Perubahan berkelanjutan kini menjadi bagian DNA yang harus dimiliki setiap orang, utamanya di level pemimpin.
Dalam menghadapi era tidak pasti seperti saat ini (VUCA-red), sebagai pemimpin kita harus percaya diri dan terus mencari jalan untuk tidak terdisrupsi. Kita juga harus bisa membawa energi dan kepercayaan kepada tim di organisasi kita. Dalam buku yang berjudul “Leadership Agility” karangan Bill Joiner dan Stephen Josephs, menjelaskan model kepemimpinan tervalidasi untuk melakukan hal itu. Penelitian menunjukkan bahwa hanya sekitar 10% manajer yang menguasai tingkat kelincahan yang diperlukan (agility) untuk bisa bekerja efektif secara konsisten dan mampu bertahan menghadapi dunia bisnis yang bergejolak seperti saat ini.
Tingkatan – Tingkatan dalam Leadership Agility
Penelitian menunjukkan bahwa saat ini terdapat tiga tingkat kelincahan dalam kepemimpinan yang dimiliki oleh organisasi secara umum: Expert (45% of leaders), Achiever (35% of leaders), dan Catalyst (10% of leaders).
Masih berdasarkan hasil penelitian, tingkat Expert bekerja secara taktis, orientasi mereka adalah memecahkan masalah. Mereka percaya bahwa pemimpin dihormati dan diikuti oleh orang lain karena otoritas dan keahlian yang dimilikinya. Untuk tingkat Achiever, mereka berorientasi pada strategi dan hasil. Mereka percaya bahwa pemimpin perlu memberi tantangan kepada karyawan sehingga termotivasi dan memastikan mereka puas sehingga mau berkontribusi pada tujuan yang lebih besar. Dan terakhir tingkat Catalyst, pemimpin katalis adalah orang yang visioner. Orientasi mereka adalah membangun kekuatan, mengartikulasikan visi yang inovatif dan inspiratif serta membawa orang-orang tepat ke dalam tim untuk mewujudkannya. Mereka memberdayakan orang lain dan secara aktif memfasilitasi perkembangan mereka.
Empat Jenis Kompetensi Agility
Pemimpin katalis bekerja secara konsisten dengan menggunakan empat jenis kompetensi agility.
Context-setting Agility yaitu kemampuan untuk mengenali lingkungan, mengantisipasi apa saja yang mungkin berubah, dan membingkai konteksnya dengan cara yang menarik sehingga ikut mempengaruhi orang lain. Ini adalah kemampuan untuk melihat koneksi yang dimiliki di luar batas inisiatif, perusahaan, atau bahkan industri. Ini memungkinkan seseorang melihat dampak jangka panjang dan berpikir visioner.
Stakeholder Agility adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, mencari, dan melibatkan para pemangku kepentingan utama. Ini adalah kapasitas untuk memahami dan berempati dengan pandangan para pemangku kepentingan, tidak hanya untuk mendapatkan dukungan tetapi juga menghormati pandangan mereka untuk kemudian mengambil keputusan yang lebih baik.
Creative Agility adalah kemampuan untuk mengeksplorasi masalah menggunakan berbagai sudut pandang. Pemimpin Katalis selalu terlibat dalam paradoks jangka pendek vs jangka panjang, praktis vs idealistik untuk bisa menghasilkan solusi unik.
Self-Leadership Agility adalah kemampuan untuk mengembangkan kesadaran diri dan memimpin diri sendiri dengan membayangkan pemimpin seperti apa yang mereka inginkan. Mereka berupaya menyelaraskan perilaku mereka dengan nilai-nilai dan menggunakan pertumbuhan personal untuk mendorong perkembangan profesional.
Untuk beralih dari Expert menjadi seorang Achiever, dan akhirnya menjadi seorang Catalyst, seorang pemimpin harus meningkat agility atau kelincahan di empat bidang kompetensi di atas. Seperti yang dikatakan oleh Bill Joiner sebagaimana dikutip SHIFT Indonesia dari Forbes, “Laju perubahan dan tingkat interdependensi dalam lingkungan bisnis global saat ini menuntut agar tingkat manajemen paling atas dapat berperan sebagai katalis. Organisasi perlu membantu banyak manajer senior mereka yang berprestasi untuk tumbuh ke tingkat Katalis dan manajer Expert mereka untuk menjadi Achiever.”
Sumber : Forbes/hennainam