Ditulis oleh: Pujarahman – Kontributor
Menarik bila kita simak tulisan Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo B. Sulisto di harian Bisnis Indonesia edisi Senin, 7 September 2015, yang berjudul ‘Stop Protecting Inefficiency!’
Menurut beliau, banyak pihak-pihak yang diuntungkan oleh inefisiensi dalam perekonomian Indonesia. Parahnya, banyak peraturan pemerintah dinilai justru melindungi kepentingan para pihak ini.
Suryo menyampaikan pikirannya tentang kondisi ekonomi pada level makro. Namun, permasalahan yang sama dapat juga ditemui pada skala mikro. Banyak perusahaan yang sedang bergelut dengan inefisiensi yang dilindungi, baik disengaja maupun tidak.
Selama lebih dari sepuluh tahun bergerak di bidang konsultasi bisnis, kami di SSCX International sering menemukan inefisiensi yang dilindungi oleh sejumlah pihak di perusahaan yang merasa diuntungkan dari inefisiensi ini.
Sebut saja pengajuan lembur yang tidak produktif dan anggaran pengadaan yang dimanipulasi. Keduanya adalah inefisiensi dan bahkan menjurus kepada ‘pencurian’ uang perusahaan untuk kepentingan pribadi.
Keuntungan dari jalan pintas seperti itu sifatnya semu karena lambat laun keuntungan perusahaan akan terus tergerus sehingga berat untuk tumbuh. Tentu saja kesejahteraan para karyawan pada akhirnya akan ikut terdampak.
Padahal, keuntungan yang lebih riil dan halal dapat dinikmati semua karyawan dengan meningkatkan produktivitas perusahaan. Masalahnya, banyak orang terlanjur menganggap peningkatan produktivitas berbanding lurus dengan semakin banyaknya pekerjaan.
Seharusnya, kita bisa semakin produktif meski beban kerja kita kurangi, yakni dengan melakukan perbaikan proses bisnis karena masih banyak aktivitas yang kita lakukan sebenarnya tidak efisien dan produktif.
Dari sekian banyak metode yang sudah dipakai oleh perusahaan-perusahaan dari seluruh dunia sepanjang sejarah untuk melakukan perbaikan proses bisnis, Lean Six Sigma adalah salah satu metode yang dinilai terbukti berhasil dan ampuh.
Dengan Lean Six Sigma, kita dapat memetakan cara kerja dan proses bisnis kita lalu mengidentifikasi inefisiensi didalamnya untuk dihilangkan. Apabila beban kerja berkurang tapi di saat yang sama kita semakin produktif, tentu perusahaan akan memberikan reward yang lebih untuk mengapresiasinya karyawannya. Lalu, kenapa masih melindungi inefisiensi?
Artikel ini ditulis oleh Business Performance di SSCX International. Kami dari redaksi shiftindonesia.com menerima artikel dari Anda yang ingin ikut menyumbangkan ide, pendapat, ataupun pengalaman seputar Operational Excellence atau Continuous Improvement. Silahkan layangkan artikel Anda ke: rere@shiftindonesia.com.