Agile adalah pendekatan manajemen terpopuler saat ini. Banyak perusahaan berupaya mengadopsi pendekatan ini berharap bisa membawa perubahan dalam bisnisnya.
Setiap perusahaan memiliki metrik (pengukuran) dengan pendekatan masing-masing. Ada yang menggunakan pendekatan ringan dan impresionis, ada pula yang rumit dan sistematis. Ada yang lebih mengutamakan dampak internal, ada pula yang eksternal. Namun, dari sekian banyak pendekatan, akhir-akhir ini manajemen “agile” nampaknya menjadi salah satu yang paling diminati, termasuk oleh raksasa ritel global – Amazon.
Untuk memastikan jalannya agile, setiap tim proyek Amazon diwajibkan untuk membangun metrik sebelum proyek berjalan. Tidak ada satupun aktivitas yang dimulai sampai metrik tersebut ada. Selain itu, mereka juga harus menentukan setiap tindakan yang dapat diukur secara real time. Jika metrik tersebut menunjukkan aktivitas tidak menghasilkan impact seperti yang diharapkan, maka mereka akan segera mengambil tindakan yang diperlukan. Dan setiap tindakan yang dilakukan tim selalu berfokus pada nilai pelanggan. Pengambilan keputusan yang ketat terjadi jika ada kondisi yang berubah dari rencana, karena metrik mereka real time mereka tahu persis apa yang terjadi setiap hari. Seperti yang dikatakan oleh John Rossman dalam Think Like Amazon (2019) seperti dikutip SHIFT dari Forbes,“Hari ini, Anda memerlukan data real time, bukan metrik lag-time yang menyembunyikan masalah. Bisnis Anda harus beroperasi seperti reaktor nuklir. Jika masalah muncul, Anda harus segera mengetahuinya.”
Metriks Dalam Manajemen Agile
Ada banyak elemen yang dibutuhkan agar metode Agile berfungsi dengan baik. Tetapi salah satu yang paling penting dan lebih sering diabaikan adalah mendapatkan kesepakatan sejak awal tentang metrik yang akan digunakan untuk mengukur pencapaian (goals) di setiap inisiatif, sehingga ketika berhasil tim dapat membuat rencana tindaklanjut dan ketika tidak mencapai apa yang diharapkan tim bisa mengambil tindakan yang diperlukan. Dalam proyek manajemen, ada empat metrik utama yang bisa menjadi landasan proyek:
Pertama, A Good Idea. Kegiatan ini dilakukan karena orang yang cukup “berpengaruh”percaya bahwa ide tersebut kemungkinan memiliki beberapa manfaat (juga disebut HIPPO’s atau Highly Paid Person’s Opinions). Terkadang ini hanya dugaan tentang apa yang mungkin disukai pelanggan. Hal terburuknya adalah jika mereka adalah bagian dari faksi organisasi yang ingin mempromosikan ketertarikan mereka sendiri.
Kedua, An Output. Adalah sesuatu yang bersifat internal, dapat diukur tetapi tidak selalu terkait dengan pelanggan eksternal. Ini lebih baik daripada hanya sekedar dugaan tetapi masih belum bisa membuat organisasi bisa memahami nilai dari aktivitas tersebut.
Ketiga, An Outcome. Ini mengacu pada eksternal seperti kepuasan pelanggan dalam kaitannya dengan nilai yang diberikan.
Keempat, An Impact. Ini lebih dari sekedar apakah pelanggan membeli produk atau layanan perusahaan, mengacu pada perubahan perilaku pelanggan.Amazon beroperasi di tingkatan ini.
Organisasi yang beroperasi tanpa metriks dan behavior akan lebih sering mengalami crash. Mengapa masih ada organisasi yang tidak mengukur impact? Salah satu alasannya karena ini bukanlah pekerjaan mudah. Faktanya, tindakan perbaikan tidak dapat dimulai sampai tim menemukan cara mengukur respons pelanggan. Jika kita melihat Amazon, mereka membangun metrik pelanggan sebagai pekerjaan ‘pemaksaan’ sejak awal dimana tim dapat menghabiskan berminggu-minggu hanya untuk memikirkan metriknya. Pemaksaan adalah teknik kuat Amazon untuk menciptakan perubahan atau proyek yang sulit diluncurkan. Pertanyaannya, mengapa manajemen tradisional tidak melakukan ini?
Organisasi yang besar, tentu sering memiliki rencana proyek dengan biaya, waktu, risiko,dan manfaat yang terperinci. Ketika scope pekerjaannya besar, tentu akan ada rencana besar yang terperinci, sayangnya keberhasilan mungkin akan terlihat dalam jangka waktu yang lama. Proyek seringkali memiliki waktu tunggu yang lama dan berbagai masalah bisa terjadi tanpa ada orang di luar proyek yang menyadarinya, dan ketika muncul risiko kegagalan yang terkait dengan karier para eksekutif maka berita buruk ini akan disembunyikan. Artinya, politik rentan masuk dalam proses karena prioritas dapat dinegosiasikan.
Sumber : Forbes