Penting bagi perusahaan untuk terus meningkatkan nilai tambah pada produk mereka agar dapat bertahan di pasar. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah Continuous Improvement (CI), atau upaya berkelanjutan untuk meningkatkan proses, produk, dan layanan; menggunakan metode Six Sigma misalnya.
Terdapat berbagai metode yang dapat digunakan untuk melakukan Continuous Improvement (CI) di organisasi, beberapa metode yang umum digunakan antara lain: Six Sigma, Agile, Design Thinking, dan beberapa metode improvement lainnya. Berdasarkan hasil pooling yang kami lakukan melalui akun Linkedin beberapa waktu lalu menemukan bahwa 51 persen dari total peserta polling menyatakan menggunakan metode Six Sigma DMAIC untuk melakukan improvement di organisasinya, sementara 42 persen menggunakan PDCA.
Kenapa Six Sigma paling diminati?
Six Sigma merupakan salah satu metodologi yang sangat diminati karena berbagai alasan:
1. Berbasis Data: Metode ini menggunakan pendekatan berbasis data untuk pengambilan keputusan. Dengan menganalisis data secara menyeluruh, perusahaan dapat mengidentifikasi akar penyebab masalah, membuat keputusan yang lebih informasi, dan mengukur efektivitas perbaikan.
2. Metode Terstruktur: Melalui siklus DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control), menyediakan kerangka kerja yang terstruktur untuk melakukan perbaikan proses. Ini membantu memastikan bahwa perbaikan dilakukan secara sistematis dan efektif.
3. Alat dan Teknik yang Teruji: Menawarkan serangkaian alat dan teknik yang teruji, seperti analisis statistik, diagram sebab-akibat, dan analisis root cause, yang membantu dalam mengidentifikasi masalah dan menemukan solusi yang tepat.
4. Fokus pada Kualitas: Six Sigma secara konsisten menempatkan penekanan pada peningkatan kualitas produk atau layanan. Dengan mengurangi variabilitas dalam proses bisnis, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan meminimalkan cacat atau kegagalan produk
5. Penerapan Lintas Industri: Metode ini dapat diterapkan di berbagai industri, mulai dari manufaktur hingga layanan keuangan, perawatan kesehatan, dan banyak lagi. Kemampuannya untuk memberikan hasil yang terukur dan signifikan membuatnya menjadi pilihan populer bagi banyak organisasi.
Semakin Powerfull dengan Lean
Lean dan Six Sigma adalah dua pendekatan yang berbeda namun sering digunakan bersama-sama. Meskipun berbeda dalam metode dan fokus, Lean dan Six Sigma sering digabungkan dalam pendekatan yang disebut Lean Six Sigma, yang menggabungkan kekuatan keduanya untuk mencapai peningkatan yang lebih besar dalam efisiensi dan kualitas.
Lean Six Sigma adalah metode gabungan yang sangat efektif untuk meningkatkan proses operasional. Lean berfokus menghilangkan pemborosan dalam proses produksi atau operasional. Pendekatan lean menekankan upaya “mengidentifikasi dan menghilangkan” segala jenis pemborosan (waste) yang tidak memberikan nilai tambah kepada pelanggan. Pemborosan dapat berupa waktu tunggu, gerakan berlebihan, persediaan berlebihan, atau proses yang tidak perlu. Tujuannya adalah untuk meningkatkan aliran nilai dari awal hingga akhir proses. Metode lean menggunakan tools dan konsep seperti Value Stream Mapping, 5S, Just-In-Time (JIT), dan Kaizen untuk mencapai tujuannya.
Sementara Six Sigma adalah metodologi yang berfokus mengurangi variabilitas dalam proses bisnis. Variabilitas dapat menyebabkan ketidakstabilan dan hasil yang tidak konsisten dalam produk atau layanan. Pendekatan Six Sigma bertujuan untuk memastikan bahwa proses bisnis berjalan secara konsisten dan memenuhi standar. Pendekatan Six Sigma menggunakan siklus DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah, serta memastikan bahwa proses bisnis berada dalam batas spesifikasi yang ditetapkan.
Akhir kata, pertanyaan kami adalah sudahkah Anda menggunakan metode Lean Six Sigma? Jika belum, rugi dong!