Kata ‘bahagia’ bukanlah sebuah ungkapan ringan yang terucap begitu saja. Kebahagiaan adalah sebuah aspirasi dari setiap manusia yang dapat ditunjukkan dengan berbagai cara. Dalam buku Authentic Happiness yang ditulis oleh Martin Seligman, ia menjelaskan ada 3 elemen yang dapat menimbulkan perasaan bahagia seseorang yaitu, pleasure (kesenangan), engagement (keterlibatan), dan meaning (sebuah makna).
Memiliki suatu kehidupan yang memuaskan secara materi dan perasaan bahagia secara emosional menjadi dua hal berbeda dalam mendeskripsikan kebahagiaan.
Jadi, bahagia seperti apa yang di rasakan orang Indonesia?
Baru-baru ini Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil indeks pengukuran tingkat kebahagiaan warga Indonesia. Laporan ini sekaligus menjadi data statistik pertama yang dirilis BPS untuk mengetahui indeks kebahagiaan orang Indonesia.
Dalam laporannya, BPS menyebutkan dari skala 0-100, orang Indonesia ada di level 65,11. Itu berarti orang Indonesia merasa sudah cukup bahagia, karena angka yang di dapat sudah berada lebih dari setengahnya.
Kepala BPS, Suryamin menyampaikan hasil ini saat konferensi pers di gedung BPS. “Indonesia berada lebih dari setengahnya, berarti termasuk cukup bahagia,” ujarnya.
Pengukuran indeks kebahagiaan ini, menurut Suryamin merupakan sebuah indikator subjektif yang diperlukan sebagai bentuk konfirmasi masyarakat terhadap kinerja pembangunan pemerintah selama ini.
Dalam melakukan survei ini, BPS menggunakan 10.000 sampling rumah tangga dan membuat 10 indikator yang dijadikan patokan. Indikator pertama, yaitu pekerjaan kemudian diikuti pendapatan, rumah tangga, kondisi rumah dan aset, pendidikan, kesehatan, keharmonisan keluarga, hubungan sosial, ketersediaan waktu luang, kondisi lingkungan dan kondisi keamanan.
Hasil survei tersebut menyatakan penduduk di perkotaan relatif lebih bahagia daripada penduduk di pedesaan. Sementara itu, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka makin tinggi pula indeks kebahagiaannya.
Beberapa komponen, seperti pendapatan, tingkatan pekerjaan dan kondisi rumah dan aset yang dimiliki, menurut Suryamin memang menjadi faktor personal. Karena ketiga komponen tersebut memberikan andil cukup besar dalam kebahagiaan seseorang.
Pada tingkat pendapatan lebih dari Rp 7,2 juta per bulan indeks kebahagiaan mencapai 74,64, sementara tingkat pendapatan Rp 1,8 juta ke bawah, indeks kebahagiaannya hanya 61,80.
Selain ketiga komponen personal tadi, status pernikahan juga mempengaruhi tingkat kebahagiaan. Dari laporan yang disampaikan Suryamin, belum menikah dan menikah beda tipis, 64,99 dan 65,31, lebih bahagia yang telah menikah.
Jumlah anggota keluarga, dari 1-4 masih memiliki indeks kebahagiaan yang lebih tinggi dari skala 62-65, tapi bila sudah menjadi 5 orang atau lebih maka tingkat kebahagiaannya menurun hingga 64,53. ***RR
Sumber: BPS