Dua tahun sudah penambang batu bara dunia dibayang-bayangi berlimpahnya pasokan. Kondisi ini telah menekan harga, sekaligus memicu penutupan sejumlah tambang. Kota-kota kecil pertambangan, mulai dari Australia hingga Afrika Selatan, ikut terdesak.

Kini, beberapa perusahaan besar batu bara mulai mengisyaratkan kebangkitan, di tengah-tengah stabilitas harga.

Eksekutif pertambangan batu bara menyatakan penutupan sejumlah operasi pertambangan semestinya bisa kembali menghidupkan pasar, karena pasokan tak lagi berlebih. Sementara itu, permintaan dari pembeli asal Cina dan India tampaknya bakal bertambah. Optimisme ini berkebalikan dari beberapa bulan lalu, kala perusahaan memperingatkan surplus pasar yang berkelanjutan. Meski demikian, para eksekutif menilai pemulihan akan berlangsung secara bertahap.

Batu bara merupakan salah satu produk energi terpenting dunia. Energi batu bara adalah sumber terbesar pengadaan listrik, dengan memasok sekitar 40 persen dari keseluruhan kebutuhan dunia, menurut Badan Energi Internasional. Di negara seperti Australia, dengan batu bara sebagai produk ekspor terbesar kedua sesudah bijih besi, batu bara menjadi penyebab lapangan kerja dan pendapatan yang signifikan.

Paul Flynn, CEO Whitehaven Coal Ltd dari Australia, mengaku optimistis akan prospek pasar sejak beberapa bulan belakangan. Perusahaannya, yang mengekspor batu bara ke beberapa negara seperti Jepang, Cina, dan India, mengumumkan kerugian tahunan kedua pekan silam. Kerugian terjadi di tengah-tengah pelemahan harga yang menghambat pendapatan. Namun, Flynn memperkirakan potensi pemulihan laba dalam setahun mendatang.

“Kami memperkirakan prospek yang lebih baik untuk batu bara,” kata Flynn seperti dikutip The Wall Street Journal. “Kami menghadapi kondisi yang sangat, sangat sulit. Namun, saya menangkap isyarat kelebihan pasokan kini mulai mengetat, yang berarti baik.”

Penambang kini mulai diuntungkan antusiasme yang menguat dalam pasar. Saham Whitehaven pulih 37 persen sejak awal Juli. Sedangkan saham produsen batu bara asal Indonesia, PT Adaro Energy, naik 12 persen.

Pasokan batu bara naik dalam laju lebih cepat ketimbang permintaan dalam beberapa tahun terkahir. Kenaikan pasokan terjadi kala beberapa pertambangan baru mulai beralih ke tahap terakhir. Kenaikan pasokan terjadi kala beberapa pertambangan baru mulai beralih ke tahap produksi. Glencore PLC menyatakan pengiriman batu bara termal lewat jalur laut naik 22 persen antara 2011 dan 2013. Pengiriman melampaui permintaan, yang naik 18 persen.

Baca juga  Inilah Counter Proposal Pemerintah untuk Apple

Hasilnya, harga batu bara termal – jenis yang dipakai sebagai penghasil listrik – diperdagangkan nyaris pada level terendah dalam lima tahun. Batu bara metalurgi, bahan pembuat baja, diperdagangkan hampir pada level terendah dalam tujuh tahun.

Glencore, pengekspor terbesar batu bara termal dunia, memperkirakan permintaan baru kembali melampaui pasokan dari 2015, sehingga harga terdorong naik. “Harga batu bara tampak stabil dan memperlihatkan sedikit kemajuan dalam periode belakangan,” sebut Chief Financial Officer Glencore, Steven Kalmin, dalam presentasi di depan pemodal, Agustus.

Analis memprediksi peningkatan impor batu bara termal dunia – sesudah musim hujan dengan curah lebih rendah dibanding biasanya dan memicu pelemahan pembangkit listrik tenaga air – bakal mendorong naik harga. Pengamat Citi, Ivan Szpakowski, juga memperkirakan kenaikan aktivitas industri batu bara Cina menjelang akhir tahun. Jika terjadi, menurutnya, kenaikan akan menyetir naik permintaan.***

Sumber: The Wall Street Journal