Gemba bukan sekadar aktivitas jalan-jalan ke shopfloor. Dalam budaya Lean, Gemba adalah momen krusial—saat pemimpin hadir langsung di titik proses untuk melihat kenyataan kerja, mendengar suara tim, dan menyentuh akar masalah operasional.
Tapi Gemba yang dilakukan tanpa arah sering berakhir sia-sia. Tanpa pertanyaan yang jelas, kunjungan ke lapangan hanya menjadi formalitas.
Untuk itu, setiap pemimpin harus membawa satu hal penting saat Gemba: Pertanyaan yang tepat.
Berikut 5 pertanyaan utama yang seharusnya menyertai setiap sesi Gemba Walk.
1. Apa yang sedang dikerjakan, dan apakah itu sesuai standar?
Pertanyaan ini membuka dialog awal dan membantu memastikan dua hal penting:
- Apakah ada standar kerja yang benar-benar dijalankan?
- Apakah operator memahami tugasnya dengan jelas?
Jika jawaban berbeda-beda, itu sinyal bahwa standarisasi belum berjalan. Ini bukan soal siapa yang salah, tapi apakah sistem sudah dibangun dengan benar.
2. Apakah ada masalah yang terlihat atau terasa?
Masalah sering muncul dalam bentuk yang tidak selalu eksplisit: alur kerja tidak lancar, mesin sering berhenti, peralatan tidak tersedia saat dibutuhkan.
Tugas pemimpin dalam Gemba adalah jeli membaca sinyal-sinyal kecil ini, sebelum mereka berubah jadi hambatan besar. Masalah yang tidak terlihat di laporan bisa terlihat jelas di shopfloor—jika kita mau memperhatikan.
3. Apakah tim memiliki akses untuk memperbaiki masalah itu sendiri?
Budaya Lean dibangun atas kepercayaan bahwa orang di lapangan adalah bagian dari solusi. Mereka harus punya kemampuan dan izin untuk mengambil tindakan perbaikan kecil secara mandiri.
Jika masalah muncul, dan satu-satunya respons adalah “tunggu instruksi”, maka sistem kerja belum cukup mendukung budaya proaktif. Gemba adalah momen untuk mengidentifikasi penghalang tersebut.
4. Apa penyebab utama dari masalah yang muncul?
Jangan berhenti di gejala. Pertanyaan ini mendorong tim untuk memikirkan akar permasalahan, bukan hanya apa yang terlihat di permukaan.
Seorang pemimpin yang hadir di Gemba bukan untuk menginterogasi, tapi untuk memfasilitasi proses berpikir. Ajak tim mengevaluasi proses, bukan menyalahkan orang.
5. Apa dukungan yang bisa saya berikan agar pekerjaan lebih lancar?
Inilah esensi dari Gemba: pemimpin yang melayani. Bukan mengawasi dari jauh, tapi hadir untuk menghilangkan hambatan yang membuat tim sulit bekerja optimal.
Bertanya dengan tulus “apa yang bisa saya bantu” sering membuka percakapan yang jauh lebih produktif daripada instruksi sepihak.
Gemba Bukan Agenda, Tapi Kebiasaan
Gemba yang efektif bukan soal jumlah kunjungan, tapi kualitas keterlibatan. Pertanyaan yang tepat mengarahkan perhatian pemimpin ke hal-hal yang berdampak:
- Apakah sistem sudah memudahkan kerja?
- Apakah tim merasa didukung?
- Apakah masalah bisa muncul ke permukaan dan diselesaikan?
Lima pertanyaan tadi bukan checklist kaku, tapi panduan berpikir agar Gemba benar-benar menjadi alat perbaikan budaya—bukan sekadar formalitas.
Artikel ini merupakan pengembangan dari e-book “Belajar Lean” karya Riyantono Anwar (2015)