Belum lama ini, sebuah laporan terbaru mengenai perhitungan konsumsi energi yang dipakai oleh Google Inc, memaparkan bahwa perusahaaan tersebut memiliki jaringan server yang berjumlah 900 ribu unit di seluruh dunia. Jonathan Koomey, seorang profesor dari Stanford University, menerbitkan laporannya tentang pemakaian listrik oleh data center pada tahun 2010. Pada laporannya itu disebutkan bahwa Google memiliki sekitar 900 ribu server di seluruh dunia. Demikian seperti yang dikutip dari IT Pro Portal, Rabu (3/8/2011).

Koomey juga menambahkan jika ia sebelumnya memperkirakan pemakaian energi dari server-server Google akan sangat besar, mengingat banyaknya server yang mereka miliki di seluruh dunia. Namun hasilnya ternyata diluar dugaan banyak pihak, karena Google menggunakan server yang sangat hemat energi. Daya total tenaga listrik yang digunakan oleh semua data center di seluruh dunia adalah 198,8 miliar kWh, sedangkan Google hanya menggunakan 220 megawatt, yang mana dihitung sebesar 0,01 persen dari total konsumsi listrik di dunia. “Karena server Google yang digunakan adalah perangkat berteknologi tinggi, maka angka kurang dari 1 persen total konsumsi listrik dunia, merupakan sebuah tanda bahwa perangkat yang dimiliki cukup ramah lingkungan,” terang Koomey.

Efisiensi energi memang merupakan fokus utama Google saat ini. Google selalu berusaha untuk melakukan inovasi bagi data center mereka. Sebagaimana kita diketahui, data center merupakan salah satu penyebab pemanasan global sehingga harus diperlakukan berbeda agar dampak negatifnya dapat diminimalkan. Dengan memakai energi surya dan energi angin, Google telah mengurangi secara signifikan pemakaian bahan bakar fosil. Bahkan dengan menggunakan air laut dan pendinginan penguapan, Google kembali menurunkan jumlah bahan bakar fosil yang digunakan untuk mendinginkan data center mereka. Sebuah usaha yang sangat baik demi keselamatan bumi tentunya. Inovasi Google ini kembali meninggalkan pesaingnya seperti Apple Inc. yang sebagian besar data center mereka masih menggunakan batu bara. Dalam catatan Greenpeace, Google termasuk perusahaan yang sangat berkomitmen terhadap green energy.

Baca juga  Case Study Lean Management di DBS

Google pun termasuk salah satu dari sedikit perusahaan yang terbuka dan secara aktif mencoba untuk mengurangi konsumsi energi mereka. Perusahaan itu dapat membuktikan bahwa dengan berfokus pada program efisiensi data center tidak akan merusak kinerja dan performance perusahaan. Google data center kini bahkan diprediksi memenuhi standar tingkat efisiensi Badan Perlindungan Lingkungan yang ditargetkan akan dicapai tahun ini. Untuk mengetahui penerapannya, berikut adalah 5 langkah terbaik hasil rekomendasi para ahli data center Google dalam melakukan program efisiensi :

1. Mengukur PUE

Anda tidak akan bisa mengelola apa yang tidak bisa ukur, jadi kita harus terlebih dulu mengkarakterisasi kinerja efisiensi dari data center dengan mengukur penggunaan energi. Google menggunakan rasio yang disebut PUE (Power Usage Effectiveness) untuk membantu mengurangi energi yang digunakan pada peralatan non-komputer, seperti pendinginan dan distribusi tenaga listrik. Agar efektif menggunakan PUE, sangat penting untuk sering mengukur, bahkan mereka melakukan sampel setidaknya sekali per detik. Ini menjadi penting digunakan karena diharapkan dapat mengumpulkan data energi sepanjang tahun dimana faktor variasi cuaca musiman juga memiliki pengaruh penting pada PUE.

2. Mengelola Aliran Udara

Pengelolaan arus udara yang baik merupakan dasar untuk pengoperasian data center yang efisien. Mulailah dengan meminimalkan pencampuran udara panas dan dingin dengan menggunakan well-designed containment. Hilangkan hot spot dan pastikan untuk menggunakan blanking plates untuk setiap unpopulated slot di rak Anda. Google telah menemukan sebuah analisis kecil yang dapat menghasilkan keuntungan besar. Sebagai contoh, pemodelan termal yang menggunakan computational fluid dynamics (CFD) dapat membantu Anda dengan cepat mengkarakterisasi dan mengoptimalkan aliran udara untuk fasilitas Anda tanpa mengganggu banyak reorganisasi ruang komputer. Juga pastikan ukuran beban pendinginan sesuai dengan peralatan TI, dan jika Anda sedang membangun kapasitas ekstra, pastikan pendekatan pendingin Anda sesuai dengan energi yang proporsional.

Baca juga  Siklus Lima Langkah untuk Transformasi Perusahaan

3. Sesuaikan Thermostat

Meningkatkan suhu cold aisle akan mengurangi penggunaan fasilitas energi. Jangan coba untuk menjalankan cold aisle Anda di 70F; atur suhu di 80F atau lebih tinggi, hampir semua produsen peralatan memperbolehkan kita untuk melakukannya. Untuk fasilitas yang bisa menggunakan kondisi ekonomis (sangat direkomendasikan oleh Google), menerapkan suhu cold aisle yang ditingkatkan sangat penting untuk penghematan energi.

4. Gunakan Free Cooling

“Free Cooling” adalah menghilangkan panas dari fasilitas Anda tanpa menggunakan chiller. Hal ini dilakukan dengan menggunakan suhu udara ambient rendah, penguapan air, atau menggunakan reservoir termal besar. Chiller adalah energi dominan yang menggunakan komponen dari infrastruktur pendinginan; meminimalkan penggunaannya merupakan kesempatan terbesar untuk saving. Sebenarnya tidak hanya satu konsep untuk menerapkan Free Cool, tapi unsur air atau udara, dari sisi ekonomis memang terbukti energi yang tersedia dan bisa digunakan.

5. Optimalkan Distribusi Tenaga Listrik.

Meminimalkan kerugian distribusi daya dengan menghilangkan sebanyak mungkin power conversion steps. Untuk langkah-langkah conversion, pastikan untuk menggunakan peralatan transformers yang efisien dan unit distribusi tenaga listrik (PDUs). Salah satu kerugian terbesar dalam distribusi listrik pada data center adalah dari uninterruptible power supply (UPS), sehingga pastikan untuk menentukan model efisiensi yang tinggi. Juga sebisa mungkin jaga high a voltage dekat dengan beban untuk reduce line losses. Google juga merekomendasikan menggunakan energi efisien pada peralatan IT, khususnya yang menggunakan pasokan listrik efisiensi tinggi. Carilah label EnergyStar untuk pembelian server.

Google benar-benar telah memperlihatkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk membuat perusahaan mereka menjadi perusahaan yang mengutamakan hemat energi. Google memahami dua aspek utama dari green energy, yaitu energi adalah sumber daya berharga dan perlunya mengurangi jumlah energi yang dikonsumsi. Dengan memahami kedua aspek itu, maka Google sadar pembatasan jumlah energi yang mereka gunakan juga akan berdampak positif bagi kondisi financial mereka.

Baca juga  Ingin Organisasi Inovatif? 3 Landasan Ini Wajib Ada Loh