Industri perkebunan sawit menapaki elan baru, berinovasi di tengah tuntutan pengurangan dampak perubahan iklim. Konferensi Internasional untuk Kelapa Sawit dan Lingkungan (ICOPE) kelima di Indonesia memfokuskan pada pentingnya inovasi dan pendekatan ilmiah industri sawit. Konferensi berlangsung di Bali Maret lalu, diselenggarakan oleh PT SMART Tbk bekerjasama dengan WWF dan CIRAD Perancis.
Sejumlah pakar lingkungan internasional, perwakilan lembaga pemerintah, LSM, industri, peneliti senior dan akademisi turut hadir pada event dua tahunan itu. ICOPE telah diakui sebagai forum ilmiah internasional yang kredibel. Pertama diadakan pada 2007, forum tersebut mendapat perhatian luas dari berbagai pihak di luar negeri, berkontribusi dalam transormasi produksi minyak sawit berkelanjutan di Indonesia.
Para peserta konferensi berpandangan bahwa sektor kelapa sawit berperan besar menjadi model pertanian berkelanjutan. Pun, forum internasional tersebut digadang-gadang mampu mendorong industri minyak kelapa sawit memimpin upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim melalui solusi-solusi ilmiah. Sehingga perlu upaya seluruh pemangku kepentingan untuk menemukan solusi mengatasi dampak perubahan iklim, berkolaborasi, berinvestasi mengembangkan riset-riset ilmiah.
Perubahan iklim ekstrim El Nino pada 2015 berdampak pada krisis kabut asap di Asia Tenggara menjadi studi kasus yang diangkat, memantik upaya industri sawit mengidentifikasi solusi. “Fokus tahun ini menjadikan ICOPE sebagai ajang inovasi, berbagi metode ilmiah untuk memberikan alternatif yang bisa diimplementasikan untuk kemajuan industri sawit,” ugkap Dr. Alain Rival, CIRAD Resident Regional Director for Southeast Asia. []