“Sudah sering saya sampaikan kita perlu mengalihkan dari konsumtif kita bakar tiap hari menjadi lebih produktif. Memang tidak langsung kelihatan (dampak positif), baru kelihatan tahun depan atau tahun depannya lagi bahwa kami tidak mau boros.” – Jokowi

Pemerintah telah menaikkan harga BBM premium dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 dan solar dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500, dan ini berlaku sejak kemarin (Selasa, 18/11/2014).

Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil mengungkapkan, dari peningkatan harga BBM bersubsidi itu, pemerintah akan menghemat pengeluaran untuk subsidi BBM sampai Rp 120 triliun.

Dana itu nantinya akan digunakan untuk sektor produktif seperti pertanian, infrastruktur, perikanan, hingga pendidikan dan kesehatan.

Itu juga yang dikatakan oleh Ekonom Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono. Seperti dikutip dari katadata.co.id, ia mengatakan dengan kuota 46 juta kiloliter dan harga BBM naik Rp 2.000 per liter, maka akan diperoleh nilai pengurangan subsidi hingga Rp 92 triliun.

Jumlah penghematan ini memang kecil dibandingkan nilai anggaran belanja pemerintah tahun 2015 sebesar Rp 2.020 triliun. Namun menurut Tony akan banyak manfaat bila digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan program kesejahteraan masyarakat seperti yang telah disebutkan dalam visi dan program Joko Widodo beberapa waktu lalu.

Sebagai perbandingan, jika program Rp 1,4 miliar per desa bisa dijalankan, dana penghematan ini akan bisa membantu pembangunan 65 ribu desa di seluruh Indonesia.

Dengan pengurangan subsidi itu pula, Indonesia mampu membangun 16 bandara megah kelas internasional seperti Kuala Namu yang hanya memakan biaya Rp 5,8 triliun. Selain itu, Indonesia juga dapat membangun 20 stadion kelas dunia seperti yang dibangun Brasil untuk Piala Dunia 2014. Bila penghematan dilakukan dua tahun, maka nilainya akan cukup untuk membiayai jalan tol atas laut Jakarta – Surabaya yang membutuhkan dana Rp 150 triliun.***

Baca juga  Dua Hal Esensial untuk Menciptakan Perubahan