Salah satu perusahaan produsen busi atau plug cape dan tutup busi terbesar di Indonesia, NGK Busi Indonesia, Kamis (30/5/2014) secara resmi membuka acara sebagai awal memulai program Spare Part Management yang dijalankan sebagai salah satu upaya perusahaan mewujudkan budaya continuous improvement.
Acara yang dibuka dengan opening speech dari Presiden Direktur NGK Busi Indonesia Tomoharu Suzuki ini merupakan bagian dari program TPM yang sampai saat ini masih terus dijalankan di NGK.
Dalam pembukaannya, Aries Setya Nugraha selaku Plant General Manager NGK Busi Indonesia, menyebutkan bahwa dalam meningkatkan daya saing perusahaan, maka diperlukan 3 peran yang saling bersinergi.
“NGK Busi itu didalamnya ada praktisi, akademisi, dan ditengah-tengahnya kita perlu konsultan, nah dengan “menggandeng” SSCX International sebagai partner, diharapkan kita bisa speed up.”
Inti dari dijalankannya program ini tambah Aries adalah improvement, dari waktu ke waktu perusahaan harus melakukan improvement, apapun itu bentuknya.
Menurut Aries, di level manajeman salah satu perbaikan yang penting adalah perbaikan di sistem. “Untuk itu, kali ini yang kita lakukan adalah sistem untuk manajemen spare part,” jelasnya.
Pasalnya, menurut Aries spare part merupakan salah satu pendukung utama untuk mencapai apa yang disebut efisiensi. “Jadi, nanti sebenarnya target kita adalah OEE, yang juga menjadi mimpi besar NGK yaitu menuju world class company.”
Meskipun demikian, Aries mengakui untuk saat ini NGK baru manargetkan pencapaian nilai OEE di angka 80%. “Kalau world class kan 85%, nah kita tidak langsung targetnya segitu. Tapi nanti akan ada waktunya, 2020 mungkin.”
Perusahaan yang mulai beroperasi di Indonesia sejak 1978 ini memiliki sekitar 480 karyawan dengan kapasitas produksi mencapai 40 juta busi per tahunnya. Sejak 2013 NGK Busi Indonesia, mulai menjalankan program TPM. “Tapi otomatis sebelum pendahulu saya pasti ada perbaikan-perbaikan lainnya yang dijalankan, menggiatkan Kaizen misalnya. Kalau yang saya ikuti, mulai dari tahun 2013, kita melaksanakan TPM. Kita mulai waktu itu, bulan Agustus 2013,” tutur Aries.
Selain itu, Aries menjelaskan meskipun program ini dimulai dari Top-Down (dari atas ke bawah), pihak manajemen NGK memberikan pengertian bahwa jika setiap orang mau melakukan improvement, maka pekerjaan akan lebih mudah. “Menurut saya, sebetulnya siapapun itu orangnya kalau pekerjaannya dipermudah, mereka akan menjadi lebih senang.”
Untuk itulah, dengan lebih memberdayakan orang-orang mulai dari level bawah, NGK Busi Indonesia melalui penerapan program Spare Part Management yang juga dibantu oleh SSCX International dapat membuat improvement menjadi budaya di dalam organisasi.
“TPM itu sendiri menyadarkan kita bahwa betapa pentingnya memberdayakan dan melibatkan semua karyawan. System make possible, people make happen. Budaya itukan suatu kebiasaan yang terus-menerus, jadi otomatis kita melakukan perbaikan budaya melalui perbaikan sistem,” tutup Aries.***RR
bravo
semoga program di NGK sukses,karena jelas akan menekan cost,meningkatkan efisiensi yang ada sekarang.
Terima kasih sudah mampir Pak Munjirin :). Sukses buat NGK