Setiap kali ada masalah, rapat dibuka.
Whiteboard dikeluarkan. Orang-orang saling tunjuk. Dan tak lama, muncul satu kalimat sakti:
“Akar masalahnya SDM.”
“Ini karena kurang disiplin.”
“Operatornya nggak teliti.”
Lalu?
Kasih training. Bikin SOP baru. Masalahnya hilang… sebentar.
Tapi minggu depan, muncul lagi—dengan bentuk yang hampir sama.
Pertanyaannya:
Benarkah itu akar masalah?
Atau kita cuma berhenti di permukaan?
Masalah Lama Karena Diagnosisnya Dangkal
Dalam Lean, menyelesaikan masalah itu bukan soal cepat dapat solusi, tapi dapat solusi yang benar.
Sayangnya, banyak perusahaan berhenti di gejala:
- “Produknya defect.” → langsung salahkan QC
- “Barangnya telat.” → langsung salahkan logistik
- “Mesin rusak.” → langsung minta ganti unit baru
Jarang yang mau menggali cukup dalam untuk bertanya:
“Kenapa?” — sampai lima kali.
Akar Masalah Bukan Selalu Soal Orang
Lean mengajarkan:
“Kalau akar masalahmu selalu ‘orang’, mungkin kamu belum gali cukup dalam.”
Karena orang bisa saja:
- Tidak tahu harus bagaimana
- Tidak punya alat bantu
- Tidak diberi pelatihan cukup
- Tidak dikondisikan dengan sistem kerja yang benar
Dan ketika sistem tetap sama, maka masalah akan terulang terus—meski orangnya diganti.
Menyelesaikan masalah butuh keberanian untuk jujur:
Apakah kita benar-benar menemukan akar masalahnya?
Atau cuma berhenti di permukaannya karena itu yang paling cepat?
Karena masalah yang tidak diselesaikan dari akarnya, akan tumbuh lagi. Lebih lebat. Lebih merepotkan
Artikel ini merupakan pengembangan dari e-book “Belajar Lean” karya Riyantono Anwar (2015)