PT Djarum, PT HM. Sampoerna, dan PT. Bentoel Prima berhasil menerapakan protokol kesehatan dengan baik. Meskipun tergolong industri padat karya, pedoman dan fasilitas yang mereka miliki sangat baik untuk mencegah terjadinya penyebaran Covid-19

Ketiga perusahaan tersebut telah melaksanakan protokol kesehatan di lingkungan pabriknya secara ketat dan disiplin, termasuk juga telah mengimplementasikan aplikasi PeduliLindungi sebagai salah satu metode screening. Untuk diketahui, berdasarkan Surat Edaran Menteri Perindustrian Nomor 5 Tahun 2021 tentang Perubahan atas SE Menperin No 3 Tahun 2021 tentang Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) Pada Masa Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19, perusahaan perlu mengajukan permohonan rekomendasi PeduliLindungi.

PT Djarum

Proses produksi di pabrik Sigaret Kretek Mesin (SKM) di PT Djarum sebagian besar telah menggunakan teknologi canggih, termasuk robotik. Di lokasi ini, jaga jarak seluruh karyawan yang beraktivitas terpantau aman. Untuk mengedukasi karyawan tentang prokes dan Covid-19, PT Djarum juga membuat semacam komik agar bisa menarik dan mudah dipahami.

Selain SKM, PT Djarum juga memproduksi Sigaret Kretek Tangan (SKT), cerutu dan Tembakau Iris (TIS). Total karyawannya sebanyak 53.028 orang, dengan jumlah tenaga kerja yang telah di vaksin sejumlah 34.519 orang atau sudah 65%. PT Djarum akan melakukan vaksinasi massal lagi pada bulan September sekaligus penyerahan oksigen konsentrator yang bekerjasama dengan Kemenperin. GM Business Development PT Djarum Fx. Supanji menyampaikan, pihaknya berkomitmen untuk terus menjalakan protokol kesehatan secara ketat dan disipilin serta melaporkan IOMKI tepat waktu sesuai peraturan.

PT HM Sampoerna

PT HM Sampoerna menerapkan berbagai aturan dan menyediakan fasilitas untuk menjaga keselamatan dan kesehatan karyawan serta menekan laju penyebaran Covid-19 di lingkungan pabrik.

Proses produksi di pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT), seluruh pekerjanya merupakan ibu-ibu telah dibagi sesuai kompartemennya. Jarak antar pekerjanya pun diatur sekitar 1,5 meter. Selain itu, meja tempat makan karyawan disediakan penyekat, hingga parkiran motor diatur juga sesuai kompartemennya. Pabrik Sampoerna juga menyediakan pasar sayur dan mini market untuk memenuhi kebutuhan keseharian karyawannya, sehingga bisa langsung ke rumah selepas kerja. Perusahaan juga menerapkan prokes ketat bagi karyawan yang menggunakan transportasi umum dengan cara bekerja sama dengan koperasi angkutan umum untuk memberikan subsidi pembayaran kursi penumpang dua tempat duduk untuk satu karyawan.

Baca juga  Audit Industri Hijau Wujudkan Produksi Ramah Lingkungan

Area produksi SKT Sampoerna di Rungkut, Surabaya ini memiliki dua pabrik. Di pabrik 1, terdapat 5.199 tenaga kerja, dengan jumlah yang sudah divaksin 5.197 orang (99%), Sedangkan, di pabrik 2 ada 2.709 tenaga kerja, 2.634 orang diantaranya (97%) sudah divaksin. Pemasaran produk SKT Sampoerna ini dilakukan ke pasar domestik, dan ekspor ke lebih dari 40 negara.

Kepala Pabrik HM Sampoerna Markus Hosea di Rungkut, Surabaya mengatakan, pihaknya mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang telah memberikan kepercayaan kepada Sampoerna untuk dapat melakukan uji coba operasi secara penuh. Hal ini dinilai menjadi penguat komitmen mereka untuk meningkatkan pengawasan dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku di seluruh fasilitas produksi dan operasional perusahaan.

PT. Bentoel Prima

Tak jauh berbeda di kedua perusahaan IHT sebelumnya, di PT. Bentoel Prima juga memiliki pedoman dan fasilitas lengkap untuk mendukung protokol kesehatan. Di pabrik Bentoel, klinik kesehatan berada di depan area pintu masuk karyawan. Apabila ada yang bergejala, dapat langsung diperiksa oleh dokter jaga. Total tenaga kerja di pabrik tersebut sebanyak 1.537 orang, dan 1.400 pekerja (91%) di antaranya telah divaksin.

Head of SMD Manufacturing Bentoel Prima Adhi Wibowo mengatakan pihaknya bertekad untuk menjalankan protokol kesehatan secara ketat sehingga turut mendukung upaya pemerintah dalam menekan laju penyebaran CovidD-19, yang pada akhirnya membangkitkan perekonomian Indonesia.

Bisa dijadikan benchmark

“Dari hasil tinjauan langsung di tiga pabrik IHT tersebut, kami menilai bahwa inovasi penerapan protokol kesehatan di sektor IHT dapat menjadi benchmark untuk sektor lainnya. Dengan, terjaganya kesehatan karyawan, produktivitas tentu akan meningkat. Hal ini bisa mempercepat pemulihan ekonomi nasional,” Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika.

Baca juga  Menjadi Super Organisasi dengan Prinsip YONO dan LEAN

Industri hasil tembakau merupakan salah satu sektor esensial yang mendapatkan izin untuk tetap beroperasi selama masa pandemi Covid-19 atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Kegiatan produktivitas sektor ini dijaga karena memberikan kontribusi yang signfikan bagi perekonomian nasional.

Sektor IHT merupakan penyumbang penerimaan negara terbesar melalui cukai hasil tembakau, PPN dan PPh. Pada tahun 2020, pendapatan cukai hasil tembakau mencapai Rp170,24 triliun atau berkontribusi 10,4% bagi APBN. Selain itu, Indonesia adalah negara eksportir terbesar ke-6 di dunia untuk produk IHT. Pada tahun 2020, IHT mencatatkan nilai ekspornya sebesar USD864 juta.

“Industri hasil tembakau juga mempunyai keterkaitan yang cukup erat dari sektor hulu ke hilir, dan berdampak luas secara sosial dan ekonomi yang melibatkan 2 jutaan petani tembakau dan cengkeh, serta 600 ribu buruh pabrik rokok, hingga melibatkan 2 juta pelaku usaha dan tenaga kerja di sektor distribusi dan retail,” tutur Putu.