkan kebijakan dan sistem yang dapat meningkatkan proses bisnis menjadi lebih baik,” papar Taufik.
Menjelang akhir tahun 2022 ini, pertumbuhan jumlah penerbangan semakin baik, ditambah dengan adanya beragam kegiatan internasional yang diselenggarakan oleh pemerintah seperti perhelatan G-20 di Bali kemarin, tercatat jumlah penerbangan sudah memasuki angka 9.112 baik domestik maupun internasional, pada pertengahan November 2022.
Diharapkan ke depan penerbangan bisa kembali ke kondisi normal seperti sebelum pandemi, sehingga roda perekonomian bisa semakin membaik di Indonesia. AirNav Indonesia akan terus berupaya memberikan yang terbaik untuk meningkatkan pelayan dan keamanan penerbangan di ruang udara Indonesia.
“Kami akan terus berkontribusi kepada negara, melalui setiap program dan inovasi yang kami lakukan, AirNav akan terus membangun sebuah ekosistem bisnis yang baik guna meningkatkan keselamatan penerbangan dan berkontribusi terhadap roda perekonomian di Indonesia,” pungkas Taufik.