Tagar #KaburAjaDulu sedang ramai di media sosial.
Di balik guyonannya, ada kegelisahan nyata:
banyak anak muda merasa sistem kerja di Indonesia terlalu menekan, tidak memberi ruang berkembang, dan kadang malah membuat orang ingin segera pergi—secara harfiah maupun emosional.
Apakah ini soal gaji semata?
Tidak selalu. Banyak yang pergi bukan karena uang, tapi karena merasa tak punya kendali atas kualitas hidup dan kerja mereka sendiri.
Kenapa Banyak yang Ingin “Kabur”?
Kalau kita perhatikan, keluhan yang muncul berulang:
- Beban kerja tidak seimbang dengan hasil
- Tidak ada ruang untuk belajar atau menyumbang ide
- Sistem yang kaku, prosedur yang rumit, birokrasi yang lambat
- Atasan tidak paham proses tapi menuntut hasil maksimal
- Evaluasi dan promosi tidak transparan
Ini bukan masalah individu. Ini masalah sistem.
Prinsip Lean Bisa Jadi Jawaban
Lean bukan metode kerja “pabrik doang”. Ia filosofi perbaikan sistem.
Dari pabrik sampai pelayanan publik, dari tim operasional sampai strategi organisasi.
Berikut beberapa prinsip Lean yang bisa diterapkan untuk memperbaiki sistem kerja yang bikin frustrasi:
- Kaizen (Perbaikan berkelanjutan):
Ide karyawan bukan hanya didengar, tapi dijadikan bagian dari sistem perbaikan. - Standard Work (Proses kerja yang jelas):
Agar orang tidak bingung atau saling tunggu. Semua tahu harus mulai dari mana. - Respect for People:
Lean tidak hanya soal produktivitas, tapi juga penghargaan terhadap orang yang menjalankan proses. - Visual Management:
Transparansi. Semua orang bisa melihat apa yang sedang terjadi, bukan menebak atau dikira malas. - Poka-Yoke:
Kesalahan dicegah lewat desain sistem, bukan dengan menyalahkan orang.
Sistem Kerja yang Tidak Jelas = Motivasi yang Bocor
Lingkungan kerja yang tidak transparan, tidak jelas, dan tidak adil—bukan hanya bikin orang lelah. Tapi juga membuat orang berhenti peduli.
Lean mendorong organisasi untuk melihat akar masalah, bukan cuma gejala.
Kalau banyak orang ingin “kabur”, mungkin sistemnya memang tidak membuat mereka ingin tinggal.
#KaburAjaDulu adalah alarm, bukan ancaman.
Ia tanda bahwa sudah saatnya organisasi memperbaiki cara kerja, bukan sekadar menuntut loyalitas.
Karena tempat kerja yang baik bukan yang bikin orang tahan, tapi yang bikin orang ingin tumbuh.